Você está na página 1de 13

KWASHIORKOR

DEFENISI
• Kwashiorkor adalah sindrom klinis yang
diakibatkan dari defisiensi protein berat dan
asupan kalori yang tidak adekuat. Dari
kekurangan masukan atau dari kehilangan
yang berlebihan atau kenaikan angka
metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik,
akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat
turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-
gejala tersebut
ETIOLOGI
• Kekurangan intake protein
• Gangguan penyerapan protein pada diare
kronik
• Kehilangan protein secara berlebihan seperti
pada proteinuria dan infeksi kronik
• Gangguan sintesis protein seperti pada
penyakit hati kronis.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah
inadekuatnya intake protein yang berlangsung
kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal
tersebut antara lain :
1. Pola makan
2. Faktor sosial
3. Faktor ekonomi
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
1. Wujud Umum 9. Kelainan Hati
2. Retardasi Pertumbuhan 10. Kelainan Pankreas dan
3. Perubahan Mental Kelenjar Lain
4. Edema 11. Kelainan Jantung
5. Kelainan Rambut 12. Kelainan Gastrointestinal
6. Kelainan Kulit 13. Atrofi Otot
7. Kelainan Gigi dan Tulang 14. Kelainan Ginjal
8. Kelainan Darah dan
Sumsum Tulang
MANIFESTASI KLINIK
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah
pertumbuhan yang kurang, anak kurus, atau
berat badannya kurang. Selain itu ada keluhan
anak kurang/tidak mau makan, sering
menderita sakit yang berulang atau timbulnya
bengkak pada kedua kaki, kadang sampai
seluruh tubuh
DIAGNOSIS
2. Pemeriksaan Fisik
• Perubahan mental sampai apatis
• Anemia
• Perubahan warna dan tekstur rambut, mudah dicabut /
rontok
• Gangguan sistem gastrointestinal
• Pembesaran hati
• Perubahan kulit (dermatosis)
• Atrofi otot
• Edema simetris pada kedua punggung kaki, dapat sampai
seluruh tubuh
DIAGNOSIS
3. Pemeriksaan Penujang
• Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral)
• Tes mantoux
• EKG
KOMPLIKASI
• Defisiensi zat besi
• Hiperpigmentasi kulit
• Edema anasarka
• Imunitas menurun sehingga mudah infeksi
• Diare karena terjadi atrofi epitel usus
• Hipoglikemia, hipomagnesemia
TATALAKSANA
No Fase Stabilisasi Transisi Rehabilitasi

Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7

1. Hipoglikemia

2. Hipotermia

3. Dehidrasi

4. Elektrolit

5. Infeksi

6. Mulai
Pemberian
Makanan (F-75)

7. Pemberian
Makanan untuk
Tumbuh Kejar
(F-100)

8. Mikronutrien Tanpa Fe Dengan Fe


9. Stimulasi

10. Tindak Lanjut


DAFTAR PUSTAKA
• Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2003. Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi
Buruk: Buku II. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
• Hidajat, Irawan dan Hidajati. Pedoman
Diagnosis dan Terapi: Bag/SMF Ilmu
Kesehatan Anak. Surabaya: RSU dr. Soetomo.

Você também pode gostar