Você está na página 1de 30

ANATOMI, FISIOLOGI, DAN

PEMERIKSAAN FISIK NASAL


ANGGOTA :
• DETA FITRIANA (G1A218049)
• RANIA EGYPTIANA (G1A218048)
• PARLIA LOPA SARI (G1A218050)
• YOSI PRAMELISA (G1A218052)
• RUDI BERLIAN PANJI ARAS (G1A218055)

PENGAMPU : dr. YULIANTI, Sp. THT-KL


Anatomi Nasal
Anatomi Nasal
Anatomi Nasal
Vaskularisasi Nasal
Bagian atas
• a. etmoid anterior dan posterior → a. oftalmika dari a.
carotis interna
Bagian depan septum
• Anastomosis dari cabang-cabang :
• a. Sfenopalatina
• a. etmoid anterior pleksus Kiesselbach.

• a. labialis superior
• a. palatina mayor
Inervasi Nasal
Bagian depan dan atas rongga hidung:

Sensoris : n. etmoidalis anterior → n. Nasosiliaris


dari n. oftalmikus.

Rongga hidung lainnya:

Sensoris : n. maksila melalui ganglion sfenopalatina.


Fisiologi Nasal
Fungsi respirasi :
• air conditioning
• penyaring udara
• Humidifikasi
• penyeimbang dalam pertukaran tekanan
• mekanisme imunologik lokal.
Fungsi penghindu :
• terdapat mukosa olfaktorius
Fungsi fonetik :
• resonansi suara
• membantu proses bicara
• mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang.
Fisiologi Nasal
Fungsi statik & mekanis :

• meringankan beban kepala

• proteksi terhadap trauma

• pelindung panas.

Refleks nasal :

• mukosa hidung → reseptor yang berhubungan dengan saluran


cerna, kardiovaskular, dan pernapasan.

Contoh :

iritasi mukosa hidung → refleks bersin dan batuk berhenti, rangsangan


dari bau tertentu→sekresi dari kelenjar liur, lambung dan pankreas.
SINUS PARANASALIS
ANATOMI

Gol. Anterior :
• Sinus maksilaris, etmoidalis anterior, frontalis.
• Ostia dari sinus ini adalah meatus medius.
Gol. Posterior :
• Sinus etmoidalis posterior, sfenoidalis.
• Ostia dari sinus adalah meatus superior.
FISIOLOGI SINUS PARANALIS

