Você está na página 1de 18

Autisme

OLEH KELOMPOK 5
RAIHAN TAHIR
REGITA CAHYANI MONOARFA
RUSTIYANSI RAUF
SCHRAINI AMELIA TAHIR
Pengertian autis

 Istilah autis berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme
berarti aliran. Jadi autisme adalah suatu paham yang tertarik hanya
pada dunianya sendiri (Purwati, 2007).
 Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada bayi atau
anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan
dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi
sosial. Gangguan autis adalah salah satu perkembangan pervasif
berawal sebelum usia 2,5 tahun (Devision, 2006).
Etiologi
 Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif
dan kemampuan bicara).
 Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
 Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
 Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi
hipokompus otak depan.
 Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi.
 Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Manifestasi klinis
1. Di bidang komunikasi :
 Perkembangan bahasa anak autis lambat atau sama sekali tidak
ada.
 Terkadang kata – kata yang digunakan tidak sesuai artinya
 Mengoceh tanpa arti secara berulang – ulang, dengan bahasa
yang tidak dimengerti orang lain.
 Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. Senang meniru atau
membeo (Echolalia).
 Bila senang meniru, dapat menghafal kata – kata atau nyanyian
yang didengar tanpa mengerti artinya.
 Sebagian dari anak autis tidak berbicara (bukan kata – kata) atau
sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.
 Senang menarik – narik tangan orang lain untuk melakukan apa
yang dia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.
2. Di bidang interaksi sosial :
 Anak autis lebih suka menyendiri
 Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau
menghindari tatapan muka atau mata dengan orang lain.
 Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang
sebaya maupun yang lebih tua dari umurnya.
 Bila diajak bermain, anak autis itu tidak mau dan menjauh.

3. Di bidang sensoris :
 Anak autis tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
 Anak autis bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
 Anak autis senang mencium –cium, menjilat mainan atau benda –
benda yang ada disekitarnya. Tidak peka terhadap rasa sakit dan
rasa takut.
4. Di bidang pola bermain :
 Anak autis tidak bermain seperti anak – anak pada umumnya.
 Anak autis tida suka bermain dengan anak atau teman sebayanya.
 Tidak memiliki kreativitas dan tidak memiliki imajinasi.
 Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar –
putar.
 Senang terhadap benda – benda yang berputar seperti kipas angin, roda
sepeda, dan sejenisnya.
 Sangat lekat dengan benda – benda tertentu yang dipegang terus dan
dibawa kemana – mana.

5. Di bidang perilaku :
 Anak autis dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif (hiperaktif) dan
berperilaku berkekurangan (hipoaktif).
 Memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau merangsang diri sendiri seperti
bergoyang –goyang, mengepakkan tangan seperti burung.
 Berputar –putar mendekatkan mata ke pesawat televisi, lari atau berjalan
dengan bolak – balik, dan melakukan gerakan yang diulang – ulang.
 Tidak suka terhadap perubahan.
 Duduk bengong dengan tatapan kosong.
6. Di bidang emosi :
 Anak autis sering marah – marah tanpa alasan yang jelas, tertawa –
tawa
 Dapat mengamuk tak terkendali jika dilarang atau tidak diberikan
keinginannya.
 Kadang agresif dan merusak.
 Kadang – kadang menyakiti dirinya sendiri.
 Tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang lain yang
ada disekitarnya atau didekatnya.
Klasifikasi

Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniasih (2002) membagi


autisme menjadi dua yaitu:
1. Autisme sejak bayi (Autisme Infantil)
2. Autisme Regresif

Sedangkan Faisal Yatim (dalam buku karangan purwati, 2007)


mengelompokkan autisme menjadi :
1. Autisme Persepsi
2. Autisme Reaksi
Patofisiologi

Penyebab pasti dari autisme belum diketahui. Yang pasti diketahui


adalah bahwa penyebab dari autisme bukanlah salah asuh dari
orang tua, beberapa penelitian membuktikan bahwa beberapa
penyebab autisme adalah ketidakseimbangan biokimia, faktor
genetic dan gangguan imunitas tubuh. Beberapa kasus yang tidak
biasa disebabkan oleh infeksi virus (TORCH), penyakit- penyakit lainnya
seperti fenilketonuria (penyakit kekurangan enzim), dan sindrom X
(kelainan kromosom).
Next...

