Você está na página 1de 89

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

NEUROLOGI

PEMBIMBING : PROF. DR. H. SAMINO, SP. S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU NEUROLOGI


CEMPAKA PUTIH
KESADARAN

 Inspeksi, perhatikan apakah pasien berespons


secara wajar terhadap stimulus visual, auditoar,
dan taktil yang ada disekitarnya.
 Konversasi, Apakah pasien memberikan reaksi
wajar terhadap suara konversasi, atau dapat
dibangunkan oleh suruhan atau pertanyaan
yang disampaikan dengan suara yang kuat?
 Nyeri, bagaimana respons pasien terhadap
rangsang nyeri?
RANGSANG MENINGEAL

Kaku Kuduk Lasegue Kernig Sign


+  kita dapatkan tahanan +  timbul rasa sakit dan +  terdapat tahanan dan
dan dagu tidak dapat tahanan sebelum mencapai rasa nyeri sebelum atau
mencapai dada. Kaku kuduk 70° kurang dari sudut 135°
dapat bersifat ringan atau Tanda Lasegue (+) dijumpai Kernig Sign (+) dijumpai pada
berat. pada meningitis, ischialgia, penyakit – penyakit seperti
Kaku Kuduk (+) dijumpai pada iritasi pleksus lumbosakral yang terdapat pada tanda
meningitis, abses (ex.HNP lumbosakralis) lasegue (+).
retrofaringeal, arthritis di
servikal.
Brudzinski I Brudzinski II Brudzinski III
Penekanan pada Brudzinski IV
+  bila +  Bila pipi kedua sisi tepat
gerakan fleksi timbul gerakan +  gerakan
dibawah os
kepala disusul secara zygomaticus akan
fleksi secara
dengan gerakan reflektorik disusul oleh reflektorik pada
fleksi di sendi berupa fleksi gerakan fleksi kedua tungkai
lutut dan tungkai secara reflektorik disendi lutut
dikedua siku dan panggul.
panggul kedua kontralateral dengan gerakan
tungkai secara pada sendi lutut reflektorik keatas
reflektorik dan panggul sejenak dari kedua
lengan.
PEMERIKSAAN FUNGSI
VEGETATIF

 Yang terpenting adalah pemeriksaan miksi, yaitu dengan cara: anamnesis dan
pemeriksaan.
 Macam-macam kelainan miksi :

Inkontinensia urine
Retensio urin
Automatic bladder
Atonic bladder
Anamnesis : Pemeriksaan:

• Apakah miksi spontan, disadari, • Tekan vesica urinaria untuk


bisa ditahan atau tidak, keluar menentukan apakah penuh atau
terus-menerus atau sekali tidak
keluar sekali berhenti atau tidak • Observasi ujung urethra
dapat keluar sama sekali. eksterna, basah terus atau
tidak
• Tekan vesica urinaria apakah
terjadi pengosongan urine, lalu
lakukan catheterisasi untuk
menentukan urine
Tingkat Kesadaran

 Compos Mentis = 15
 Somnolen =12-14
 Sopor (stupor) =9-11
 Koma =3-8
PEMERIKSAAN N. CRANIALIS
N I = N. OLFACTORIUS
 Penderita diminta untuk mengidentifikasi apa yang
tercium olehnya jika suatu botol didekatkan pada
lubang hidungnya.
 Pemeriksaan dilakukan terhadap kedua lubang
hidung.
 Pemeriksaan dimulai dengan menyuruh penderita
menutup satu lubang hidung. Kemudian bahan
pemeriksaan kita dekatkan pada lubang hidung
sebelahnya.
 Terciumnya bau-bauan secara tepat berarti fungsi
penciuman (N.1) kedua belah sisi adalah baik.
 Kelainan penciuman:
Anosmia ⇒ hilangnya daya penciuman
Hiposmia ⇒ daya penciuman berkurang
Hiperosmia ⇒ daya penciuman lebih tajam dari normal
Parosmia ⇒ rangsangan bau ada tetapi identifikasinya
salah
Halusinasi olfactorik ⇒ mencium bau sesuatu tanpa
adanya rangsangan
N.II = N. Opticus
 Fungsi: untuk penglihatan
 Pemeriksaan meliputi:
Ketajaman penglihatan (visual acuity)
 Tes kartu Snellen
 Tes hitung jari
 Tes gerakan jari
 Tes cahaya

