Você está na página 1de 16

ADHD (Attention Deficit

Hyperaktivity Disorder).
Kelompok 3
HERIBERTUS ERIK KP.16.01141
JULDEWI S.G HAWAN KP.16.01.144
LIDIA MOFRO GIRBES KP.16.01.145
LUSSY ARUMISORE KP.16.01.147
MAGDALENA S. DALTA KP.16.01.149
MARIA ADOLFINA NUNU KP.16.01.150
MARIA FENANLAMPIR KP.16.01.152
MARIA SEPTIANI S. LAKU KP.16.01.153
MARTINA FADIRSYAIR KP.16.01092
definisi
ADHD adalah gangguan neurobiologis yang
menyebabkan kelainan hiperaktifitas,
kecenderungan untuk mengalami masalah
pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan
untuk selalu mencari stimulasi yang mulai
ditunjukkan oleh anak sebelum usia 4 tahun, dan
hal tersebut menyebabkan anak ADHD akan
menunjukkan banyak masalah ketika SD karena
dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan
tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan
bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan
etiologi
1. Faktor Penyebab
Faktor Genetik
Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
Faktor Psikososial
Faktor Lingkungan
Tanda dan gejala
• Sering tidak dapat memusatkan perhatian
pada suatu hal secara detail/rinci
• Sering membuat kesalahan karena ceroboh
• Sulit mempertahankan perhatiannya pada
tugas-tugas atau aktivitas bermain
• Sering kehilangan barang
• Perhatiannya mudah beralih
• Pelupa
Lanjutan……….
• Kaki dan tangan tidak dapat tenang
• Berteriak-teriak di tempat duduknya
• Sering meninggalkan tempat duduknya
sewaktu di kelas
• Berlari kesana kemari
patofisiologi
Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal
dengan GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori
yang membicarakan patofisiologi ADHD.
Penelitian pada anak ADHD telah menunjukkan
ada penurunan volume korteks prefrontal sebelah
kiri, Penemuan ini menunjukkan bahwa gejala ADHD
inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas
menggambarkan adanya disfungsi lobus frontalis,
tetapi area lain di otak khususnya cerebellum juga
terkena.
komplikasi
• Diagnosis sekunder-gangguan konduksi,
depresi, dan penyakit ansietas.
• Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah,
sulit membaca dan mengerjakan aritmatika
(seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).
• Hubungan dengan teman sebaya buruk
(seringkali akibat perilaku agresif dan kata-
kata yang diungkapkan).
Pemeriksaan penunjang
• Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan)
menentukan adanya gangguan otak organik
• Tes psikologis
• Pemeriksaan diagnostic individual bergantung
pada adanya gejala fisik (misalnya ruam,
penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala
alergi lain)
penatalaksanaan
• Pelatihan manajemen orang
• Intervensi pendidikan
• Melakukan konseling keluarga
• Mencari kelompok pendukung
• Melakukan konseling individu : Memberi
dukungan di mana anak dapat membahas
permasalahan dan curahan hati pribadinya
Asuhan keperawatan ADHD
1. Pengkajian
 Identitas Klien
 Keluhan utama
• Riwayat penyakit sekarang
• Orang tua atau pengasuh melihat tanda – tanda
awal dari ADHD :
• Anak tidak bisa duduk tenang
• Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak
mengenal lelah
• Perubahan suasan hati yang yang
mendadak/impulsive
 Riwayat penyakit sebelumnya
 Riwayat psiko,sosio, dan spiritual
 Riwayat penyakit keluarga
 Activity daily living ( ADL )
1. Nutrisi
• Anak nafsu makan nya berkurang (anarexia).
2.Aktivitas
• Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa
tujuan
3. Eliminasi
• Anak tidak mengelamai ganguan dalam eliminasi
4. Istirahat tidur
• Anak mengalami gangguan tidur
5. Personal Higiane
• Anak kurang memperhatikan kebersihan diri nya
sendiri dan sulit di atur
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
Tujuan :
Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jamn setiap
malam
Kriteria hasil:
 Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur
 Tidak ada gangguan-gangguan yang diamati oleh perawat
 Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam
tanpa terbangun
Intervensi :
1. Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur
2. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan rasa
takut dan ansietas-ansietas tertentu
3. Duduk dengan anak sampai dia tertidur
4. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung,
latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air hangat)
2. Diagnosa : Resiko cedera berhubungan dengan
psikologis (orientasi tidak efektif)
Tujuan :
• Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain
Kriteria Hasil :
• Anak mencari orang lain untuk
mendiskusikan perasaan perasaan yang sebenarnya.
Intervensi :
1. Observasi perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini
melalui aktivitas sehari - hari dan interaksi untuk
menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan.
2. Observasi perilaku - perilaku yang mengarah pada
tindakan bunuh diri.
3. Ketidakefektifan koping individ berhubungan
dengan dukungan sosial yang tidak adekuat.
Tujuan:
-Anak mengembangkan dan menggunakan
keterampilan koping yang sesuai dengan umur
dan dapat diterima sosial
Kriteria hasil:
-Anak mampu penundaan pemuasan terhadap
keinginannya, tanpa terpaksa untuk menipulasi
orang lain
Intervensi :
• Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah
realistis.
• Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak.
• Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada
saty ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas
kelompok.
• Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-
aspek positif dari dan dalam mengembangkan
rencana-rencana untuk merubah karakteristik
yang melihatnya sebagai negatif.
TERIMA KASIH

Você também pode gostar