Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MINI CSS
Presentan:
Ayi Abdul Basith
Preseptor:
dr. Hertika Hardja., Sp. PD
RIWAYAT SOSIAL
Pasien merupakan perokok aktif selama 20 tahun dan telah berhenti ketika
pasien merasa sakit, pasien sering konsumsi makanan rumahan seperti sayuran
dan jarang memakan daging.
Pemeriksaan Fisik
Kesan Sakit : tampak sakitsedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :
TD : 130/70mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/mnt
Suhu : 37 c
Pemeriksaan Fisik
KEPALA
Tengkorak : normocephali, deformitas (-)
Rambut : putih beruban, mudahrontok
Wajah :simetris, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi (-)
Mata : konjungtiva anemis +/+, SkIera Ikterik +/+, pupil isokor, refleks cahaya +/+
Telinga : deformitas (-), serumen-/-
Hidung : deviasi septum (-), sekret -/-, massa -/-
Mulut : mukosa oral sedikit kering, faring hiperemis (-),Tonsil T1/T1, frenulum
lingula ikterik
LEHER
Trachea : berada di tengah, deviasi(-)
Tiroid : perbesaran(-)
KGB : perbesaran(-)
JVP : 5+1 cmH20
Pemeriksaan Fisik
THORAXANTERIOR
Paru
Inspeksi : gerakan dada simetris, thoracoabdominal, retraksi intercostal(-)
Palpasi : ICStidak melebar, ekspansi dada simetris, tactile fremitus (+)kanan=kiri
Perkusi : sonor kanan=kiri, batas paru hepar ICSV, peranjakan 1 selaiga
Auskultasi : VBS(+) kanan=kiri, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICSV linea midclavicula sinistra
Perkusi :
Batas kanan : ICSV linea sternaliskanan
Batas kiri : ICSV linea midclaviculakiri
Batas atas : ICSII lineaparasternal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
ABDOMEN
Inspeksi : tampak datar, jaringan parut (-), caput medusa(-)
Auskultasi : bising usus (+), 20x/menit
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), hepar tidak teraba perbesaran,
splenomegaly schuffner IV
Perkusi : timpanic dandullnes
THORAX POSTERIOR
Inspeksi : gerakan napas simetris
Palpasi : ICStidak melebar, tactile fremitus (+)kanan=kiri
Perkusi : sonor kanan=kiri, nyeri ketuk CVA(-/-)
Auskultasi : VBS(+) kanan=kiri, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Pemeriksaan Fisik
EKSTRIMITAS
Edema -/-
Sianosis –
Petechi -/-
Akral hangat
CRT<2 detik
Spoon nail –
Clubbing finger –
Diagnosis Banding
1. Anemia Gravis ec Hemolitik
2. Anemia Aplastik
3. Hypoglikemi
Usulan Pemeriksaan
• Pemeriksaan Hematologi Rutin: Hb, Ht, Eritrosit, Retikulosit, Leukosit,
Trombosit + Diff count
• Sediaan Apus Darah Tepi
• MCV, MCH, MCHC
• Bilirubin direk dan TotalBilirubin
• Tes coomb
• SGOT,SGPT
• GDS
• Apus bone marrow
Diagnosis
Anemia Gravis ec Hemolitik
Tatalaksana
• Tirah baring
• Transfusi WRCsampai Hb > 8 g/dl
• Kortikosteroid 1 - 1.5 mg/kgBB/hari
Prognosis
• Quo ad vitam : Dubia admalam
• Quo ad functionam : Dubia admalam
• Quo ad sanationam : Dubia admalam
ANEMIA
Anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit
(red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah
yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen
carrying capacity).
