Prodi Kedokteran Gigi Universitas Diponegoro 2018 Disbiosis
Perubahan komposisi pada mikrobiota (disbiosis) dapat terjadi karena
berbagai macam faktor : fisiologis (alami, seperti proses kehamilan) maupun patologis (penyakit sistemik) Disbiosis biasanya menimbulkan efek jangka panjang, jika berkaitan erat dengan penyakit sistemik seperti diabetes. Namun, secara fisiologis, disbiosis terjadi sebagai bagian dari fase tumbuh kembang manusia sejak lahir hingga dewasa, dan tentu saja terjadi pada ibu hamil. Walau tidak menyebabkan kematian, perubahan komposisi mikroflora pada ibu hamil dapat mempengaruhi kondisi kesehatan janin. Perubahan komposisi mikroflora pada Ibu hamil Mikrobiota yang meliputi kurang lebih 600 spesies seperti Streptococcus, Lactobacillus, Staphylococcus, Corynebacteria sp berada di lokasi yang berbeda-beda dalam rongga mulut. Misal: S.mutans dan S. Sanguis paling banyak berada di permukaan gigi, S. salivarius paling banyak berada di lidah, kemudian S. Mitis paling banyak berada di mukosa vestibulum. Ketika membandingkan total jumlah bakteri pada wanita yang tidak hamil dengan wanita hamil (di tiap trimester), ternyata jumlah bakteri yang ada pada wanita hamil, terutama pada trimester pertama, jauh lebih tinggi daripada wanita yang tidak hamil (Fujiwara et al., 2015). Jumlah bakteri patogen Porphyromonas gingivalis dan Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada plak subgingiva lebih tinggi secara signifikan pada ibu hamil trimester pertama dan kedua jika dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. (Fujiwara et al., 2015). Jumlah bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada kelompok ibu hamil trimester kedua dan ketiga lebih tinggi dibanding dengan wanita yang tidak hamil (Fujiwara et al., 2015). Jumlah Candida Sp. pada kelompok ibu hamil trimester kedua dan ketiga juga lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok wanita yang tidak hamil. Beberapa penelitian berusaha mengungkap etiologi perubahan jumlah mikrobiota pada ibu hamil, tapi belum ada kesimpulan yang jelas. Hasil penelitian tersebut menduga penyebab fenomena tersebut adalah perubahan jumlah hormon estrogen dan progesteron tapi belum ada penjelasan lebih detil bagaimana mekanisme perubahan hormon tersebut dapat mempengaruhi jumlah mikrobiota floral. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa hormon estrogen meningkatkan infeksi Candida (Kumar, 2013; Fujiwara et al., 2015). Hipotesis paling kuat menunjukkan bahwa kondisi imun secara keseluruhan selama hamil mempengaruhi peningkatan jumlah mikrobiota. Kondisi sistem imun pada ibu hamil memungkinkan tubuh menoleransi adanya ‘benda asing’ masuk ke dalam tubuh, termasuk janin. Hal itu diduga kuat mempengaruhi sistem imun tubuh saat menghadapi bakteri yang masuk, sehingga beberapa jenis bakteri cenderung berkembang biak lebih pesat selama hamil. Kesimpulan
Kehamilan memberikan efek signifikan terhadap jumlah mikroflora oral dalam
mulut yang biasanya bermanifestasi berupa penyakit periodontal dalam mulut. Terdapat perubahan signifikan pada jumlah mikroflora selama hamil dan setelah melahirkan. Namun, penelitian lebih lanjut tetap dibutuhkan dalam menjelaskan lebih spesifik tentang asosiasi antara sistem imun dan jumlah mikroflora oral pada ibu hamil.