Lapangan pandang
 Tes konfrontasi
 Tes kampimetri/perimetri
Fundus oculi (funduscopy)
 Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan oftalmoskop.
 Yang diperiksa adalah keadaan retina dan diskus optikus
atau papila nervi optici.
Penilaian:
 Gambaran fundus oculi normal: Retina berwarna merah-
oranye
 Pembuluh darah: vena lebih tebal dari arteri dan
berpangkal pada pusat papil dan memancarkan
cabang-cabangnya keseluruh retina dengan
perbandingan a:v = 2:3
 Papil N.II: berwarna kuning kemerahan, bentuk bulat,
batas tegas dengan sekelilingnya, mempunyai cekungan
fisiologis (cupping).
 Kelainan Papil :
- Papil Edema
- Papil Atrofi
 Tes Warna (color vision testing)
 Tes ini untuk mengetahui adanya buta warna  dengan
menggunakan Ishihara.
 Gangguan pengenalan warna ini sering ditemukan pada
kasus neuritis optika, lesi N.II atau lesi khiasma opticum.
 N.III, N.IV, N.VI = N. Occulomotorius, N. Trochlearis, N.
Abducen.

Ketiga saraf ini dinamakan Nn. Occulares karena


bersama-sama mengurus gerakan kedua bola mata.
Pemeriksaan N.III, N.IV, dan N.VI meliputi:
 Celah mata (fissura palpebrae)
 Ptosis
 Keadaan bola mata
 Sikap bola mata
 Gerakan bola mata
 Gerakan bola mata konjugat
 Nystagmus
 Pupil : Bentuk pupil, Normal bentuknya bulat, batas rata,
dan licin, Ukuran pupil (miosis/midriasis atau isokor/
anisokor), Refleks pupil
M. Oblique
M. Rectus
inf (N III)
superior (N
III)

M. Rectus
med M. Rectus
N III lat
(N VI

M. Rectus
M. Oblique inf
sup N III
N IV
 N.V = N. Trigeminus
N. Trigeminus terdiri dari:
 Saraf
motorik, yang mempersarafi otot
pengunyah yaitu M. Masseter, M.
Temporalis, M. Pterigoideus.
 Saraf
sensorik, yang mempersarafi
wajah dalam 3 cabang yaitu N.
ophtalmicus, N. Maxillaris,
N.Mandibularis.
 Pemeriksaan meliputi :
Motorik
 M. Masseter dan M. Temporalis
 M. Pterigoideus
Sensorik
 Ada 3 cabang sensorik untuk wajah:
- N. Ophtalmicus
- N. Maxillaris
- N. Mandibularis
 Pemeriksaan:
 Di sini kita membandingkan sensasi kulit satu sisi dengan sisi
lain pada daerah muka (dahi, pipi, dagu) baik untuk
sensasi nyeri (dengan jarum) maupun raba (dengan
kapas). Lalu tanyakan apakah sensasi rasa nyeri/rasa raba
yang dirasakan pada sebelah kiri sama dengan sebelah
kanan. Bila tidak sama penderita diminta
memberitahukan mana yang lebih sakit.
Motorik
 M. Masseter
 M. Pterigoideus

Refleks
Ada 3 refleks yang diperiksa, yaitu:
 Refleks kornea
 Refleks kornea langsung
 Refleks kornea tidak langsung
 Refleks masseter (jaw jerk reflex)
 Refleks bersin
Saraf
Kranial
N.VII = N. Facialis

Pemeriksaan N. Facialis ini meliputi fungsi:

1. Motorik, yang mempersarafi semua otot wajah


kecuali M. Levator palpebra superior
2. Sensorik khas, pengecap 2/3 anterior lidah
3. Visceromotorik, mengatur sekresi kelenjar lakrimalis,
lingualis, dan submaxillaris
4. Somatosensorik, Rasa nyeri pada lidah, palatum,
MAE, Gendang telinga luar
Pemeriksaan saraf Test Kekuatan Otot :
fasialis dilakukan saat  Mengangkat alis,
pasien diam dan atas bandingkan kanan dan kiri.
perintah (tes kekuatan  Menutup mata sekuatnya
otot) saat pasien diam (perhatikan asimetri)
diperhatikan : kemudioan pemeriksa
mencoba membuka kedua
 Asimetri wajah
mata tersebut bandingkan
 Ekspresi muka kekuatan kanan dan kiri.
(sedih, gembira,  Memperlihatkan gigi
takut, seperti topeng) (asimetri)
 Meniup sekuatnya,
bandingkan kekuatan
uadara dari pipi masing-
masing.
Mengerutkan dahi

Test menutup mata dan dicoba dibuka


pemeriksa
Test Mengembungkan pipi

test menyengir
Tes sensorik khusus
(pengecapan) 2/3
depan lidah)

 Pemeriksaan dengan
rasa manis, pahit,
asam, asin yang
disentuhkan pada
salah satu sisi lidah.