Indonesia:
Anak prasekolah : 30-40%
Anak usia sekolah : 25-35%
Perempuan dewasa tidak hamil : 30-40%
Perempuan hamil : 50-70%
Laki-laki dewasa : 20-30%
Pekerja berpenghasilan rendah : 30-40%
EtioPatogenesis
04
02
Menentukan adaatau
tidaknya penyakit
Menentukan jenis
penyerta yang akan
anemia mempengaruhi hasil
pengobatan
Pendekatan Klinis
Kecepatan timbulnya penyakit (awitan penyakit)
Anemia yang timbul cepat (dalam beberapa hari sampai
minggu) biasanya disebabkan oleh:
1). Perdarahan akut, 2). Anemia hemolitik yang didapat
seperti halnya pada AIHA terjadi penurunan Hb >I g/dl per
minggu. Anemia hemolitik intravaskular juga sering terjadi
dengan cepat, seperti misalnya akibat salah transfusi, atau
episode hemolisis pada anemia akibat defisiensi G6PD, 3).
Anemia yang timbul akibat leukemia akut, 4). Krisis aplastik
pada anemia hemolitik kronik.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis Pemeriksaan Laboratorium
Lemah, pusing, cepat capek dan sesak. Pasien Retikulositosis merupakan indikator terjadinya
mungkin juga mengeluh kuning dan urinnya hemolisis. Retikulositosis mencerminkan adanya
kecoklatan, meski jarang terjadi. Riwayat hiperplasia eritroid di sumsum tulang tetapi
pemakaian obat-obatan. Pada pemeriksaan fisis biopsi sumsum tulang tidak selalu diperlukan.
ditemukan kulit dan mukosa kuning. Retikulositosis dapat diamati segera, 3-5 hari
Splenomegali didapati pada beberapa anemia setelah penurunan hemoglobin. Diagnosis
hemolitik. Pada anemia berat dapat ditemukan banding retikulositosis adalah perdarahan aktif,
takikardia dan aliran murmur pada katup mielotisis dan perbaikan supresi eritropoeisis.
jantung. Jika tidak ada kerusakan organ lain, peningkatan
Selain hal-hal umum yang dapat ditemukan LD atau LDH dan SGOT bukti adanya percepatan
pada anemia hemolisis di atas, perlu dicari saat destruksi eritrosit. Hemosiderinuria atau
anamnesis dan pemeriksaan fisik hal-hal yang hemoglobinuria dapat ditemukan.
bersifat khusus untuk anemia hemolisis
tertentu. Misalnya, ditemukannya ulkus tungkai
pada anemia sickle cell.
Enzimopati
Pada sel eritrosit terjadi metabolisme glukosa untuk menghasilkan energi (ATP). ATP digunakan
untuk kerja pompa ionik dalam rangka mempertahankan milieu ionic yang cocok bagi eritrosit.
Sebagian kecil energi hasil metabolisme tersebut digunakan juga untuk penyediaan besi
hemoglobin dalam bentuk ferro. Pembentukan ATP ini berlangsung melalui jalur Embden
Meyerhof yang melibatkan sejumlah enzim seperti glukosa fosfat isomerase dan piruvat kinase.
Selain digunakan untuk membentuk energi, sebagian kecil glukosa mengalami metabolisme
dalam eritrosit melalui jalur heksosa monofosfat dengan bantuan enzim glukosa 6 fosfat
dehidrogenase (G6PD) untuk menghasilkan glutation yang penting untuk melindungi
hemoglobin dan membran eritrosit darioksidan.
Defisiensi enzim piruvat kinase, glukosa fofat isomerase dan glukosa 6 fosfat dehidrogenase
dapat mempermudah dan mempercepat hemolisis. Berturut-turut prevalensi tersering kejadian
defisiensi enzim tersebut adalah G6PD,piruvat kinase dan glukosa fosfat isomerase.
Defisiensi G6PD Defek jalur Embden meyerhof
Defisiensi enzim G6PD Defisiensi piruvat kinase, glukosa
fosfat isomerase dan fosfogliserat
kinase.
