Você está na página 1de 38

SOSIALISASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE

GRATIFIKASI, PUNGLI DAN WHISTLE BLOWING SYSTEM


PT JASA ARMADA INDONESIA Tbk.
03 Desember 2018

SUTARDI
GCG, RISK MANAGEMENT DAN AUDIT FORENSIK
LATAR BELAKANG
Korporasi yang TIDAK : Transparan, Akuntabel, Responsif, Independen, berintegristas, Fair cenderung
KORUPSI..

Implementasi GCG-lah jawabannya !!

LATAR
BELAKANG

GCG diperlukan untuk menyiapkan sistem dan struktur yang kuat serta kokoh bagi korporasi
Indonesia untuk menuju TARIF..Mari bersama melaksanakannya…
Good Corporate
Bad Corporate Governance
Governance

Perusahaan Perusahaan
LATAR
BELAKANG

Stakeholders
Stakeholders
Seperangkat aturan
hukum

AD/ART Korporasi

TATA URUTAN
PENERAPAN GCG Pedoman GCG

Subsidiary Governance Board Manual

Charter Direksi Charter Dewan Komisaris

Seperangkat Peraturan Pedoman Pengawasan


Direksi dan Pemberian Nasihat
Pemerintah Kreditur CG dalam
(Regulator)
ORGAN UTAMA arti luas

RUPS Dekom CG dalam


arti sempit
PENGERTIAN Pemasok/ Direksi Pelanggan
GCG Principals

Corporate
Manajer Manajer Manajer Manajer
Management

Karyawan
Kelompok
Masyarakat
Lainnya
INTEGRASI
PENERAPAN GCG
PRINSIP-PRINSIP GCG
TRANSPARANSI

AKUNTABILITAS
PRINSIP-PRINSIP
GCG RESPONSIBILITAS

TARIF INDEPENDEN

KEWAJARAN
 Compliance (kepatuhan) yaitu sejauh mana perusahaan telah mematuhi aturan-
aturan yang ada dalam memenuhi prinsip-prinsip GCG;

 Conformance (kesesuaian dan kelengkapan) yaitu sejauh mana perusahaan


telah berperilaku sesuai dengan berbagai aspek yang menjadi prinsip GCG dan
PARAMETER GCG kelengkapan perangkat dalam memenuhi kebutuhan implementasi GCG

 Performance (unjuk kerja) yaitu sejauh mana perusahaan telah menampilkan


bukti (evidence) yang menunjukkan bahwa perusahaan telah mendapatkan
manfaat yang nyata dari penerapan prinsip GCG di dalam perusahaan.
CODE OF CG & CODE OF CONDUCT

ATURAN MAIN
GCG
MANFAAT
IMPLEMENTASI
GCG
MANFAAT
IMPLEMENTASI
GCG
POLA
IMPLEMENTASI
GCG
Scorecard 2012
No Aspek Penilaian
Ind Prm Bobot FUK
1 Komitmen thd penerapan GCG scr
6 15 7 47
berkelanjutan
2 PS dan RUPS /Pemilik Modal 6 25 9 68
SCORECARD 3 Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 12 43 35 167
PENERAPAN GCG 4 Direksi 13 52 35 201
5 Pengungkapan Informasi dan Transparansi
4 16 9 78

6 Aspek Lainnya* 2 2 +/- 5 * 7


Total 43 153 100 568
* Bagi BUMN yg praktik GCG-nya menjadi contoh atau benchmark bagi perusahaan lainnya di Indonesia dpt
diberikan apresiasi berupa tambahan nilai maks 5 poin. BUMN yang dapat memperoleh tambahan nilai adalah BUMN
yg mampu memperoleh nilai atau skor di atas 85

* Bagi BUMN yang praktik Tata Kelola Perusahaannya menyimpang dari prinsip-prinsip GCG diberikan punishment
berupa pengurangan nilai maksimal minus 5 poin
Tingkat Pemenuhan
Praktek yg dinilai/diuji
0 0,25 0,50 0,75 1,00

Keberadaan SOP/
1
MEKANISME kebijakan/aturan main

PENGUKURAN
Diseminasi /
2
sosialisasi

GCG Pemahaman para Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi


3 ada sebagian kecil sebagian sebagian besar seluruh
partisipan
persyaratan/ persyaratan/ persyaratan/ persyaratan/
4 Rencana pelaksanaan kriteria kriteria kriteria kriteria
(>0 sd 50%) (>75 sd 85%)
5 Pelaksanaan proses (0%) (>50 sd 75%) (>85%)

6 Keluaran/output
Kualitas
7 keluaran/output yg
dihasilkan
Komitmen Penerapan
100
Sangat
GCG
(7%) Baik
85

SKOR DAN
Baik
PS/RUPS Syarat: Nilai Akhir Faktor Penerapan
(9%) 75 GCG seluruhnya > 75 atau min “Baik”.

KUALIFIKASI Cukup Baik Jika Nilai Akhir Penilaian/ Evaluasi


Penerapan GCG >85, namun masih
60
PENERAPAN GCG Dewan Komisaris terdapat pencapaian Nilai Akhir Faktor
(35%) Kurang Penerapan GCG ≤ 75, maka maks
Baik klasifikasi yg diberikan adalah “Baik”
50
Direksi
(35%)

Syarat: Nilai Akhir Faktor Penerapan GCG


Pengungkapan seluruhnya > 60 atau min “Cukup Baik”.
Tidak Baik
Informasi Jika Nilai Akhir Penilaian/ Evaluasi
(9%) Penerapan GCG > 75, namun masih
terdapat pencapaian Nilai Akhir Faktor
Penerapan GCG ≤ 60, maka maks
Aspek Lainnya
(+/-5%) klasifikasi yg diberikan adalah “Cukup
Baik” ”
0
Definisi kerugian negara menurut :
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (“UU
BPK”):

“Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang
DEFINISIS nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai.”
KERUGIAN Pasal 1 Angka 22 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (“UU
NEGARA Perbendaharaan Negara”):

“Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang
nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai.”

