Você está na página 1de 38

DEFINISI ANASTESI LOKAL

Hilangnya sensasi di daerah tubuh yang dibatasi


disebabkan oleh depresi eksitasi pada ujung
saraf atau penghambatan proses konduksi pada
saraf perifer. (Stanley F. Malamed)

Pemberian langsung agen anestesi ke jaringan


untuk memberikan ketiadaan sensasi pada
sedikit area tubuh. (Mosby’s dictionary)
SYARAT OBAT YANG IDEAL

 Tidak mengiritasi & merusak jaringan saraf secara


permanen.
 Batas keamanan lebar.
 Efektif dengan pemberian secara injeksi atau
penggunaan setempat pada membran mukosa.
 Toksisitas rendah.
 Onset sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka
waktu yang cukup lama.
 Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga
stabil terhadap pemanasan.
SPECIFIC RECEPTOR THEORY OF LA
KLASIFIKASI BERDASARKAN KIMIAWI

Esters Amides
Metabolisme Plasma, Cholinesterase Hati
Reaksi Alergi Ada  PABA Jarang
Stabilitas pada Rusak pada ampul (panas, Sangat stabil
larutan cahaya matahari)
Onset kerja Umumnya lambat Sedang  Cepat
pKa Lebih dari pH = 7.4 (8.5 – Mendekati pH = 7.4
8.9) (7.6-8.1)
OBAT YANG SERING DIPAKAI DI
INDONESIA
Prokain Lidokain Bupivakain
Golongan Ester Amide Amide
Mula Kerja 2 menit 5 menit 15 menit
Lama Kerja 30-45 menit 45 – 90 menit 2-4 jam
Metabolisme Plasma Hepar Hepar
Dosis maksimal 12 6 2
(mg/kgBB)
KLASIFIKASI BERDASARKAN POTENSI DAN LAMA
KERJA

Kelompok 1 (Potensi lemah & masa kerja


singkat)
(± 30 menit)  Prokain, Klorprokain
Kelompok 2 ( Potensi & masa kerja menengah)
(± 60 menit)  Lidokain, Mepivakain, & Prilokain
Kelompok 3 (Potensi kuat & masa kerja panjang)
(> 90 menit)  Bupivakain, Etidokain, &
Ropivakain
FARMAKOKINETIK OBAT

ABSORPSI
Absorpsi sistemik bergantung pada aliran
darah, ditentukan oleh faktor berikut :
Tempat injeksi dan dosis :
Absorpsi sistemik sesuai dengan vaskularisasi tempat
injeksi.
Adanya vasokonstriktor :
Mengakibatkan penurunan absorpsi.
Karakteristik farmakologi :
Golongan amida terdistribusi lebih luas daripada golangan
ester.
FARMAKOKINETIK OBAT

DISTRIBUSI
Distribusi bergantung pada uptake organ, yang
ditentukan oleh faktor berikut :
Perfusi jaringan :
Organ dengan perfusi tinggi  uptake cepat, yang diikuti oleh
redistribusi yang lebih lambat ke jaringan dengan perfusi sedang.
Koefisien partisi jaringan/darah :
Ikatan protein plasma yang kuat cenderung akan menahan obat
anestesi di dalam darah.
Massa jaringan :
Otot merupakan penampungan agen lokal anestesi terbesar
FARMAKOKINETIK OBAT

METABOLISME & EKSKRESI


Metabolisme dan ekskresi tergantung pada
strukturnya :

Ester :
Terutama dimetabolisme oleh pseudokolinesterase.
Hidrolisisnya sangat cepat dan metabolit larut airnya
diekskresi lewat urin.

Amida :
Metabolisme di hati oleh enzim mikrosomal kecepatan
metabolisme bergantung pada agen spesifik.
PENAMBAHAN VASOKONSTRIKTOR

Epinephrine (5µg/mL atau 1: 200.000)  vasokonstriksi


pembuluh darah pada tempat suntikan.

