Você está na página 1de 30

ASUHAN

KEPERAWATAN
OBSTRUKSI USUS
DISUSUN OLEH KELOMPOK 1
1. MIFTAHUL JANNAH
2. IFFA NURUS SHOBIKHAH
3. ASTRID PUTRI AMELIYA
4. NUR ALIFAH
5. NISA DWI ARBIANTI
6. INDAH NOVIA PUJI A
7. UMMI ANNISA
8. TEGUH AFFANDI
A. Definisi
Obstruksi usus adalah
gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal
isi usus pada traktus
intestinal (Price & Wilson,
2007).
B. Etiologi
a. Mekanis
 Adhesi atau perlengketan pascabedah
 Tumor atau polip
 Hernia
 Volvulus
 Intususepsi
b. Fungsional
Ileus paralitik.
Lesi medula spinalis.
Enteritis regional
Ketidakseimbangan elektrolit
Uremia
C. Klasifikasi
Terdapat 2 jenis obstruksi :
a. Obstruksi paralitik (ileus
paralitik atau paralitic ileus)
b. Obstruksi mekanik atau
mekanikal obstruksi
D. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah
obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus
tersebut diakibatkan oleh penyebab
mekanik atau fungsional. Perbedaan
utamanya adalah obstruksi paralitik,
paralitik dihambat dari permulaan,
sedangkan pada obstruksi mekanis
peristaltik mula-mula diperkuat kemudian
intermiten akhirnya hilang. Limen usus
yang tersumbat profesif akan terenggang
oleh cairan dan gas.
Akumulasi gas dan cairan didalam lumen
usus sebelah proksimal dari letak obstruksi
mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O
dan elektrolit dengan peningkatan distensi
maka tekanan intralumen meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan vena dan
kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding
usus dan kehilangan cairan menuju ruang
peritonium akibatnya terjadi pelepasan
bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang
berlangsung cepat menimbulkan peritonitis
septik ketika terjadi kehilangan cairan yang
akut maka kemungkinan terjadi syok
hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi
stranggulasi akan menyebabkan kematian.
E. Manifestasi Klinik
a. Obstruksi Usus Halus
Nyeri abdomen sekitar umbilicus atau bagian
epigasterium
Klien dapat mengeluarkan darah dan mucus,
tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat
flatus.
Konstipasi yang berakhir pada distensi
abdomen, tetapi pada klien obstruksi partial
bisa mengalami diare.
Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltic
pada awalnya menjadi sangat keras dan
akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong
ke arah mulut.
Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah
fekal dapat terjadi.
Jika obstruksi usus terjadi terus dan tidak diatasi
maka akan terjadi syok hipovolemia
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen
tampak distensi dan peristaltic meningkat.
b. Obstruksi Usus Besar
 Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas
yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi
intensitasnya jauh lebih rendah.
Muntah muncul terakhir terutama bila katup
ileosekal kompeten. Pada klien dengan obstruksi di
sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi
gejala satu – satunya selama beberapa hari.
Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop
dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar
melalui dinding abdomen.
Klien mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah
F. Komplikasi
a. Nekrosis usus
b. Perforasi usus
c. Peritonitis
d. Sepsis infeksi
e. Syok dehidrasi
f. Abses sindrom usus pendek dengan
malabsorpsi dan malnutrisi
g. Pneumonia aspirasi dari proses muntah
h. Gangguan elektrolit
 G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan foto polos
abdomen
c. Pemeriksaan CT scan
d. Pemeriksaan radiologi dengan
barium enema
e. Pemeriksaan USG
f. Pemeriksaan MRI
g. Pemeriksaan angiografi
H. Penatalaksanaan
a. Konservatif
1) Penderita dipuasakan.
2) Dekompresi dengan nasogastric tube
3) Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :
a) Terapi Na+, K+, komponen darah
b) Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan
interstisial
c) Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan
cairan intraseluler
4) Dipasang kateter urin untuk menghitung balance
cairan.
5) Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus
paralitik.
6) Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein
karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
7) Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
8) Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke
ujung terlalu beresiko.
b. Medications
Antibiotics broad-spectrum untuk bacterial
anaerobe dan aerobe. Analgesic apabila
nyeri. (Medlinux.com).
c. Surgery
ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
◦ Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, alamat, tanggal masuk RS dan
lain-lain.
