Você está na página 1de 25

PENANGGULANGAN PENYAKIT DBD

DI PUSKESMAS WANI

Disusun Oleh: Pembimbing:


Raisha Triasari, S. Ked dr. Sumarni, M. Kes, Sp. GK
N 111 17 136 dr. Nur Indriyani

D A L A M R A N G K A M E NG I KUT I K E PA N I T E R A A N K L I N I K
B A G I A N I L MU K ESEHATA N M A SYARA K AT
FA K U LTA S K E D O K T E R A N
U N I V E R S I TA S TA D U L A KO
PA L U 2 0 1 7
LATAR BELAKANG
 Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus Dengue, masuk ke
peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
 Kota Palu memiliki kasus DBD tertinggi di Sulawesi Tengah, berjumlah 650 kasus dengan
Incident Rate (IR) 168,60/100.000 penduduk.
 Dipengaruhi faktor yaitu kurangnya peran serta masyarakat dalaam pengendalian DBD,
terutama pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan Pola Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) masih kurang menyebabkan banyak tempat perindukan nyamuk DBD.
 Berdasarkan grafik data, jumlah kasus DBD berdasarkan jenis kelamin dan puskesmas se-
Kabupaten Donggala sebanyak 68 kasus (38 kasus laki-laki dan 30 kasus perempuan).
 Kasus tertinggi sebesar 50 kasus (28 kasus laki-laki dan 22 kasus perempuan) serta jumlah
kematian sebesar 2 kasus yang terjadi di Puskesmas Donggala.
LATAR BELAKANG
Ogoamas 0
0
Balukang 0
0
Tonggolobibi 0
0
Sabang 0
3
Tambu 0
0
Malei 0
0
Tompe 3
1
Batusuya 1
1 Perempuan
Toaya 0
0 Laki-Laki
Labuan 0
0
4
Wani 5
22
Donggala 28
Lembasada 0
0
Lalundu 0
0
L. Despot 0
0
Pinembani 0
0
0 5 10 15 20 25 30

Grafik 1. Jumlah kasus DBD Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas Kabupaten Donggala Tahun 2016.

Sumber: Bidang PMK-Seksi P2P, Program DBD, Dinkes Kabupaten Donggala, 2016.
LATAR BELAKANG
2
Desa Bale
1.8
Guntarano
1.6
Nupabomba
1.4
Wombopanau
1.2
Wombo Induk
1
Wombo Kalonggo
0.8
Wani Satu
0.6
Wani Dua
0.4
Wani Tiga
0.2

0 Lombompetigo

Grafik 2. Jumlah kasus DBD di


Puskesmas Wani Tahun 2016.

Sumber: Laporan Profil Puskesmas Wani Tahun 2016.


RUMUSAN MASALAH
 Bagaimana pelaksanaan program pemberantasan DBD di Puskesmas Wani ?
 Apa saja permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target cakupan program
pemberantasan DBD di Puskesmas Wani ?
PROFIL PUSKESMAS WANI
Letak Geografis
 Puskesmas Wani merupakan puskesmas yang berada di wilayah kerja Kecamatan Tanantovea,
Kabupaten Donggala dengan luas wilayah 302,64 km2.
 Wilayah kerja puskesmas wani terdiri dari 10 desa, yaitu desa Bale, Guntarano, Nopabomba,
Wombopanau, Wombo Induk, Wombo Kalonggo, Wani Satu, Wani Dua, Wani Tiga, dan
Lombompetigo.
 Letak puskesmas Wani kurang lebih 25 Km dari ibu kota Palu, dengan batas wilayah utara
berbatasan dengan Kecamatan Labuan, selatan berbatasan dengan Kecamatan Palu Utara,
timur berbatasan dengan Ampibabo dan Kecamatan Parigi Moutong, sebelah barat
berbatasan dengan kecamatan Palu Utara Kota Palu dan Teluk Palu.
PROFIL PUSKESMAS WANI
Keadaan Sosial Ekonomi
 Secara umum keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat dikatakan hampir rata-rata
berpenghasilan kecil.
 Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah pertanian yang letaknya jauh dari
pemukiman.
 Dengan keadaan sosial ekonomi tersebut, maka sebagian besar masyarakat berpendapatan
musiman.
 Hal ini mengakibatkan beberapa kelompok masyarakat kurang memperhatikan masalah
kesehatan.
PROFIL PUSKESMAS WANI
Keadaan Geografis
 Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Wani Kec. Tanantovea, sesuai data terakhir BPS
tahun 2015 adalah 15.806 jiwa.
 Jumlah Kepala Keluarga untuk seluruh Kecamatan yaitu 4.286 KK dengan rata-rata jumlah
penduduk per rumah tangga adalah 4 jiwa.