• Sebagai pengatur kondisi udara


• Sebagai penahan suhu
• Membantu keseimbangan kepala
• Membantu resonansi suara
• Peredam perubahan tekanan udara
• Membantu produksi mukus untuk
membersihkan rongga hidung
ANAMNESIS
ADA 5 POIN :
1. Sumbatan pada Hidung
• Unilateral/bilateral?
• Sudah berapa lama? Terus-menerus atau intermitten? Bagaimana terjadinya?
• Adakah riwayat trauma?
• Apakah ada riwayat kontak dengan alergen
• Apakah ada riwayat pemakaian obat tetes hidung dengongestan jangka
waktu lama?
• Apakah mulut dan kerongkongan merasa keiring?
2. Sekret di Hidung
• Unilateral/bilateral?
• Sudah berapa lama? Terus-menerus atau intermitten? Bagaimana terjadinya?
• Bagaimana konsistensi sekret? Encer, bening, kental, nanah, atau bercampur
darah
• Waktu? Hanya pagi atau waktu tertentu
ANAMNESIS
3. Bersin
• Berulangkah?
• Apakah akibat menghirup sesuatu yang diikuti keluar sekret?
• Adakah rasa gatal di hidung, tenggorokan, mata dan telinga?
4. Perdarahan dari Hidung
• Berapa lama? Bagaimana frekuensinya?
• Apakah pendarahan unilateral/bilateral
• Asal pendarahan? Rongga hidung anterior/posterior/keduanya.
• Adakah riwayat trauma?
• Apakah pasien mempunyai kecenderungan berdarah?
• Apakah terdapat riwayat hipertensi?
5. Kehilangan atau Perubahan dalam Menghidu (Anosmia)
• Adakah keterkaitan dengan trauma? Infeksi saluran napas bagian atas?
Penyakit sistemik?
• Kehilngan/perubahan menghidu bersifat parsial atau total?
• Adakah riwayat penyakit hidung/sinus?
• Adakah terdapat gejala sistemik lainnya?
PEMERIKSAAN FISIK
Alat dan bahan
PEMERIKSAAN LUAR
INSPEKSI :
• Bentuk hidung dari luar : apakah terdapat cacat bawaan,
trauma, atau tumor
• Warna hidung : apakah terdapat infeksi atau hematom
• Apakah terdapat pembengkakan : furunkel, trauma
Palpasi :
• Palpasi dorsum nasi : nilai adanya krepitasi, deformitas
• Palpasi ala nasi : menilai adanya furunkel vestibulum
• Palpasi regio frontalis :
– Menekan sinus frontalis dengan ibu jari ke arah mediosuperior.
Hasil : adanya perbedaan reaksi, yang lebih sakit adalah patologis
– Menekan dinding muka sinus frontalis kearah medial.
– Menekan fossa kanina dengan ibu jari kearah media superior
untuk menilai sinus maksilaris
A. Penekanan sinus frontalis B. Penekanan sinus maksilaris
RINOSKOPI ANTERIOR
Rinoskopi Anterior
 Memposisikan pasien, memegang speculum dengan
benar
 Spekulum dimasukkan ke dalam rongga hidung
dalam posisi tertutup, dan dikeluarkan dalam posisi
sedikit terbuka.
 Saat pemeriksaan diperhatikan keadaan :
– Rongga hidung
– Adanya sekret (lokasi dan asal sekret).
– Konka inferior dan konka media Septum nasi cukup
lurus, deviasi, krista dan spina.
– Massa dalam rongga hidung, seperti polip atau tumor.
– Asal perdarahan di rongga hidung, krusta yang bau
dan lain-lain perlu diperhatikan.
Rinoskopi Anterior
• Anterior nasal cavity (Normal)
Rinoskopi Posterior
RINOSKOPI POSTERIOR
 Kaca tenggorok dipanaskan dengan bunsen atau dengan
merendam di air panas supaya kaca tidak berembun oleh nafas
pasien.
 Diuji dulu pada punggung tangan pemeriksa apakah tidak terlalu
panas.
 Lidah pasien ditekan dengan spatula lidah, kemudian kaca
tenggorok dimasukkan ke belakang uvula dengan arah kaca ke
atas. Setelah itu pasien diminta bernafas melalui hidung. Perlu
diperhatikan kaca tidak boleh menyentuh dinding posterior
faring supaya pasien tidak terangsang untuk muntah.
 Sinar lampu kepala diarahkan ke kaca tenggorok dan
diperhatikan :
– Septum nasi bagian belakang
– Nares posterior (koana)
– Sekret di dinding belakang faring (post nasal drip)
– Dapat dilihat nasopharing, perhatikan muara tuba, torus tubarius
dan massa di fossa Rossenmuller.
Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Transiluminasi Frontalis
Tujuan:
• Melihat infeksi pada sinus (utama daerah
sinus frontalis dan sinus maxilaris).
• mendeteksi adanya pus yang menumpuk pada
sinus.
• Syarat dilakukan pemeriksaan ini adalah
haruslah berada di ruangan yang gelap
Pemeriksaan Transiluminasi Frontalis¹˒

• Lampu ditekan pada sinus frontalis


• Lampu ditekankan kearah media-superior
• Cahaya yang memancar kedepan ditutup
dengan tangan kiri

Sinus Normal : Bila dinding depan terlihat terang


Gambar pemeriksaannya :
Pemeriksaan Transiluminasi Maksilaris

Cara Pertama :
- Mulut dibuka lebar
- Lampu ditekan pada margo inferior orbita
kearah inferior
- Cahaya yang memancar kedepan ditutup
dengan tangan kiri
Cara kedua :
- Mulut dibuka lalu dimasukkan lampu kedalam mulut
- Mulut kemudian ditutp rapat
- Cahaya yang memancar dari mulut ke bibir atas ditutup
dengan tangan kiri.

Sinus normal : Apabila pada daerah dinding depan depan


dibawah orbita terlihat bayangan terang berbentuk bulan
sabit.
Nasoendoskopi

Pemeriksaan menggunakan energi canggih dengan menggunakan alat yang


dimasukan melalui hidung dan dapat mengidentifikasi seluruh rongga hidung beserta
seluruh struktur yang terdapat didalamnya dan daerah nasofaring
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher Edisi
Ke-7, Cetakan Keempat. Tahun 2015. Penerbit: Badan Penerbit FKUI.
2. Diseases of Ear, Nose, Throat, Head and Neck Surgery 6th edition. Oleh PL Dhingra
dan Shuruti Dhingra. Tahun 2014. Penerbit: Elsevier.
3. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher.
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Edisi 6. 2007.
4. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung, dan Tenggorok oleh dr. Sri Rukmini Sp. THT
dan dr. Sri Herawati Sp. THT, Catakan pertama. Tahun 2000. Penerbit : EGC.
5. Basic Otorhinolaryngology oleh Rudolf Probst MD. Tahun 2006. Penerbit : Thieme
TERIMA KASIH

Você também pode gostar