◦ Keluhan Utama
Biasanya klien datang dengan keluhan; sakit
perut yang hebat, kembung, mual, muntah dan
tidak ada defekasi atau BAB yang lama.
 Riwayat penyakit sekarang
a. Perubahan pola BAB sejak kapan ? (frekuensi,
jumlah, warna, konsistensi ).
b. Sakit perut, kembung ?
c. Mual, muntah, (frekuensi jumlah,warna, bau)
d. Apa ada demam, bisa platus?
e. Apakah diberi obat sebelum masuk rumah sakit?
 Riwayat penyakit dahulu
a. Ada atau tidaknya riwayat tumor ganas, polip atau
peradangan kronik?
b. Riwayat pernah tidaknya operasi pada daerah
perut.
c. Bagaimana keadaan BAB. Apakah sering merasa
sakit perut kembung,sulit BAB dan keadaan fakes.
d. Apakah ada riwayat hernia?
e. Apakah pernah mengalami cedera atau trauma
 Riwayat penyakit keluarga
a. Apakah ada yang pernah sakit seperti klein?
b. Apakah ada yang pernah mengalami penyakit
menular atau keturunan?
 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Penampilan umum, Tanda - Tanda Vital , TB, BB dan
Kesadaran
b. Pemeriksaan fokus
Inspeksi
a) Pada keadaan umum klien apakah kelihatan sakit,
meringis.
b) Apakah ada muntah, warna coklat bila obstruksi pada
usus halus.
c) Klien kelihatan sakit bernafas karena perut kembung.
d) Abdomen tampak kembung.
e) Nampak tonjolan seperti bengkak pada bagian perut.
 Auskultasi
Peristaltik usus menurun atau meningkat.
 Perkusi
a) Normal bunyi abdomen, tegang, dan kembung.
b) Kulit daerah abdomen terasa hangat, nyeri tekan.
c) Teraba benjolan/masa di daerah abdomen.
 Kebutuhan Biologis
a. Nutrisi:
Pola kebiasaan, jenis makanan atau minuman
b. Eliminasi
Pola, frekuensi, jumlah, warna, bau, konsistensi
(BAB/BAK)
c. Istirahat/tidur
Mempunyai masalah/tidak.
 Aktifitas
Apakah terganggu atau terbatas, faktor
yang memperingan atau memperberat,
riwayat pekerjaan.
 Riwayat Psikososial
Bagaimana pola pemecahan masalah klien
terhadap masalahnya, demikian juga
keluarga.
 Riwayat Sosial
a. Kebiasaan merokok, minuman keras,
dan lain-lain.
b. Konsep diri terhadap masalah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan distensi,
kekakuan
2. Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual, muntah,
demam dan atau diforesis
3. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan distensi,
kekakuan
Tujuan : Rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan
penurunan ketidaknyamanan; menyatakan
nyeri pada tingkat dapat ditoleransi,
menunjukkan relaks.
Intervensi :
1. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi,
intensitas (skala 0-10) dan faktor
pemberat/penghilang.
R/ : Nyeri distensi abdomen, dan mual.
2. Pantau tanda-tanda vital.
R/ : Respon autonomik meliputi perubahan pada
TD, nadi, suhu dan pernafasan
3. Palpasi kandung kemih terhadap distensi bila
berkemih ditunda.
R/ : Faktor psikologis dan nyeri dapat
meningkatkan tegangan otot. Posisi tegak
meningkatkan tekanan intra-abdomen, yang
dapat membantu dalam berkemih.
4. Berikan analgesik, narkotik, sesuai indikasi.
R/ : Mengontrol atau mengurangi nyeri untuk
meningkatkan istirahat dan meningkatkan
kerjasama dengan aturan terapeutik.
5. Kateterisasi sesuai kebutuhan.
R/ : Kateterisasi tunggal/multifel dapat
digunakan untuk mengosongkan kandung kemih
sampai fungsinya kembali.
b. Kekurangan Volume Cairan Berhubungan
Dengan Mual, Muntah, Demam dan atau
Diforesis.
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
 Klien mendapat cairan yang cukup untuk
mengganti cairan yang hilang.
 Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang
adekuat.

INTERVENSI :
1. Pantau tanda-tanda vital dengan sering,
perhatikan peningkatan nadi, perubahan TD, dan
ketakutan.
R/ : Tanda-tanda awal hemoragi usus atau
pembentukan hematoma, yang dapat
menyebabkan syok hipovolemik.
2. Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler,
turgor kulit dan status membran mukosa.
R/ : Memberi informasi tentang volume sirkulasi
umum dan tingkat hidrasi.
3. Pantau masukan dan haluaran, perhatikan
haluaran urine, berat jenis,. Kalkulasi
keseimbangan 24 jam, dan timbang berat badan
setiap hari.
R/ : Indikator langsung dari hidrasi atau perfusi
organ dan fungsi. Memberikan pedoman untuk
penggantian cairan.
4. Perhatikan adanya atau ukur distensi abdomen.
R/ : Perpindahan cairan dari ruang vaskuler
menurunkan volume sirkulasi dan merusak
perfusi ginjal.
5. Observasi atau catat kuantitas, jumlah dan
karakter drainase NGT. tes pH sesuai indikasi.
Anjurkan dan bantu dengan perubahan posisi
sering.
R/ : Haluaran cairan berlebihan dapat
menyebabkan ketidakseimbangan eletrolit
dan alkalosis metabolik dengan kehilangan
lanjut kalium oleh ginjal yang berupaya untuk
mengkompensasi.
6. Pertahankan potensi penghisap NGT atau
usus.
R/ : Meningkatkan dekompresi usus untuk
menurunkan distensi/tekanan di garis jahitan
dan menurunkan mual/muntah, yang dapat
menyertai anastesia, manipulasi usus atau
kondisi yang sebelumnya ada, misalnya
kanker.
c. Perubahan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan
Gangguan Absorbsi Nutrisi.
Tujuan: Berat badan stabil dan nutrisi
teratasi.
Kriteria hasil :
 Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
 Berat badan stabil.
 Pasien tidak mengalami mual muntah.
INTERVENSI :
1. Tinjau faktor-faktor individual yang
mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna makanan
R/ : Mempengaruhi pilihan intervensi.
2. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen;
catat pasase flatus.
R/ : Menentukan kembalinya peristaltik
(biasanya dalam 2-4 hari).
3. Identifikasi kesukaan atau ketidaksukaan
diet dari pasien. Anjurkan pilihan
makanan tinggi protein dan vitamin C.
R/ : Meningkatkan kerjasama pasien
dengan aturan diet.
4. Observasi terhadap terjadinya diare;
makanan bau busuk dan berminyak.
R/ : Sindrom malabsorbsi dapat terjadi
setelah pembedahan usus halus,
memerlukan evaluasi lanjut dan
perubahan diet, mis: diet rendah serat.
5. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Antimetik, mis: proklorperazin
(Compazine). Antasida dan inhibitor
histamin, mis: simetidin (tagamet).
R/ : Mencegah muntah. Menetralkan atau
menurunkan pembentukan asam untuk
mencegah erosi mukosa dan kemungkinan
ulserasi.
D. IMPLEMENTASI
Diagnosa Keperawatan 1
 Menyelidiki keluhan nyeri, perhatikan
lokasi, intensitas (skala 0-10) dan faktor
pemberat/penghilang.
 Melakukan palpasi kandung kemih
terhadap distensi bila berkemih ditunda
 Memberikan analgesik, narkotik, sesuai
indikasi.
Diagnosa Keperawatan 1
 Menyelidiki keluhan nyeri, perhatikan
lokasi, intensitas (skala 0-10) dan faktor
pemberat/penghilang.
 Melakukan palpasi kandung kemih
terhadap distensi bila berkemih ditunda
 Memberikan analgesik, narkotik, sesuai
indikasi.
Diagnosa Keperawatan 3
 Meninjau faktor-faktor individual yang
mempengaruhi kemampuan untuk mencerna
makanan, misalnya status puasa, mual, ileus
paralitik setelah selang dilepas.
 Melakukam auskultasi bising usus, palpasi
abdomen; catat pasase flatus.
 Mengidentifikasi kesukaan atau
ketidaksukaan diet dari pasien. Menganjurkan
pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C.
 Memberikan obat-obatan sesuai indikasi
proklorperazin (Compazine). Antasida dan
inhibitor histamin
E. EVALUASI
Kriteria hasil atas pencapaian tujuan
sebagai berikut :
 Rasa nyeri teratasi atau terkontrol
 Kebutuhan cairan pasien terpenuhi
 Berat badan stabil dan nutrisi teratasi.

Você também pode gostar