Jenis Kelamin Jumlah Proporsi


Laki-laki 8.052 50,9%
Perempuan 7.754 49,1%
Jumlah 15.806 100%

Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Wani Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016.
PROFIL PUSKESMAS WANI
Keadaan Geografis
No. Nama Desa Jumlah Dusun Jumlah Penduduk
1. Wani I 5 1.638
2. Wani II 4 2.867
3. Wani III 2 892
4. Lumbu Mpetigo 3 1.165
5. Wombo Mpanau 2 1.142
6. Wombo Induk 3 1.183
7. Wombo Kalonggo 3 809
8. Nupabomba 6 3.135
9. Guntarano 3 1.621
10. Bale 5 1.354
Jumlah 36 15.806

Jumlah Penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Wani Tahun 2016


TUJUAN PROGRAM PENANGGULANGAN DBD
 Tujuan program penanggulangan DBD terbagi atas dua tujuan, meliputi tujuan jangka panjang
dan tujuan jangka pendek.
 Tujuan jangka pendek adalah mengobati pasien DBD dengan menghilangkan gejala.
 Tujuan jangka panjang adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang
diakibatkan penyakit DBD dengan cara memutuskan rantai penularan.
 Sehingga penyakit DBD tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia serta
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
PROGRAM PENANGGULANGAN DBD
Indikator Keberhasilan Program DBD
 Menurunkan angka kejadian DBD (IR) , 51 per 100.000 penduduk.
 Menurunkan angka kematian akibat DBD (CFR) < 1%.
 Menurunkan Angka Bebas Jentik (ABJ) > 95%.
 Mencegah terjadinya KLB/Wabah penyakit DBD.
PROGRAM PENANGGULANGAN DBD
Program yang dilaksanakan di Puskesmas Wani
 Promosi Kesehatan
 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
 Tercantum dalam Undang-Undang BAB III Pengendalian DBD pasal 5 tentang PSN 3 M Plus:
(1) Kegiatan PSN 3 M Plus dilakukan untuk memutus siklus hidup nyamuk penular DBD yang
dilaksanakan paling singkat 1 (satu) minggu sekali.
(2) Pemutusan siklus hidup nyamuk penular DBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilakukan oleh perorangan, pengelola, penanggug jawab atau pimpinan tempat kerja.
 Penyelidikan Epidemiologi (PE)
 Pengasapan (Fogging)
 Abatesasi dan Survei Jentik
PROGRAM PENANGGULANGAN DBD
 Tanpa penemuan kasus program pemberantasan tidak akan berhasil, sehingga proses
penemuan DBD oleh petugas sangat menentukan keberhasilan program.
 Tetapi kurangnya sumberdaya manusia, kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai
penyakit DBD masih menjadi masalah.
 Berdasarkan uraian permasalahan di atas dibuat perumusan mulai dari masalah yang utama
serta masalah lain yang berkaitan dengan kendala manajemen DBD di Puskesmas Wani, yaitu:
 Masih banyak ditemukan area yang bisa menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes
Aegipty.
 Wilayah pemukiman semakin menggerus tempat perindukan alami dari vektor nyamuk .
 Masih kurangnya perhatian masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan lingkungan.
 Masih banyak ditemukan rumah dengan jentik nyamuk.
PEMBAHASAN
Input
 Untuk sumber daya manusia program penanggulangan penyakit DBD di puskesmas Wani
dikelola oleh 1 pemegang kepala program dan 12 orang staff.
 Tenaga kesehatan khusunya di puskesmas Wani sendiri sudah cukup memadai untuk
melaksanakan program penanggulangan DBD tersebut.
 Untuk sarana dan prasarana di puskesmas Wani di mana ruangan poli di puskesmas terbagi
menjadi dua, yaitu poli anak dan poli umum.
 Di puskesmas Wani alat dan bahan untuk pemeriksaan penunjang untuk DBD seperti
pemeriksaan darah rutin belum tersedia di laboratorium.
 Hal ini dapat menjadi kendala untuk melaksanakan program penanggulangan DBD.
 Untuk akses dalam penanggulangan program DBD dalam penemuan kasus DBD, masih dapat
di jangkau dan tidak mengalami kendala. Tersedianya kendaran dinas yang ada di puskesmas
Wani berupa mobil atau motor menjadi faktor penting dalam mengakses penderita DBD.
PEMBAHASAN
Input
 Untuk akses dalam penanggulangan program DBD dalam penemuan kasus DBD, masih dapat
di jangkau dan tidak mengalami kendala.
