Você está na página 1de 31

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES TERNATE
DEFINISI
Diabetes Melitus adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak
mampu menghasilkan atau menggunakan insulin (hormon
yang membawa glukosa darah ke sel-sel dan
menyimpannya sebagai glikogen).

Menurut American Diabetes Association Diabetes melitus


merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

Diabetes Melitus merupakan kelompok kelainan


heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & Suddarth,
2001).
KLASIFIKASI

DM di klasifikasi menjadi 4 :
 Diabetes tipe 1 (tergantung insulin)/ IDDM

 Diabetes tipe 2 (tdk tergantung


insulin)/NIDDM
 Diabetes Tipe Lain

 Diabetes karena kehamilan


DIABETES TIPE 1 (IDDM)
 Merupakan kondisi autoimun yang menyebabkan
kerusakan Sel ß pangkreas sehingga timbul
defisiensi insulin absolut
 DM tipe 1 merusak sel-sel penghasil insulin
pada pangkreas
 Faktor genetik dan faktor lingkungan seperti
infeksi virus tertentu
 Sekitar 70-90% sel ß hancur sblm timbul gejala
klinis
 Pasien DM tipe 1 harus gunakkan injeksi insulin
dan menjalankan dengan ketat
DIABETES TIPE 2 (NIDDM)

 Bentuk diabetes paling umum


 Penyebabnya bervariasi, dominan resitensi
diserta defesiensi insulin sampai defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin
 Penyebab resistensi tidak begitu jelas tetapi
faktor yg berperan yaitu kelainan genetik, usia,
gaya hidup, pola makan yang salah, obesitas,
infeksi
DIABETES TIPE LAIN

 Defek genetik fungsi sel beta


 Defek genetik kerja insulin

 Penyakit eksorin pangkreas (pangkreatitis,


tumor/pangkreatomi dan pangkreatopati
fibrokalkulus
 Infeksi (Rubella kongital, sitomegalovirus)
DMG (DIABETES MELITUS GESTATIONAL)

 Disebabkan karena resistensi insulin selama


kehamilan dan biasa kerja insulin akan
kembali normal setelah melahirkan
NO PEMASALAHAN DM TIPE 1 DM TIPE 2

1 Awitan Usia < 40 tahun > 40 tahun

2 Habitus tubuh Normal-kurus Gemuk

3 Insulin plasma Rendah-negatif Normal tinggi

4 Genetik Lokus Kromosom 6 Kromosom 11 (tetapi


masih belum jelas dan
dipertanyakan)

5 Komplikasi akut Koma ketoasidosis Koma hiperosmolar non-


ketotik
6 Terapi insulin Responsif Responsif-resistan

7 Obat oral Tidak responsif Responsif

Sumber : Tambayong J, 2000


ETIOLOGI
A) Diabetes Melitus
 DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana
berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi
insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM.
Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan
etiologi DM yaitu :
 Kelainan sel beta pankreas.
 Faktor – faktor lingkungan yang mengubah
fungsi sel beta.
 Gangguan sistem imunitas.
 Kelainan sekresi maupun kerja insulin
B) Gangren Kaki Diabetik
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya
gangren kaki diabetik dibagi menjadi endogen dan
faktor eksogen.
Faktor endogen :
a. Genetik, Metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen :
a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
PATOFISIOLOGI
 Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat
dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat
kurangnya insulin berikut:

a. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel


tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi
glukosa darah
b. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah
penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya
metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
c. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Keadaan patologi akan mengakibatkan beberapa
kondisi sebagai berikut :
1) Hiperglikemia
terjadinya hiperglikemia defisit insulin
ber(-) Transpor glukosa membran sel, proses ini
memicu Glikogenesis , kelebihan glukosa dalam
darah glikolisis
Cadangan glikogen ber (-) & glukosa tersimpan
dalam hati di keluarkan terus menerus melebihi
kebutuhan
2) Hiperosmolaritas
Terjadi karena pe an glukosa dalam darah
(cair)
Peningkatan konsetrasi glukosa
mengakibatkan kemampuan ginjal menurun
sehingga keluar melalui urine (glikosuria)
Eksresi molekul glukosa aktif secra osmosis
kehilangan sejumlah besar air (diuresis
osmotik) dan terjadi Poliuria
3) Starvasi Selular
Kelaparan yang di alami oleh sel di karenakan
sulit masuk padahal di sekeliling terdapat
glukosa
Dampak dari starvasi sel akan terkompensasi
untuk mempertahankan sel tersebut
MANIFESTASI KLINIS
 Polidipsi (rasa haus yang berlebih, walaupun cuaca tidak
panas).
 Poliuria (sering kencing terutama malam hari).
 Polifagia (cepat lapar).
 Glukosuria
 Berat badan menurun secara drastis.
 Badan lemah dan cepat lelah.
 Nafas Bau keton
 Kesemutan pada jari-jari tangan dan kaki serta gatal-gatal.
 Penglihatan kabur.
 Luka sulit sembuh.
 Gairah sex menurun
PENATALAKSANAAN
 Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM
bertujuan untuk menghilangkan keluhan atau
gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjang
adalah untuk mencegah komplikasi.
 Pengobatan primer untuk DM meliputi: diet,
olahraga dan obat obatan misalnya agen
hipoglikemik oral, insulin, atau keduanya. Dari
semua pengobatan ini yang paling penting adalah
diet. Strategi diet diperlukan untuk mencapai
euglikemia, mempertahankan berat badan ideal
dan memaksimalkan status nutrisi.
KOMPLIKASI
Organ/jaringan yg
Yang terjadi Komplikasi
terkena

Plak aterosklerotik terbentuk & menyumbat


arteri berukuran besar atau sedang di jantung,
otak, tungkai & penis. Sirkulasi yg jelek menyebabkan penyembuhan luka yg jelek &
Pembuluh darah Dinding pembuluh darah kecil mengalami bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, gangren kaki &
kerusakan sehingga pembuluh tidak dapat tangan, impoten & infeksi
mentransfer oksigen secara normal &
mengalami kebocoran

Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil


Mata Gangguan penglihatan & pada akhirnya bisa terjadi kebutaan
retina
 Penebalan pembuluh darah ginjal
 Protein bocor ke dalam air kemih Fungsi ginjal yg buruk
Ginjal
 Darah tidak disaring secara Gagal ginjal
normal

 Kelemahan tungkai yg terjadi secara tiba-tiba


Kerusakan saraf karena glukosa tidak atau secara perlahan
Saraf dimetabolisir secara normal & karena  Berkurangnya rasa, kesemutan & nyeri di
aliran darah berkurang tangan & kaki
 Kerusakan saraf menahun

Kerusakan pada saraf yg  Tekanan darah yg naik-turun


Sistem saraf
mengendalikan tekanan darah &  Kesulitan menelan & perubahan fungsi
otonom
saluran pencernaan pencernaan disertai serangan diare
Berkurangnya aliran darah ke kulit &
 Luka, infeksi dalam (ulkus diabetikum)
Kulit hilangnya rasa yg menyebabkan
 Penyembuhan luka yg jelek
cedera berulang

Mudah terkena infeksi, terutama infeksi saluran


Darah Gangguan fungsi sel darah putih
kemih & kulit

Luka tidak dimetabolisir secara


Sindroma terowongan karpal Kontraktur
Jaringan ikat normal sehingga jaringan menebal
Dupuytren
atau berkontraksi
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Diagnosa DM ditegakkan berdasarkan kadar glukosa
darah berikut yaitu :
Glukosa plasma puasa > 126 pada 2 x pemeriksaan.
Glukosa plasma random (acak) > 200 dengan gejala
hiperglikemia.
Glukosa plasma > 200 pada 2 jam posprandial.

 Kegagalan toleransi glukosa yang ditunjukan dengan


:
Glukosa plasma puasa > 126.
Glukosa 2 jam PP > 126 dan < 200.
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl) DM BUKAN DM BELUM PASTI DM

Palasma vena >200 <110 110-199


Darah
kapiler

Darah kapiler >200 <90 90-199

Kadar glukosa darah puasa (mg/dl) DM BUKAN DM BELUM PASTI DM

Plasma vena >126 <110 110-125

Darah kapiler >110 <90 90-109


 Glucosylated Hemoglobin (HbA1c).
Normalnya 4,0- 6,0. dimonitor secara rutin
setiap 3 bulan.
 Elektrolit, BUN jika diduga hiperglikemia
atau dehidrasi.
 Serum Kreatinin