 Bahannya
adalah:Glukosa 5 %,
Nacl 2,5 %, Asam
sitrat 1 %, Kinine
Sekresi air mata.

 Dengan
menggunakan
Schirmer test
(lakmus merah)
 Ukuran : 0,5 cm x
1,5 cm
 Warnaberubah
menjadi Biru :
Normal: 10 – 15
mm ( lama 5 menit
Pemeriksaan N.VIII
(Pendengaran dan
Keseimbangan)
 Inspeksi cerumen, obstruksi,
perforasi membran timpani

 Testpendengaran  audiogram
(untuk membedakan tuli saraf
dengan tuli konduktif)
Weber

 Membandingkan hanataraan tulang ditelinga


kanan dan kiri pasien.

 Garpu tala ditempatkan didahi pasien, pada


keadaan normal kiri dan kanan sama keras

 Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi


di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan.
Pada lateralisai ke kanan terdapat
kemungkinannya:

 1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya


ototis media disebelah kanan.
 2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi
gangguannya pada telinga kanan lebih hebat.
 3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke
sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah
kanan.
 4) Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah
kiri lebih hebat dari pada sebelah kanan.
Rinne
Maksudnya membandingakn hantaran tulang dan
udara dari pasien.
Pada telinga yang sehat,hantaran udara > hantaran
tulang.
Garpu tala ditempatkan pada planum mastoid sampai
pasien tidak dapat mendengarnya lagi. Kemudian
garpu tala dipindahkan kedepan meatus eksternus.
Jika pada posisi yang kedua ini masih terdengar
dikatakan test positif. Pada orang normal test Rinne
ini positif. Pada ”Conduction deafness” test Rinne
negatif.
Swabach
 Padatest ini pendengaran pasien
 Kemudian garpu tala dibunyikan lagi
dibandingkan dengan dan pangkalnya ditekankan pada tulang
pendengaran pemeriksa yang mastoid pasien
dianggap normal.  Bila sudah tidak mendengar lagi maka
garpu tala diletakkan ditulang mastoid
 Garpu tala dibunyikan dan pemeriksa. Bila pemeriksa masih
kemudian ditempatkan didekat mendengarkan bunyinya maka
telinga pasien. Setelah pasien dikatakan Schwabach ( untuk konduksi
tulang ) lebih pendek
tidak mendengarkan bunyi lagi,
garpu tala ditempatkan didekat
telinga pemeriksa. Bila masih
terdengar bunyi oleh pemeriksa,
maka dikatakan bahwa
Schwabach lebih pendek (untuk
konduksi udara ).
Weber

 Tes Rinne

 Swabach
Pemeriksaan Romberg test
Keseimbangan

stepping test
Test jari telunjuk hidung
Pemeriksaan
Keseimbangan
 Test tumit – lutut.

 Test diadokinesia berupa:


pronasi – supinasi, tapping
jari tangan.

Test mempertahankan
sikap.
Romberg test

 Pasien berdiri dengan kaki yang satu didepan


kaki yang lainnya. Tumit kaki yang satu
berada didepan jari kaki yang lainnya, lengan
dilipat pada dada dan mata kemudian
ditutup.
 Orang yang normal mampu berdiri dalam
sikap Romberg yang dipertajam selama 30
detik atau lebih.
Test melangkah ditempat ( Stepping test ).