Faktor presipitasi penggunaan obat Hemolisis pada masa kanak-kanak, icterus
asetanilid, fuzolidon (furokson), dan splenomegaly.
isobutil nitrit, metilen blue, asam
nalidiksat, naftalen, niridazol,
nitrofurantoin, fenazopiridin (piridium),
primakuin, pamakuin, dapson,
sulfasetamid, sulfametoksazol,
sulfapiridin, tiazolsulfon, toluidin blue,
trinitrotoluen, urat oksidase, vitamin K,
Doksorubisin. Asidosis metabolik dan
buncis.
Survival 10 tahun berkisar 70%. aktif. Pasien memiliki survival yang baik dan cukup stabil.
Mortalitas selama 5-10 tahun sebesar15-
25%.
Prognosis pada AIHA sekunder tergantung penyakit
yang mendasari
Anemia Hemolitik Autoimun TipeHangat Anemia Hemolitik Autoimun TipeDingin
Kortikosteroid : 1 - 1.5 mg/kgBB/hari. Dalam 2 Menghindarai udara dingin yang dapat
minggu sebagian besar akan menunjukkan respon memicu hemolisis.
klinis baik. Prednison dan splenektomi tidak banyakmembantu
Splenektomi. Bila terapi steroid tidak adekuat atau Chlorarnbucil2-4 mgthari
tidak bisa dilakukan tapering dosis selama 3 bulan, Plasmafaresis untuk mengurangi antibodi IgM secara
maka perlu dipertimbangkan splenektomi. teoritis bisa mengurangi hemolisis, namun secara
Imunosupresi. Azathioprin 50-200 mglhari (80 praktik hal ini sukardilakukan.
mg/m2), siklofosfamid 50- 150 mghari (60 mg/m2).
Terapi lain: Danazol 600-800 mg/hari.
Biasanya danazol dipakai bersama-sama
steroid. Bila terjadi perbaikan, steroid diturunkan
atau dihentikan dan dosis danazol diturunkan
menjadi 200-400 mg/hari. Terapi transfusi: terapi
transfusi bukan merupakan kontraindikasi mutlak.
Padakondisi yang mengancam jiwa
(misal Hb < 3 gldl) transhsi dapat diberikan,
sambal menunggu steroid
dan immunoglobulin untuk berefek.
Anemia Hemolitik Imun DiinduksiObat Anemia Hemolitik Autoimun karenaTransfusi
Gambaran klinis: riwayat pemakaian obat tertentu Eeaksi transfusi akut yang disebabkan karena
positip. Pasien yang timbul ketidaksesuaian ABO eritrosit (sebagai contoh transfusi
hemolisis melalui mekanisme PRC golongan A pada penderita golongan darah 0 yang
hapten atau autoantibodi biasanya memiliki antibody IgM anti -A pada serum) yang akan
bermanifestasi sebagai hemolisi ringan memicu aktifasi komplemen dan terjadi hemolisis
sampai sedang. Bila kompleks ternary intravaskular yang akan menimbulkan DIC dan infark
yang berperan maka hemolisis akan terjadi secara ginjal. Dalam beberapa menit pasien akan sesak napas,
berat, mendadak dan disertai gagal ginjal. demam,nyeri pinggang, menggigil, mual, muntah, dan
Bila pasien sudah pernah syok.
terpapar obat tersebut, maka hemolisis
sudah dapatterjadi pada
pemaparan dengan dosis tunggal.
Laboratorium: anemia, retikulosis, MCV tinggi, tes
Coomb positip. Lekopenia, trombositopenia,
hemoglobinemia, hemoglobinuria sering terjadi
pada hemolisis yang diperantarai kompleks ternary.
Terapi: Dengan menghentikan pemakaian obat yang
menjadi pemicu, hemolisis dapat dikurangi.
Kortikosteroid dan transfusi darah dapat diberikan
Thank you for yourattention!
Any Questions?
-Aybsth-
References:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V(PAPDI);
McCance Phatophysiology the Biologic Basics for Diseases in Adult
and Children 6th Edition;
Role of Complement in Autoimmune Hemolytic Anemia(NCBI)