Você está na página 1de 27

Keperawatan Anak

Patofisiologi dan askep


serta pemfis pada
neonatal dengan
kelainan kongenital
pada sistem respirasi

Hana, Hesti dan Khalid


Anak adalah aset bangsa dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa
yang akan menentukan masa depan
bangsa dan negara (Depkes, 2014).

Angka kematian bayi baru lahir dengan kelaina


Dengan pertimbangan angka n kongenital di dunia yaitu sekitar 303.000 jiwa
kejadian yang cukup tinggi pada 4 minggu pertama setelah lahir setiap
dan masalah yang ditimbulkan, tahunnya. Kelainan kongenital yang paling
sangat perlu dilakukan sering yaitu kelainan jantung bawaan,
pencegahan yang lebih optimal, neural tube defect, dan Down Syndrome
dan promosi tentang insidensi (WHO, 2016).
maupun profil kelainan bayi
dengan kelainan kongenital yang
masih perlu dikembangkan
Pokok bahasan

 bronkomalasia.

 hernia diafragmatika.

 atresia esofagus
BRONKOMALASIA
Bronkomalasia adalah masalah bawaan y
ang timbul dari
dukungan tulang rawan berkurang dari
saluran udara yang
lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggor
okan). tulang rawan melemah biasanya
menyempit lebih mudah selama ekspiras
i dan memperpanjang waktu, atau menc
egah dahak dan
sekresi mnejadi terperangkap. Biasanya b Bronchomalacia paling
anyak menyerang sering terjadi pada saat
pada anak usia kurang dari 6 tahun. lahir (kongenital) dan mungk
(Children’s National Health System,2016) in berhubungan dengan kondi
si lain.
Bronkomalasia
sekunder
Klasifikasi Bronkomalasia
primer
Infeksi pada saluran
nafas bawah
berualang

Batuk dengan
suara brassy atau Kelelahan
barking

Manifestasi
klinis

Sesak nafas Apnea

Ditemukan suara
wheezing(mengi)
Pemeriksaan
Penunjang
 Bronkoskopi
 CT Scan dada
 MRI dada

Komplikasi

 Pneumonia
 Bronkitis
 Polychondritis
Pengkajian
Penatalaksanaan Keperawatan

1. Aktivitas/istirahat
Gejala :
· Keletihan, kelelahan, malaise.
· Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.
· Ketidakmampuan untuk tidur.
· Dispnoe pada saat istirahat.
- Tanda: Keletihan, Gelisah, insomnia.

2. Kelemahan umum/kehilangan massa otot.


Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/ takikardia berat.
Distensi vena leher.
Edema dependent
Bunyi jantung redup.
Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
Pucat, dapat menunjukkan anemi.
Pengkajian
3. Integritas Ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

4. Makanan/cairan
Gejala :
Mual/muntah.
Nafsu makan buruk/anoreksia
Ketidakmampuan untuk makan
Penurunan berat badan, peningkatan berat ba
dan
Tanda :
Turgor kulit buruk
Edema dependen
Berkeringat.
Penurunan berat badan
Palpitasi abdomen
5. Hygiene Pengkajian
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7. Keamanan
6. Pernafasan
Gejala :
Gejala :
Riwayat reaksi alergi terha
Batuk brassy
dap zat/faktor lingkungan
Episode batuk terus menerus
.
Tanda :
Adanya/berulangnya infek
Pernafasan biasa cepat.
si.
Penggunaan otot bantu pernafasan
8. Interaksi sosial
Bunyi nafas ronchi/wheezing
Gejala :
Perkusi hyperresonan pada area paru.
Hubungan ketergantunga
Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – ab
n
u keseluruhan.
Kegagalan dukungan/terh
adap pasangan/orang dek
ati. Penyakit lama/ketidak
mampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untu
k mempertahankan suara kare
Hernia Diafragmatika
Hernia Diafragmatika a
dalah penonjolan orga
n perut ke dalam rong
ga dada melalui suatu l
ubang pada diafragma.
Diafragma adalah sekat
yang membatasi rongg
a dada dan rongga per
ut.
Etiologi

Penyabab pasiti hernia masih belum d


iketahui. Hal ini sering dihubungkan d
engan penggunaan thalidomide, quin
ine, nitrofenide, antiepileptik, atau def
isiensi vitamin A selama kehamilan. Pa
da neonatus hernia ini disebabkan ole
h gangguan pembentukan diafragma.
Seperti diketahui diafragma dibentuk
dari 3 unsur yaitu membran pleuroper
itonei, septum transversum dan pertu
mbuhan dari tepi yang berasal dari ot
ot-otot dinding dada
Gejala

 Gangguan pernafasan yang berat.


 Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekuranga
n oksigen).
 Takipneu (laju pernafasan yang cepat).
 Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama
(asimetris).
 Takikardia (denyut jantung yang cepat).
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarka
n gejala dan hasil pemeriksaan fi
sik, yaitu:
 Gerakan dada pada s
aat bernafas tidak si
metris.
 tidak terdengar suar
a pernafasan pada si
si hernia.
 bising usus terdenga
r di dada.
 perut teraba kosong.
 Rontgen dada menu
njukkan adanya orga Gambar Anteroposterior (AP) pada pasien
n perut di rongga da dengan Hernia diafragmatika congenital menu
njukkan herniasi di hemithirax kiri foto.
da.
Penatalaksanaan
Perawatan Pre Operatif

Kasus hernia diafragmatika memiliki tanda-tanda klinis y


ang mencolok seperti adanya sesak napas dengn tipe pernapasan
abdominal.
Disamping anamnesa dan tanda-tanda klinis, diagnosa j
uga ditegakkan dengan pembuatan
foto rontgen bagian thoraks dengan posisi lateral. Kasus hernia d
iafragmatika ini angka kematiannya cukup tinggi karena adanya p
erdarahan di dalam rongga
thoraks atau hipoksia.
Management pre operatif yang dilakukan tidak banyak
membantu karena kondisi dari organ
abdominal yang menekan daerah paru-paru dalam jangka waktu
lama akan menyebabkan hewan hipoksia
(kekurangan oksigen) dan dapat berakibat fatal bila tidak segera
ditangani. Hidrasi, kekurangan asam basa
tekanan negatif rongga dada melalui laparoto
Penatalaksanaan mi medianus anterior. Prinsip
penanganan sama dengan kasus trauma lainn
ya, yaitu dengan berpedoaman
pada airway, breathing dan circulation. Ruptur
diafragma biasanya memerlukan tindakan ope
rasi segera untuk mencegah terjadinya obstru
ksi usus,
strangulasi dan gangguan kardiorespiratori.
Laparoskopi rutin digunakan pada ka
sus trauma abdomendan bermanfaat untuk m
enghindari tindakan laparotomi yang tidak per
lu.
Laparoskopi biasanya juga digunakan untuk
memperbaiki ruptur diafragma namun hal ini
hanya untuk pasien dengan hemodinamik yan
g stabil.
Thorakoskopi digunakan untuk meng
evaluasi pasien trauma
Tindakan laparotomi dapat dikerjakan apabila didapatkan trauma lain di
daerah
abdomen, sedangkan thorakotomi dikerjakan apabila ada trauma di daera
h thorak,
robekan besar serta terjadi herniasi yang besar dan munculnya empiema
erawatan jangka pendek adalah perawatan yang meliputi det
eksi dan tata laksana perawatan komplikasi yang mungkin ti
mbul post operasi seperti kerusakan jahitan, perdarahan,
distress pernapasan, hypothermia, produksi urin yang menur
un, infeksi dan obstruksi usus.
Pengawasan yang dilakukan saat pasien masih diraw
at adalah monitoring pernapasan,
evaluasi neurologis, dan masalah pemberian makanan. Perna
pasan pasien awal post operasi dibantu dengan memakai ven
tilator untuk mengontrol pernafasan hingga pernafasan bena
r-benar adekuat yang umumnya dirawat selama 7 hari.
Penanganan pasien yang sering bergerak adalah den
gan pemakaian oxygen chamber yaitu sebuah ruangan khusu
s yang dialirkan oksigen ke dalamnya. Penggunaan oxygen ch
amber memudahkan pasien untuk tetap terkontrol pernapasa
nnya tanpa terganggu aktivitasnya.
Perawatan pst operasi jangka panjang adalah pemant
Atresia esoofagus adalah esop
Antresia
hagus Esofagus
(kerongkongan) yang ti
dak terbentuk secara sempurn
a. Pada
atresia esophagus, kerongkon
gan menyempit atau
buntu ; tidak tersambung den
gan lambung. Kebanyakan Bay
i yang menderita atresia esoph
agus
juga memiliki fistula trakeoeso
fageal (suatu hubungan abnor
mal antara kerongkongan dan
Etiologi Etiologi atresia esop
hagus merupakan multifakto
rial dan masih belum diketah
ui dengan jelas. Atresia esop
hagus merupakan suatu kela
inan bawaan pada saluran p
encernaan.
Terdapat beberapa j
enis atresia, tetapi yang serin
g ditemukan adalah kerongk
ongan yang buntu dan tidak
tersambung dengan kerongk
ongan bagian bawah serta la
mbung. Atresia esophagus d
an fistula ditemukan pada 2-
3
dari 10.000 bayi.
peristaltic esophagus biasanya paling sering dialami pada bagian esophagus distal. Janin
Patofisiologi
dengan atresia tidak dapat dengan efektif menelan cairan amnion. Sedangkan pada atres
ia esophagus dengan fistula trkeoesofageal distal, cairan amnion masuk melaalui trakea k
edalam usus. Polihydramnion bisa terjadi akibat perubahan dari sirkulasi amnion
pada janin.
Neonates dengan atresia tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan banyak s
ekali air liur atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air
susu dapat menyebabkan aspirasi pneumonia. Pada atresia dengan distal TEF, sekresi den
gan gaster dapat masuk keparu-paru dan sebaliknya,
udara juga dapat bebas masuk dalam saluran pencernaan saat bayi menangis ataupun m
endapat ventilasi bantuan. Keadaan-keadaan ini bisa menyebabkan perforasi akut gaster
yang fatal. Diketahui bahwa bagian esophagus distal tidak menghasilkan peristaltic dan i
ni bisa menyebabkan disfagia setelah perbaikan esophagus dan dapat menimbulkan refl
ux gastroesofageal.