Menurut Lumbantobing (2000), penyebab autisme dipengaruhi oleh


beberapa faktor yaitu :
 Faktor keluarga dan psikologi
 Respon anak-anak terhadap stressor dari keluarga dan lingkungan.
 Kelainan organ-organ biologi dan neurologi (saraf)
 Berhubungan dengan kerusakan organ dan saraf yang menyebabkan
gangguan fungsi-fungsinya, sehingga menimbulkan keadaan autisme
pada penderita
 Faktor genetik
 Pada hasil penelitian ditemukan bahwa 2 - 4% dari saudara kandung
juga menderita penyakit yang sama.
 Faktor kekebalan tubuh
Penatalaksanaan
1. Applied Behavioral Analysis (ABA)
2. Terapi Wicara
3. Terapi Okupasi
4. Terapi Fisik
5. Terapi Sosial
6. Terapi Bermain
7. Terapi Perilaku.
8. Terapi Perkembangan
9. Terapi Visual
10. Terapi Biomedik
11. Edukasi kepada keluarga
12. Penggunaan obat-obatan
ASUHAN KEPERAWATAN AUTISME
1. Pengkajian
 Identitas Klien: nama, umur, jenis kelamin, alamat, No. MR
 Riwayat Kesehatan kesehatan dahulu, riwayat kesehatan sekarang dan riayat
kesehatan keluarga
 Psikososial:
 Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
 Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
 Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
 Perilaku menstimulasi diri
 Pola tidur tidak teratur
 Permainan stereotip
 Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
 Tantrum yang sering
 Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
 Kemampuan bertutur kata menurun
 Menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus
Next...
 Neurologis:
 Respons yang tidak sesuai dengan stimulus
 Refleks mengisap buruk
 Tidak mampu menangis ketika lapar
 Gastrointestinal:
 Penurunan nafsu makan
 Penurunan berat badan

2. Diagnosa keperawatan
 Gangguan komunikasi verbal (Kategori : Relasional, subkategori: Interaksi social)
 Gangguan Interaksi social (Kategori : Relasional, subkategori: Interaksi social)
 Gangguan identitas diri (Kategori : psikologis, subkategori: integritas ego)
 Risiko mutilasi diri (Kategori : Lingkungan, subkategori: keamanan dan proteksi
Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan NOC NIC
NOC 1. Monitor frustasi, marah, depresi, atau
D.0119 1. Anxiety self control hal lain yang mengganggu bicara
2. Monitor akumulasi serumen
2. Coping
Gangguan 3. Sensory function: hearing & vision
berlebihan
3. Monitor dampak gangguan

komunikasi verbal 4. Fear self control


penglihatan
Kriteria Hasil 4. Gunakan metode komunikasi
1. Komunikasi: penerimaan, intrepretasi alternatife
dan ekspresi pesan, lisan, tulisan, dan 5. Gunakan bahasa sederhana
nonverbal 6. Berikan bacaan dengan huruf besar
2. Komunikasi ekspresif (kesulitan berbicara) 7. Anjurkan berbicara perlahan
: ekspresi pesan verbal dan atau non 8. Ajarkan menyampaikan pesan
verbal yang bermakna dengan isyarat

3. Komunikasi reseptif (kesulitan 9. Ajarkan keluarga cara membantu

mendengar) : penerimaan komunikasi pasien berkomunikasi

dan interpretasi pesan verbal dan/atau 10. Rujuk ke ahli patologi bicara atau
terapis
nonverbal
1. Identifikasi penyebab
D.0118 1. Self esteem, situational kurangnya keterampilan

Gangguan Interaksi 2. Communication impaired social

verbal 2. Identifikasi kemampuan


sosial melakukan interaksi dengan
Kriteria Hasil
orang lain
1. Lingkungan yang suportif
3. Libatkan keluarga selama
yang bercirikan hubungan
latihan keterampilan social
dan tujuan anggota keluarga jika perlu
2. Menggunakan aktivitas yang 4. Motivasi berpartisipasi dalam

menenangkan, menarik dan aktivitas baru dan kegiatan


kelompok
menyenangkan untuk
5. Edukasi keluarga untuk
meningkatkan kesejahteraan
dukungan keterampilan
3. Interaksi social dengan orang,
social
kelompok, atau organisasi 6. Anjurkan berinteraksi dengan
orang lain secara bertahap
7. Kolaborasi dengan dokter
1. Monitor perubahan orientasi
D.0084 1. Dsitorted throught self-control
2. Identifikasi keadaan emosional
2. Identity
Gangguan identitas diri saat ini
3. Self-mutilation restraint 3. Identifikasi kemampuan yang

Kriteria Hasi dimiliki


4. Perkenalkan nama saat memulai
1. Mengungkapkan secara verbal
interaksi
tentang identitas personal
5. Diskusikan nilai-nilai yang
2. Mengungkapkan secara verbal berkontribusi terhadap konsep diri
penguatan tentang identitas 6. Gunakan pendekatan yang
personal tenang dan meyakinkan

3. Memperlihatkan kesesuaian 7. Anjurkan penggunaan alat bantu

perilaku verbal dan nonverbal 8. Anjurkan dalam mengekspresikan


diri dengan kelompok teman
sebaya
9. Ajarkan keluarga dalam
perawatan identitas diri
10. Kolaborasi dengan dokter
1. Identifikasi kesiapan dan
D.0145 kemampuan menerima
informasi
Risiko mutilasi diri
2. Monitor adanya benda yang
berpotensi membahayakan
3. Identifikasi hambatan dalam
menerapkan perilaku positif
4. Identifikasi penyebab/pemicu
marah
5. Berikan kesempatan untuk
bertanya
6. Diskusikan perilaku kesehatan
yang ingin diubah
7. Cegah kerusakan fisik akibat
ekspresi marah
8. Anjurkan tertawa untuk
melepas stress dengan
membaca atau klip video lucu
9. Ajarkan strategi untuk
mencegah ekspresi marah
10. Kolaborsikan dengan dokter
TERIMA KASIH

Você também pode gostar