Jumlah aliran darah akan ↓ sampai 30%  obat anestesi


lebih banyak diabsorpsi oleh sel saraf sekitar dibandingkan
masuk ke aliran darah.

Vasokonstriktor kurang efektif jika dikombinasikan dengan


obat anestesi durasi kerja lama (bupivacaine dan
ropivacaine), karen obat anestesi durasi kerja lama, banyak
berikatan dengan jaringan dibandingkan dalam bentuk
bebas.
TOKSISITAS
PEMBAGIAN ANESTESI REGIONAL

BLOK BLOK PERIFER


NEUROAKSIAL) (BLOK SARAF)
1. Anestesi topikal
1. Blok spinal 2. Infiltrasi lokal
2. Blok epidural 3. Blok lapangan
4. Analgesia
3. Blok kaudal regional
intravena
Blok sentral (blok neuroaksial)  meliputi blok spinal,
epidural, dan kaudal. Tindakan ini sering dikerjakan.
Blok neuroaksial menyebabkan blok simpatis,
analgesia sensoris dan blok motoris (tergantung dari
dosis, konsentrasi, dan volume obat anestesi lokal).
Pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang
subarachnoid.
Disebut juga sebagai analgesi/blok spinal intradural
atau blok intratekal.
Agar mencapai cairan serebrospinal, maka jarum
suntik akan menembus kutis  subkutis  Lig.
Supraspinosum  Lig. Interspinosum  Lig. Flavum
 ruang epidural  durameter  ruang
subarachnoid.
ANESTESI SPINAL
OBAT ANESTESI SPINAL

Lidokaine (xylocain, lignokain) 2%


 dosis 20-100mg (2-5ml).

Lidokaine (xylocain,lignokain) 5% dalam dextrose 7,5%


 dosis 20-50 mg (1-2ml).

Bupivakaine (markaine) 0.5% dalam air


 dosis 5-20mg (1-4ml).

Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%


 dosis 5-15mg (1-3ml).
KOMPLIKASI ANESTESI SPINAL

Komplikasi tindakan : Komplikasi pasca


Hipotensi berat tindakan :
Bradikardia Nyeri tempat suntikan
Hipoventilasi Nyeri punggung
Trauma pembuluh saraf Nyeri kepala karena
Trauma saraf kebocoran likuor
Mual-muntah Retensio urine
Gangguan pendengaran Meningitis
Blok spinal tinggi atau
spinal total
ANESTESI EPIDURAL

Blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural.

Ruang epidural : antara lig. flavum dan duramater.


Kedalaman ruang ini sekitar 5 mm dan di bagian posterior
kedalaman maksimal pada daerah lumbal.

Obat anestetik lokal di ruang epidural bekerja langsung pada


akar saraf spinal yang terletak di lateral.

Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi


spinal, kualitas blokade sensorik-motorik juga lebih lemah.
OBAT ANESTESI EPIDURAL

Lidokain (Xylokain, Lidonest)


 Umumnya digunakan 1-2%, dengan mula kerja 10 menit dan
relaksasi otot baik.
 0.8% blokade sensorik baik tanpa blokade motorik.
 1.5% lazim digunakan untuk pembedahan.
 2% untuk relaksasi pasien berotot.

Bupivakain (Markain)
 Konsentrasi 0,5% tanpa adrenalin, analgesi mencapai 8 jam.
 Volume yang digunakan <20ml.
KOMPLIKASI ANESTESI EPIDURAL

Komplikasi
 Blok tidak merata
 Depresi kardiovaskuler (hipotensi)
 Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
 Mual-muntah
ANESTESI KAUDAL