Trakea juga dipengaruhi akibat gangguan terbentuknya atresia esophagus. Trak


ea abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan trakea dan bertambahnya ukuran ot
ot tranversal pada posterior trakea. Dinding trakea lemah sehingga mengganggu kemam
puan bayi untuk batuk yang akan mengarah pada munculnya pneumonia yang bisa berul
Manifestasi Klinis

Biasanya timbul setelah bayi berumur 2-3 minggu, yaitu berupa muntah y
ang proyektil beberapa saat setelah minum susu ( yang dimuntahkan han
ya susu ), bayi tampak selalu haus dan berat badan sukar naik.
Biasanya disertai dengan hidramnio Gejalanya bisa berupa:
n (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan  Mengeluarkan luda
kenaikan frekuensi bayi lahir premature, seba h yang sangat ban
iknya yak
dari anamnesis didapatkan keterangan bahw  Terbatuk atau terse
a kehamilan ibu disertai dak setelah berusa
hidrmnion hendaknya dilakukan kateterisasi ha untuk menelan
esophagus, bila kateter  Tidak mau menyus
berhenti pada jarak < 10 cm, maka diduga ar u
tesia esophagus.  Sianosis (kulitnya k
Bila pada BBL timbul sesa k yang dis ebiruan)
ertai dengan air liur  Adanya fistula men
yang meleleh keluar, dicurigai terdapat atresi yebabkan
a esophagus.Segera setelah diberi minum, ba ludah bisa masuk ked
yi akan berbangkis, batuk dan sianosis karen alam paru-paru sehing
a aspirasi cairan kedalam jalan napas. Pada fi ga terjadi resiko terjad
stula trakeaesofagus, cairan lambung juga da inya
pat masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi pneumonia aspirasi.
sering sianosis.
Klasifikasi

 Kalasia
 Akalasia
 Classification System Gross Atresia esophagus disert
ai dengan fistula trakeoesofageal distal
Diagnosis
Anamnesis :
Biasanya disertai dengan hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frkuensii bayi bayi yang
lahir premature.Sebaiknya bila dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidramnion, hendaknya
dilakukan katerisasi esophagus dengan kateter no 6-10F. Bila kateter terhenti pada jarak kurang dari 10 cm, maka harus diduga
terdapat atresia esophagus.
Bila pada bayi baru lahir timbul sesak napas yang disertai dengan air liur yang meleleh ke luar, harus dicurigai terd
apat atresia esophagus. Segera setelah diberi minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan
napas.Perlu dibedakan pada pemeriksaan fisis apakah lambung terisi atau kosong untuk menunjang atau menyingkirkan terdapatnya
fistula trakeo-esofagus.hal ini dapat dilihat pada foto abdomen.

Pemeriksaan fisis :
Ditemukan gerakan peristaltic lambung dalam usaha melewatkan makanan melalui daerah yang sempit di pylorus.
Teraba tumor pada saat gerakan peristaltic tersebut. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sesaat setelah anak diberi minum.

Pemeriksaan penunjang :
Dengan memberikan barium peroral didapatkan gambaran radiologis yang patognomonik barupa penyempitan pylorus yang relative
lebih panjang.

Gambaran Radiologik :
Pada barium per os, yang patognomonik pada kelainan ini ialah penyampitan pylorus yang relative lebih panjang.

Você também pode gostar