Penjelasan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (“UU 31/1999”):

“Yang dimaksud dengan “secara nyata telah ada kerugian keuangan negara” adalah
kerugian yang sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang
berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk.”
Berkas

Lengkap
PROSES
Pemeriksaan
Penyidikan
Berkas

PENANGANAN
TIPIKOR Penyelidikan
Berkas harus
Penuntutan
dilengkapi

Pulbaket

Eksekusi Persidangan
1. Undang-Undang Keuangan Negara No 17 tahun 2003;
2. Undang-Undang Badan Pemeriksa Keuangan No 15 tahun 2006;
3. Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi No 31 tahun 1999 jo Undang-Undang No 20 tahun 2001;

Penjelasan sebagai berikut :


1. Undang-Undang Keuangan Negara Pasal 2 Ga
Keuangan negara sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka :
PINTU MASUK Meliputi keuangan negara atau kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa uang, surat

KRIMINALISASI berharga, piutang, barang serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang
dipisahkan pada perusahaan negara atau perusahaan daerah.
2. Kewenangan BPK untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara.
3. Undang-Undang Tipikor.
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dipidana dengan penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 20 tahun.
Undang-Undang Perseroan Terbatas Pasal 97 ayat 5

Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian Perseroan apabila


dapat dibuktukan (a) Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (b)
PENANGKAL telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan

KRIMINALISASI sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; (c) Tidak mempunyai benturan kepentingan
baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan kepengurusan yang mengakibatkan
kerugian dan; (d) Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut.
GRATIFIKASI, PUNGLI, DAN WHISTLEBLOWING SYSTEM
KORUPSI
UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001

Merugikan Keuangan Negara

1
2 Suap
Konflik 7
7 KLASIFIKASI Kepentingan

KORUPSI 3 Gratifikasi
KORUPSI

Perbuatan 6
Curang
4 Penggelapan dalam
Pemerasan 5 Jabatan
Biaya Eksplisit Korupsi
a.Nilai uang yang dikorupsi, baik itu dinikmati sendiri
maupun bukan (kerugian negara secara eksplisit)
Biaya Implisit Korupsi
a.Biaya oportuniti akibat korupsi, termasuk beban cicilan
bunga di masa datang yang timbul akibat korupsi di
COST OF masa lalu

CORRUPTION Biaya Antisipasi Tindak Korupsi


a.Biaya sosialisasi korupsi sebagai bahaya laten
b.Reformasi birokrasi untuk menurunkan hasrat
Cost of Biaya Akibat Reaksi Terhadap Korupsi

Corruption a.Biaya peradilan (jaksa, hakim, dll)


b.Biaya penyidikan (KPK, PPATK, dll)
c. Policing costs (biaya operasional KPK, PPATK dll)
d.Biaya proses perampasan aset di luar dan di dalam
negeri
GRATIFIKASI
PENGERTIAN GRATIFIKASI = PEMBERIAN DALAM ARTI LUAS
GRATIFIKASI meliputi pemberian uang, barang, jasa, rabat (discount), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
(UU 31/1999 jo. UU 20/2001 pasal 12 B dan 12 C)

Berhubungan dengan jabatan


GRATIFIKASI
YANG Berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya
DIANGGAP SUAP
Penerimaan gratifikasi tidak dilaporkan kepada KPK dalam
waktu 30 hari kerja

Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara menerima hadiah


yang bertentangan dengan kewajibannya

Menerima Gratifikasi Yang Dianggap Suap


PERLAKUAN
TERHADAP
GRATIFIKASI
Suatu rangkaian kegiatan sosialisasi dan pengendalian gratifikasi,
PROGRAM implementasi sistem pengendalian gratifikasi, serta monitoring dan
evaluasi yang bertujuan untuk:
PENGENDALIAN
GRATIFIKASI
1. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran pelaporan gratifikasi;
2. Membentuk lingkungan instansi/organisasi yang sadar dan
terkendali dalam penanganan gratifikasi;
3. Mempermudah pelaporan atas penerimaan gratifikasi.
PUNGUTAN LIAR
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
DEFINISI PUNGLI
Pasal 12 huruf e UU No 20 Tahun 2001
FAKTOR
PENYEBAB
PUNGLI
Penyalahgunaan
Faktor Mental Faktor Ekonomi
wewenang.

PENCEGAHAN Mutasi/Rotasi
Perubahan Mindset
Perbaikan
PUNGLI
Jabatan Remunerasi

Faktor kultural & Budaya Terbatasnya sumber daya Lemahnya sistem kontrol dan
Organisasi manusia. pengawasan oleh atasan.

Reformasi kultur/Teladan Pembangunan Pelayanan dengan Meningkatkan pengendalian


Pimpinan Sistem Informasi Online internal
WHISTLEBLOWING SYSTEM
Sarana bagi whistleblower menyampaikan pengaduan dugaan
TPK yang telah maupun akan terjadi, yang melibatkan aparat
penegak hukum, penyelenggara negara dan orang lain yang
ada kaitannya dengan TPK tersebut

PENGERTIAN WBS
Merupakan seseorang yang melaporkan perbuatan yang
berindikasi tindak pidana korupsi yang terjadi di dalam
organisasi tempat dia bekerja, dan dia memiliki akses informasi
yang memadai atas terjadinya indikasi tindak pidana korupsi
tersebut
WHISTLEBLOWER
THANK YOU

Você também pode gostar