Pasien disuruh berjalan ditempat, dengan mata


tertutup, sebanyak 50 langkah dengan kecepatan
seperti jalan biasa. Selama test ini pasien diminta
untuk berusaha agar tetap ditempat dan tidak
beranjak dari tempatnya selama test berlangsung.
Dikatakan abnormal bila kedudukan akhir pasien
beranjak lebih dari 1meter dari tempatnya
semula, atau badan terputar lebih dari 30 derajat.
Test jari Telunjuk-Hidung
 Pasien menunjuk hidungnya sendiri
 Kemudian menunjuk jari pemeriksa secara bergantian, jari telunjuk
pemeriksa berpindah-pindah posisi selama test berlangsung , pasien
diminta untuk melakukan gerakan ini secara berlahan kemudian makin
cepat dan sebaliknya
 Test dilakuakn untuk tangan kanan dan kiri

Test hidung jari sambil tutup mata


 Menerangkan tujuan pemeriksaan
 Pasien disuruh menunjuk hidungnya sendiri sambil matanya ditutup
 Kemudian menunjuk jari sendiri secara bergantian, jari telunjuk klien
berpindah-pindah posisi selama test berlangsung
 Klien diminta untuk melakukan gerakan ini secara berlahan kemudian
makin cepat dan sebaliknya
 Test dilakuakn untuk tangan kanan dan kiri
Test tumit – lutut.

 Dalam sikap berbaring klien disuruh meletakkan kiri di


atas lutut kanannyatumit ,
 Kemudian menggerakkan tumit tersebut meyusuri tulang
tibia kea rah distal sampai dorsum kaki dan ibu jari kaki,
 pasien diminta untuk melakukan gerakan ini secara
berlahan kemudian makin cepat dan sebaliknya,
 Dapat pula gerakan ini dilakukan berlawanan arah dari
bawah ke atas,
 Test dilakuakn untuk kaki kanan dan kiri
Test tapping jari-jari tangan

Test Pronasi-Supinasi dilakukan dengan menepuk pinggiran


meja/paha dengan telapak tangan
 Dalam sikap duduk pasien disuruh secara berselingan bagian volar dan
meletakkan tangan di bagian atas bagian dorsal tangan dengan cepat atau
distal paha dengan tepukan cepat jari-jari tangan
 Mula-mula secara pronasi (telapak tangan ke
ke jempol
bawah), lalu supinasi (telapak tangan ke
atas),
 pasien diminta untuk melakukan gerakan ini
secara berlahan kemudian makin cepat dan
sebaliknya,
 Test dilakuakn untuk tangan kanan dan kiri
N.IX dan N.X = N.
Glossopharyngeus dan N. Vagus

 Pemeriksaan N. IX dan N X. karena


secara klinis sulit dipisahkan maka
biasanya dibicarakan bersama-sama,
anamnesis meliputi kesedak / keselek
(kelumpuhan palatom), kesulitan
menelan dan disartria(khas bernada
hidung / bindeng)
Pemeriksaan :
 Penderita diminta membuka mulutnya selebar-lebarnya
dengan lidah dijulurkan keluar, kemudian amati ARCUS
PHARYNX apakah simetris atau tidak.
 Untuk pemeriksaan aktif, pasien diminta mengatakan “aah”
dan kembali mengamati arkus faring terangkat simetris atau
tidak.
 Setelah ituperhatikan apakah UVULA penderita terletak di
tengah-tengah (normal).
 jika uvula terletak ke satu sisi maka ini menunjukkan adanya
kelumpuhan nervus X unilateral perhatikan bahwa uvula
tertarik kearah sisi yang sehat
 Dilihat ada tidaknya GANGGUAN MENELAN.
 Pemeriksaan DENYUT JANTUNG
 Pemeriksaan n.IX dan X
Cara Pemeriksaan

 Lakukan tesrefleks muntah dengan


lembut (nervus IX adalah komponen
sensorik dan nervus X adalah komponen
motorik).
 Sentuh bagian belakang faring pada
setiap sisi dengan spatula, jangan lupa
menanyakan kepada pasien apakah ia
merasakan sentuhan spatula tersebut (N.
IX) setiap kali dilakukan
 Dalam keadaaan normal, terjadi kontraksi
palatum molle secara refleks. Jika
kontraksinya tidak ada dan sensasinya utuh
maka ini menunjukkan kelumpuhan nervus
X,
 Pasien disuruh berbicara agar dapat
menilai adanya suara serak (lesi nervus
laringeus rekuren unilateral),
 Tes juga rasa kecap secara rutin pada
sepertiga posterior lidah (N. IX).
Pemeriksaan N.XI

 N.XI = N. Accesorius
Hanya mempunyai komponen motorik
yang mempersarafi
a. M. Trapezius
b. M. Sternocleidomastoideus
Memeriksa tonus dari Memeriksa m.
m. Trapezius Sternocleidomastoideus
N.XII = N. Hypoglossus