 Tersedianya kendaran dinas yang ada di puskesmas Wani berupa mobil atau motor menjadi
faktor penting dalam mengakses penderita DBD.
 Metode yang digunakan dalam program penaggulangan DBD di puskesmas Wani adalah
metode skrining.
 Petugas kesehatan nantinya akan bekerja sama dengan bidang promkes untuk memberi
penyuluhan kesehatan mengenai DBD di masyarakat.
 Dana yang digunakan dalam pengelolaan puskesmas berasal dari BOK.
PEMBAHASAN
Proses
 Proses pelaksanaan program penanggulangan penyakit DBD di puskesmas Wani menggunakan
model manajemen POAC yakni Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian),
Actuating (pergerakan-pelaksanaan) dan Controlling (pemantauan).
 Perencanaan pelaksanaan program penanggulangan penyakit DBD berangkat dari berbagai
permasalahan yang terkait monitoring dan evaluasi pelaksanaan sebelumnya yakni berawal
dari kendala yang menjadi permasalahan yang telah ditentukan pada rapat koordinasi
sebelumnya.
 Pengorganisasian pelaksanaan program penanggulangan penyakit DBD di puskesmas Wani
diinstruksikan dari kepala puskesmas sebagai pemegang otoritas tertinggi, kemudian dari
kepala puskesmas memilih pelaksana program penanggulangan penyakit DBD terkait program
ini.
PEMBAHASAN
Proses
 Pedoman pelaksanaan program penanggulangan penyakit DBD di puskesmas Wani mengikuti
pedoman pengendalian penyakit demam berdarah yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota
Palu sebagai acuan pelaksanaan program seperti promosi kesehatan, Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN), Fogging, Pelacakan Penderita (PE), Abatesasi dan Survei Jentik.
 Pemantauan dari pelaksaanan program penanggulangan DBD di puskesmas Wani dengan
melakukan rapat dengan tujuan mengevaluasi kembali kendala dan pencapaian target
program penanggulangan penyakit DBD di Puskesmas Wani.
PEMBAHASAN
Output
 Program kerja yang dilakukan di Puskesmas Wani terkait dengan penanggulangan penyakit
demam berdarah antara lain Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Fogging, Pelacakan
Penderita (PE), Abatesasi dan Survei Jentik.
 Dilakukan sekaligus pada tiap desa wilayah kerja puskesmas Wani yang dikunjungi.
 Jika ada lebih dari 3 kasus pasien yang sudah diagnosis dengan suspect DBD maka langsung
dilakukan fogging ke rumah pasien tersebut oleh petugas Dinas Kesehatan setempat diikuti
dengan petugas kesehatan puskesmas Wani.
 Pada pelaksanaan program fogging sekaligus juga diikuti dengan program lainnya.
KESIMPULAN
 Dalam pelaksanaan program penanganan demam berdarah, perlu memperhatikan program
yang telah dicanangkan oleh pemerintah dengan mengingat puskesmas merupakan tempat
pelayanan primer.
 Masalah penyakit DBD dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, faktor lingkungan, perilaku
dan pelayanan kesehatan yang saling berinteraksi secara kompleks.
 Oleh karena itu penanggulangan masalah DBD harus dilaksanakan secara menyeluruh dan
terpadu dengan pendekatan spesifik wilayah.
 Peran serta dari berbagai pihak sangat dibutuhkan agar program kerja dapat terlaksana
dengan baik.
SARAN
 Lebih sering melakukan kegiatan penyuluhan berupa penyuluhan perorang terlebih ke rumah
keluarga yang mengalami penyakit DBD, untuk menerapkan pencegahan penyakit DBD.
 Meningkatkan kegiatan promosi kesehatan mengenai pola hidup bersih dan sehat seperti
kebersihan lingkungan, pengelolaan air, dan pengelolaan sanitasi.
 Kegiatan penemuan pasien harus lebih sering dilakukan secara aktif untuk menjaring pasien-
pasien yang tidak terdeteksi dengan penjaringan pasif.
LAMPIRAN
Dokumentasi Foto

Gambar 1. Laporan Kasus DBD di Puskesmas Wani Tahun 2016.


LAMPIRAN
Dokumentasi Foto

Gambar 1. Laporan Kasus DBD di Puskesmas Wani Tahun 2016.


LAMPIRAN
Dokumentasi Foto

Gambar 1. Laporan Kasus DBD di Puskesmas Wani Tahun 2016.


LAMPIRAN
Dokumentasi Foto

Gambar 1. Laporan Kasus DBD di Puskesmas Wani Tahun 2016.


TERIMA KASIH

Você também pode gostar