Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
NIHAYATUZZULFAH (G2A016058)
3. Disease association pemfigus (penyakit autoimun) terjadi pada pasien dengan penyakit
autoimun yang lain, biasanya myasthenia gravis dan thymoma.
5. Pada neonatal yang mengidap pemfigus vulgaris karena terinfeksi dari antibody sang ibu.
6. Umur Insiden terjadinya pemfigus vulgaris ini meningkat pada usia 50-60 tahun
Patofisiologi
Penyebab pemfigus vulgaris adalah antibodi yang menyerang desmoglein 1 dan
desmoglein 3. Jika yang diserang hanya desmoglein 3, maka lesi mukosa yang
dominan terkena. Desmoglein merupakan protein yang berperan dalam adhesi sel
terutama di epidermis dan membran mukosa. Antibodi tersebut merupakan
subkelas IgG1 dan IgG4, tetapi yang patogenik ialah IgG4, dapat menyebabkan
proses akantolisis (pemisahan sel-sel epidermis satu sama lain karena
kerusakan/abnormalitas substansi intrasel) tanpa adanya sel komplemen atau sel
inflamasi. Pembentukan autoantibodi bersifat T-cell dependent, Th1 dan Th2 yang
autoreaktif terjadi pada pemfigus vulgaris. Terdapat hubungan antara kadar antibodi
dan aktivitas penyakit. Antibodi ini dapat melalui plasenta dan akan menyebabkan
bulla sementara pada neonatus. Antibodi antidesmoglein menyebabkan
pembentukan bulla, terbukti dari penelitian Atmaga, et al, pada tikus yang disuntik
antibodi terhadap desmoglein 1 dan 3, akan muncul bulla yang secara histologi
menyerupai pemfigus vulgaris. Pemfigus vulgaris dapat muncul bersamaan dengan
penyakit autoimun lain seperti miastenia gravis dan SLE.12. (William, Vincencius :
2016)
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis ditandai oleh erosi lapisan mukosa, bulla di kulit dan
mukosa, kulit normal atau eritema, dapat mengenai kulit seluruh tubuh.
Bulla berdinding tipis dan mudah pecah. Awalnya dapat berisi cairan
jernih, jika bertambah berat dapat berisi cairan mukopurulen atau darah.
Pada sekitar 60% kasus lesi pertama kali muncul di mulut, sisanya muncul
pertama kali di kulit kepala, wajah, leher, ketiak atau genital. Lesi tidak
gatal tetapi nyeri. dapat berlanjut hingga ke tenggorokan, menimbulkan
suara serak dan sulit menelan. Pada beberapa kasus dapat terjadi
esofagitis meskipun gangguan kulit terkontrol. Pada umumnya pemfigus
vulgaris mengenai mukosa terlebih dahulu sebelum lesi kulit. Kasus yang
hanya mengenai kulit tanpa mengenai lapisan mukosa jarang terjadi.
(William, Vincencius : 2016)
Komplikasi
Menurut Smeltzer (2013), Komplikasi yang paling sering pada
pemfigus vulgaris adalah rentan terhadap infeksi bakteri sekunder,
karena belum adanya pemberian kortikosteroid dan terapi
imunosupresif. Bakteri kulit relatif mudah mencapai bula karen bula
mengalami perembesan cairan, pecah dan meninggalkan daerah-
daerah terkelupas yang terbuka. Juga mengakibatkan komplikasi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kehilangan
cairan serta protein ketika bula mengalami ruptur.
Hipoalbuminemia lazim dijumpai jika proses penyakitnya
mencakup daerah permukaan kulit tubuh dan membran mukosa
yang luas.
Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid diberikan dengan dosis tinggi untuk
mengendalikan penyakit dan menjaga agar kulit bebas
dari bula. Kadar dosis yang tinggi dipertahankan sampai
kesembuhan terlihat jelas
2. Penatalaksanaan terpenting untuk mencegah komplikasi
adalah evaluasi berat badan, tekanan darah, kadar
glukosa darah, dan keseimbangan cairan setiap hari.
3. Preparat imunosupresif (azatioprin, siklofosfamitemas)
dapat diresepkan dokter untuk mengendalikan penyakit
dan mengurangi takaran ketergantungan kortikosteroid.
Pengkajian fokus
Menurut Harnowo (2002), pengkajian fokus untuk phemfigus meliputi:
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, hubungan pasien dengan penanggung jawab, dll
Pada umumnya penderita pemfigus vulgaris biasanya dirawat di rumah sakit pada suatu saat
sewaktu terjadi eksaserbasi, Gangguan kenyamanan yang konstan dan stress yang dialami pasien
Riwayat alergi obat, riwayat penyakit keganasan ( neoplasma ), riwayat penyakit lain, riwayat
hipertensi dan harus diketahui baik yang berhubungan dengan system integumen maupun
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membrane mukosa, kulit kepala
dan kuku Inspeksi dan palpasi merupakan prosedur utama yang digunakan dalam
memeriksa kulit. Lesi kulit merupakan karakteristik yang paling menonjol pada kelainan
dermatologic. Pada pasien pemfigus vulgaris muncul bulla yaitu suatu lesi yang berbatas
jelas, mengandung cairan, Inspeksi keadaan dan penyebaran bulla atau lepuhan pada
kulit
5. Pengkajian psikologis
pasien yang tingkat kesadarannya normal akan terlihat adanya gangguan emosi,
perubahan tingkah laku emosi yang labil, iritabel, apatis, kebingungan keluarga pasien
diperlukan adalah bagaimana pasien berhubungan dengan orang terdekat dan lainnya,
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Nikolsky’s sign
Kriteria Hasil : setelah dilakukan tindakan 1x24 Pantau TTV, Memberi pedoman untuk
jam menunjukan perbaikan keseimbangan perhatikan pengisian penggantian cairan dan mengaji
cairan dibuktikan oleh : kapiler dan kekuatan respon kardiovaskuler
nadi periver Secara umum penggantian cairan
- Haluan urin individu normal
Awasi haluan urin dan harus difiltrasi untuk meyakinkan
- TTV stabil
berat jenis, observasi haluan urin 30-50 ml. Urin bisa
- Membran mjkosa lembab
warna dan hemates tampak hitam jika ada perdarahan
- Erosi kulit berkurang
sesuai indikasi, awasi dan keluarnya mioglobin
- Eritema berkurang
ruptur bula Tindakan kegawatdaruratan yang
- Bula berkurang
menimbulkan harus dikolaborasikan dengan
komplikasi besar. tenaga medis lain
Pantau Pemberian infus untuk
ketidakseimbanagn mengantisipasi gangguan cairan
elektrolit dan elektrolit
Kolaborasi pemberian
kortikosteroid untuk
menangani resiko
syok
Jika terjadi lesi basah
kompres dengan
rivanol
Jika bula besar
aspirasi dengan spuit
Infus RL 3x500 ml/
hari
Diagnosis : Gx. Integritas kulit (D.0129) b.d bula yang ruptur dan lesi pada kulit
Ditandai : kerusakan kulit epidermis/ dermis atau jaringan membran mukosa,
dengan kemerahan/ eritema, perubahan pigmentasi kulit, kekurangan volume cairan