Bersifat motorik yang mempersarafi otot-


otot penggerak lidah
Cara pemeriksaan:
Penderita diminta membuka mulut dan
menjulurkan lidahnya lurus ke depan.
Perhatikan: Deviasi, Fasikulasi. Papil
lidah: ada atrofi atau tidak (pada atrofi
lidah tampak licin).
PEMERIKSAAN MOTORIK
Upper Motor Neuron Lower Motor Neuron

 Badan sel di korteks motorik  Badan sel:


(girus prefrontal)  Nukleus saraf otak
 Akson berakhir di:  Kornu anterior medula
 Nukleus saraf otak spinalis
(Kortikobulbaris)  Akson berakhir di:
 Kornu anterior medula  Motor end plate (otot
spinalis (Kortikospinalis) rangka)
UMN LMN
Atrofi
Inspeksi Normal (disuse atrophy)
Fasikulasi

Tonus Meningkat (kecuali pd akut) Menurun (atau normal)

Kekuatan Menurun Menurun

Refleks Tendon Meningkat (kecuali pd akut) Menurun Atau normal

Refleks Patologis Ada Tidak ada


 Gerakan involunter
Amati gerakan involunter atau gerakan diluar kemauan seperti tremor, khorea, tic,
balismus, atetosis, Myokimia, Myokloni, atau fasikulasi.
Perhatikan lokasi, kecepatan,irama, dan hubungannya dengan postur tubuh, aktivitas.
Tonus Otot
Flaksid : tidak ada tahanan
Pasien diminta sama sekali (dijumpai pada
melemaskan ekstremitas kelumpuhan LMN)
yang hendak diperiksa Hipotoni : tahanan berkurang
kemudian ekstremitas
tersebut kita gerak- Spastik : tahanan meningkat
gerakkan fleksi dan dan terdapat pada awal
ekstensi pada sendi siku gerakan, ini dijumpai pada
dan lutut. Pada orang kelumpuhan UMN
normal terdapat tahanan Rigid : tahanan kuat terus
yang wajar menerus selama gerakan
misalnya pada Parkinson.
Kekuatan Otot
 Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan
pemeriksa menahan gerakan ini
 Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan disuruh
menahan
Nilai Deskripsi
0 Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total

Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada


1
persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut

Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat


2
(gravitasi)

3 Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat

Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit


4
tahanan yang diberikan
5 Tidak ada kelumpuhan (normal)
UMN LMN
• Spastik • Flaksid
• Hipertonia • Atoni
• Atrofi (-), fasikulasi (-) • Atrofi disertai fasikulasi
• Klonus/kontraksi & • Klonus (-)
relaksasi otot bergantian • Reflek patologis (-)
dengan cepat (+) • Reflek fisiologis:
• Refleks patologis (+) hiporefleksia/arefleksi
• Hiperreflexia (tidak adanya reflex)
• Tak ada gangguan • Ada gangguan sensoris,
sensoris, tropik, autonom tropik, autonom
 Gangguan Ekstrapiramidal

Gangguan pada tonus otot


Gerakan otot abnormal yang tdk dpt dikendalikan
Gangguan pada kelancaran gerakan otot
volunter
GAIT
Steppage gait
Hemiplegik gait Spastik/ Scissors gait
(gaya jalan dengan (gaya jalan seperti ayam
(gaya jalan dengan kaki
sirkumduksi kedua jago, pada paraparese
yang lumpuh digerakkan
tungkai) flaccid/paralisis n.
secara sirkumduksi)
peroneus)

Waddling gait Parkinsonian gait


(gaya berjalan dengan (gaya berjalan dengan sikap tubuh
pantat & pinggang agak membungkuk, kedua tungkai
bergoyang berlebihan berfleksi sedikit pada sendi lutut &
khas untuk kelemahan otot panggul. Langkah dilakukan
tungkai proximal misal setengah diseret dengan
otot gluteus) jangkauan yang pendek-pendek)
REFLEKS FISIOLOGIS
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m. Biseps brachii, posisi
lengan setengah ditekuk pada sendi siku
Respons : fleksi lengan pada sendi siku.
Afferent : n. musculucutaneus (C5-6)
Efferenst : n. musculucutaneus (C5-6)

Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi.
Respons : extensi lengan bawah disendi siku
Afferent : n. radialis (C 6-7-8)
Efferenst : n. radialis (C 6-7-8)