 Urin 24 jam untuk mengatasi


mikroalbuminuria.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Hal-hal yang dapat dikaji pada pasien dengan diabetes melitus:
• Aktivitas/Istirahat
• Sirkulasi
• Integritas Ego
• Makanan/Cairan
• Neurosensori
• Nyeri/Kenyamanan
• Pernapasan
• Keamanan
• Seksualitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering


terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien diabetes mellitus yaitu :
 Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan diuresis
osmotik
 Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan
masukan oral.
 Resiko infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi
 Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik
 Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemajanan/interpretasi informasi.
Intervensi keperawatan
Dx 1 : Kekurangan volume cairan b/d dieresis osmotic
Intervensi :
 Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan lamanya dari gejala
seperti muntah,pengeluaran urine yang sangat berlebihan.
R/ membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total.
 Pantau tanda-tanda vital,catat adanya perubahan TD,ortostatik
R/ perkiraan berat ringannya hipovolemia dibuat ketika tekanan darah sistolik
turun lebih dari 10 mmHg
 Pantau masukan dan pengeluaran ,catat berat jenis urine
R/ memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,fungsi ginjal dan
keefektifan dan terapi yang diberikan
 Ukur berat badan setiap hari
R/ memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari satatus cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti
 Berikan terapi sesuai indikasi,( albumin,plasma atau dekstran)
R/ plasma eksander (pengganti)kadang dibutuhkan jika kekurangan tersebut
mengancam kehidupan atau tekanan darah sudah tidak kembali normal
Dx 2 : Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakcukupan
insulin,penurunan masukan oral
Intervensi :
 Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi
R/ mengkaji pemasukan makanan yang adekuat ( termasuk absorpsi dan
utilisasinya
 Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.
R/ mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
 Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan
segera jika pasien sudah dan mentoleransinya melalui pemberian cairan
melalui oral
R/ pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan gungsi
gastrointestinal baik
 Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/cultural
R/ jika makanan yang disukai pasian dapat dimasukan dalam perencanaan
makan,kerjasama ini dapat di upayakan setelah pulang
 Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “ finger Stick”
R/ analisa di temapt tidur terhadap gula darah lebih akurat daripada
memantau gula dalam urine(reduksi urine)yang tidak cukup akurat unutk
mendeteksi fluktuasi kadar gula darah.
Dx 3 : Resiko infeksi b/d kadar glukosa tinggi
Intervensi :
 Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan,seperti
demam,kemerahan,adanya pus pada luka ,sputum purulen
,urine warna keruh atau berkabut.
R/ pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami
infeksi nosokomial.
 Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan
yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien
R/ mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)
 Berikan perawatan kulit dengan teratur
R/ sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien
pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit
 Bantu pasien untuk melakukan hygiene oral
R/ menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut/gusi
 Berikan obat antibiotic susuai indikasi
R/ penangan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis
Dx 4 : Kelelahan b/d penurunan produksi energy metabolik
Intervensi :
 Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas
R/ pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah
 Berikan ktifitas alternative dengan periode istirahat yang cukup /tanpa
diganggu.
R/ mencegah kelelahan yang berlebihan
 Pantau nadi ,frekuensi pernapasan dan tekanan darah
sebelum/sesudah melakukan aktivitas
R/ mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditolertansi sacra
fisiologis
 Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi berpindah tempat dan
sebagainya.
R/ pasien akan dapat melakukanlebih banyak kegiatan dengan
penurunan kebutuhan akan energy pada setiap kegiatan
 Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuiai yang dapat ditoleransi
R/ meningkatkan kepercayaan diri yang positif sasuai tingkat aktivitas
yang ditoleransi pasien
Dx 5 : Kurang pengetahuan berhubungan tentang penyakit ,prognosis,
dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/interpretasi
informasi.
Intervensi :
 Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh
perhatian dan selalu ada untuk pasien
R/ menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum
pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar
 Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang
diharapkan.
R/ partisipasi dalam perencanaan meningkatkan anstusias dan
kerjasama pasien dengan prinsip-prinsip yang telah dipelajari
 Rekomendasikan untuk tidak menggunakan obat-obat yang dijual
bebas tanpa konsultasi dengan tenaga kesehatan.
R/ produktivitas mungkin mengandung gula atau berinteraksi
dengan obat-obat yang diresepkan
TERIMA KASIH

ANY QUESTION???

Você também pode gostar