Anestesi kaudal ~ anestesi epidural, karena kanalis


kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural
dan obat ditempatkan di ruang kaudal melalui
hiatus sakralis.
• Ruang kaudal
berisi saraf
sakral, pleksus
venosus, filum
terminale dan
kantong dura.
EFEK FISIOLOGIS BLOK SENTRAL
Efek Kardiovaskuler:
 Blok simpatis  penurunan tekanan darah (hipotensi).
 Efek simpatektomi tergantung dari tinggi blok. Pada spinal, 2-6 dermatom
di atas level blok sensoris, sedangkan pada epidural, terjadi blok pada level
yang sama.
 Hipotensi dapat dicegah dengan pemberian cairan (pre-loading), apabila
telah terjadi hipotensi dapat diterapi dengan pemberian cairan dan
vasopressor seperti efedrin.
 Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal  bradikardi sampai cardiac
arrest.
Efek Respirasi:
 Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok lebih dari dermatom T5) :
hipoperfusi dari pusat nafas di batang otak  respiratory arrest.
 Dapat terjadi blok nervus phrenicus  gangguan gerakan diafragma dan
otot perut yg dibutuhkan untuk inspirasi dan ekspirasi.
Efek Gastrointestinal:
 Mual muntah akibat blok neuroaksial sebesar 20%  hiperperistaltik
ANESTESI LOKAL

Menghambat hantaran saraf bila digunakan


secara lokal pada jaringan saraf dengan
kadar yang cukup.

Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian


susunan saraf.

Setelah keluar dari saraf  konduksi saraf pulih


secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh
kerusakan struktur saraf.
EFEK SAMPING ANESTESI LOKAL
Sistem Kardiovaskular: Sistem Saraf Pusat:
 Depresi automatisasi &  Parestesia lidah
kontraktilitas miokard  Pusing, tinitus
 Dilatasi arteriolar  Pandangan kabur
 Dosis besar  disritmia /  Agitasi, konvulsi
kolaps sirkulasi  Depresi pernafasan
 Tidak sadar-Koma
Sistem Pernafasan:
 Relaksasi otot polos bronkus Imunologi
 Paralisis saraf frenikus   Reaksi alergi
henti nafas
 Paralisis interkostal
 Depresi langsung pusat Sistem Muskuloskeletal
pengaturan nafas  Miotoksik (bupivakain >
lidokain > prokain)
KOMPLIKASI ANESTESI LOKAL

Komplikasi lokal Komplikasi sistemik


 Tempat suntikan : edema,  Umumnya reaksi neurologis
abses, nekrosis dan dan kardiovaskuler.
gangren.  Pengaruh pada pons dan
 Infeksi. batang otak  depresi.
 Iskemia jaringan dan  Pengaruh kardiovaskuler :
nekrosis. pe↓an TD, depresi
miokardium serta gangguan
hantaran listrik jantung.
OBAT-OBAT ANESTESI LOKAL

 Kokain  topikal semprot 4% untuk mukosa jalan


nafas atas. Lama kerja 2-30 menit.
 Prokain  untuk infiltrasi larutan: 0,25-0,5%, blok
saraf: 1-2%, dosis 15mg/kgBB dan lama kerja 30-
60 menit.
 Lidokain  konsentrasi efektif minimal 0,25%,
infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup
baik. Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung
konsentrasi larutan.
 Bupivakain  konsentrasi efektif minimal 0,125%,
Anestesi Topikal :
Obat LA dioles/disemprot diatas selaput mukosa
Anestesi Regional IV :
LA di IV, ekstremitas di eksanguinasi & diisolasi
bagian proksimalnya dg torniker pneumatik dari
sirkulasi sistemik
Anastesi Blok Saraf Perifer :
LA diinjek di saraf perifer  anestesi yg dihasilkan di
lokasi tubuh yg spesifik, bertahan lama & efektif.
Cocok u/op superfisial pd ekstremitas  tidak
ganggu kesadaran & refleks saluran napas atas.
Plexus Block :
PERIPHERAL NERVE BLOCK
ANESTESI REGIONAL IV (“BIER” BLOCK)
ANESTESI TOPIKAL

Você também pode gostar