Stimulus : ketukan pada periosteum ujung distal os radii, posisi lengan


setengah fleksi dan sedikit pronasi
Respons : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.
Brachioradialis
Afferent : n. radialis (C 5-6)
Efferenst : n. radialis (C 5-6)
Stimulus : ketukan pada tendon patella
Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.
quadriceps femoralis.
Efferent : n. femoralis (L 2-3-4)
Afferent : n. femoralis (L 2-3-4)

Stimulus : ketukan pada tendon Achilles


Respons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.
gastrocnemius
Efferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
Afferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )

Stimulus : ketukan pada periosteum proc. styloigeus ulnea,


posisi lengan setengah fleksi & antara pronasi – supinasi.
Respons : pronasi tangan akibat kontraksi m. pronator
quadrates
Afferent : n. ulnaris (C8-T1)
Efferent : n. ulnaris (C8-T1)
REFLEKS PATOLOGIS

Babinski
Chaddock Oppenheim
Goresan harus dilakukan
perlahan, jangan sampai
mengakibatkan rasa nyeri, sebab
Rangsang diberikan Mengurut dengan
hal ini akan menimbulkan refleks dengan jalan kuat tibia dan otot
menarik kaki (flight reflex) menggoreskan tibialis anterior,
Goresan dilakukan pada telapak
kaki bagian lateral, mulai dari bagian lateral Arah mengurut ke
tumit menuju pangkal jari. maleolus bawah (distal).
+ : gerakan dorso fleksi ibu jari,
yang disertai gerak jari-jari
lainnya
Schaefer Gordon Mendel – Bechterew
Memencet (mencubit) tendon Memencet (mencubit) otot Pengetukan dorsum pedis
Achilles betis pada daerah os coboideum

Klonus Hoffman-Trommer Rossolime


Kontraksi ritmik dari otot, yang timbul bila goresan pada kuku jari tengah kaki bagian atas di ketuk (sekitar
pasien pangkal/proksimal jari tengah-
otot diregangkan secara pasif telunjuk)
Respon : ibu jari, telunjuk dan jari
+ pada lesi supranuklir ( UMN , pyramidal ). lainnya fleksi Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi
interfalangeal
 Reflex Hoffman-trommer positif dapat disebabkan oleh lesi pyramidal
 Tangan penderita kita pegang pada pergelangan dan jari-jarinya disuruh fleksi. Kemudian
jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan jari-tengah kita. Dengan ibu-jari kita
"gores-kuat" (snap) ujung jari tengah penderita.
 +  fleksi jari telunjuk, serta fleksi dan aduksi ibu jari
PEMERIKSAAN SENSORIK

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan sesnorik yaitu :


• Prosedur pemeriksan harus benar-benar dimengerti oleh penderita,
• Ketajaman persepsi dan interpretasi rangsangan berbeda pada setiap
individu, pada tiap bagian tubuh, pada individu yang sama tetapi dalam
situasi yang berlainan.
• Azas simetris: pemeriksaan bagian kiri harus selalu dibandingkan dengan
bagian kanan.
• Pemeriksaan ini harus dikerjakan dengan sabar (jangan tergesa-gesa)
dan penderita tidak boleh dalam keadaan tegang.
PRINSIP UMUM
 Mencari defisit sensibilitas
 Mencari gejala-gejala lain di tempat gangguan sensibilitas
tersebut, misalnya atrofi, kelemahan otot, refleks
menurun/negative
 Lesi saraf perifer sering disertai berkurang atau hilangnya
keringat, kulit kering, perubahan pada kuku dan hilangnya sebagian
jaringan di bawah kulit
Sentuhan ringan : diperiksa dengan ujung kapas yang ditempelkan ke satu titik
dengan mata pasien tertutup.

Nyeri: jarum diletakkan tegak lurus dan sentuhkan pada lokasi yang akan diperiksa.

Propriosepsi: sensasi posisi sendi harus diperiksa dengan mata pasien tertutup.
Sistem pemeriksaan sensasi posisi sendi pada jari tangan atau kaki.

Suhu
Botol/tabung berisi air panas : suhu 40-45 derajat celcius.
Botol/tabung berisi air dingin : suhu 10-15 derajat celcius.. Bagian tubuh yang
tertutup pakaian lebih sensitif dari bagian tubuh yang terbuka.
Pemeriksaan Sensibilitas
Proprioseptif

Test untuk rasa sikap. Test untuk rasa gerak/posisi Test untuk rasa getar.
Alat pemeriksa : bagian tubuh sendi. Alat pemeriksa : garpu tala
pasien sendiri. Alat pemeriksan : sendi sendi/jari Cara pemeriksaan:
Cara pemeriksaan : jari tangan kaki pasien • Garpu tala digetarkan
• Tempatkan salah satu Cara pemeriksaan: dulu/diketuk pada meja atau
lengan/tungkai pasien pada • Pegang ujung jari jempol kaki benda keras lalu letakkan diatas
suatu posisi tertentu, kemudian pasien dengan jari telunjuk dan ujung ibu jari kaki pasien
suruh pasien untuk menghalangi jempol jari tangan pemeriksa • Minta pasien menjawab untuk
pada lengan dan tungkai. dan gerakkan keatas kebawah merasakan ada getaran atau
• Perintahkan untuk menyentuh maupun kesamping kanan dan tidak dari garputala tersebut
dengan ujung ujung telunjuk kiri
kanan, ujung jari kelingking kiri • Pasien diminta untuk menjawab
dsb. posisi ibu jari jempol nya berada
diatas atau dibawah atau
disamping kanan /kiri.
Pemeriksaan Sensibilitas
Diskriminatif :
Rasa stereognosis.
Dengan mata tertutup pasien diminta untuk mengenal benda –
benda yang disodorkan kepadanya.

Rasa Gramestesia.
Untuk mengenal angka, aksara, bentuk yang digoreskan diatas kulit
pasien, misalnya ditelapak tangan pasien.

Rasa Barognosia.
Untuk mengenal berat suatu benda.

Rasa topognosia.
Untuk mengenal tempat pada tubuhnya yang disentuh pasien.
Gangguan sensorik terdiri dari :
 Anestesia: tidak terasa sama sekali.
 Hipestesia : rasa berkurang.
 Hiperestesia : rasa bertambah.
 Parestesia : rasa berubah/kesemutan.
 Analgesia : rasa nyeri berkurang.
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR

Fungsi bahasa
Fungsi memori (ingatan)
Fungsi orientasi (pengenalan)
 Fungsi bahasa
Apakah ada afasia ?
 Afasia motorik
 A.m. kortikalis  korteks serebri dominan
 A.m. subkorikalis  subkorteks hemisfer dominan
 A.m. transkortikalis  korteks Broca dan Wernicke
 Afasia sensorik
 A.s. kortikalis  area korteks Wernicke
 A.s subkortikalis  subkorteks Wernicke
 Word Blindness
Gangguan bahasa lainnya
 Apraksia
 Agrafia
 Alexia
 Astereognosia
 Abarognosia
 Agramesthesia
 Asomatognosia
 Pemeriksaan fungsi memori
 Immediate memory (segera)
 Short term memory/recent memory (jangka pendek)
 Long term memory/remote memory (jangka panjang)
Dilakukan untuk audio memory (yang
didengar) dan visual memory (yang dilihat)

 Pemeriksaan fungsi orientasi


 Secara klinis pemeriksaan orientasi ada 3
yaitu: Personal, tempat, waktu
Dilakukan jika penderita dalam keadaan sadar
penuh dan tidak mengalami gangguan mental,
atau
kemampuan intelegen.
Pemeriksaan Status
Mental Mini (MMSE)
MMSE merupakan bagian penting dari setiap pemeriksaan
neurologis. Pemeriksaan ini meliputi evaluasi kualitas dan
kuantitas kesadaran, perilaku, emosi, isi pikir, kemampuan
intelektual dan sensorik. nilai maksimum adalah 30. Nilai
kurang dari 24 ditafsirkan sebagai demensia.
Tabel Pemeriksaan status mini mental
No. Tes (MMSE) Nilai maks

ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim),(bulan), (tanggal), hari apa? 5
2 Kita berada dimana? (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai/kamar) 5

REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1 detik, 3
pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk setiap
nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan
benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan 5
setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw = 2
nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3
BAHASA
6 Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, 2
buku)
7 Pasien disuruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1
8 Pasien disuruh melakukan perintah: “ambil kertas ini dengan tangan 3
anda,lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”
9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah “pejamkanlah mata 1
anda”
10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 1
11 Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini 1

Skor Nilai 24-30 = normal


TOTAL Nilai 17-23 = gangguan kognitif probable 30
Nilai 0-16 = gangguan kognitif definit
 Terima Kasih..

Você também pode gostar