Você está na página 1de 56

RAHMI ANNISA

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2017
TUJUAN :

1. Memahami mekanisme transpor suatu obat


yang diaplikasikan di kulit mulai dari proses
pelepasan obat dari basis menuju reseptor
untuk bisa memberikan efek.

2. Memahami faktor-faktor yang berpengaruh


terhadap transpor obat melewati kulit.
CARA PEMBERIAN OBAT
Peroral Konjungtival Intra Respiratori

Sublingual Intraokular Rektal

Parenteral Intraaural Vaginal

Perkutan Intranasal Urethral

DERMAL APPLICATION
FORMULASI OBAT
UNTUK PENGGUNAAN DI KULIT

LOKAL
KONTAK
TUJUAN DENGAN KULIT

SISTEMIK
ANATOMI FISIOLOGI
KULIT
FUNCTION OF THE SKIN
Barrier function
Protects body from dessication: water and
nutrients are kept in (physical barrier function)

Unwanted substances: bacteria, toxic agents


are kept out (physical barrier function)

Protection against the sun (biological barrier


Melanocytes, production of melanin, act as UV
filter)
Temperature control
Sweat glands& ateria

Surveillance and action


-Immune (langerhans cells, dendritic cells
-repair (wound healing, etc), continuous turnover
ANATOMI KULIT

A. Epidermis :
- Stratum corneum
- Stratum lucidum
- Stratum granulosum
- Stratum spinosum
- Stratum basale
Anatomi kulit
Stratum corneum
- Tebal  10-20 µm
- Non viable epidermis
- Diameter sel ± 40 µm dan tebal 0,5 µm
- Sel terdiri dari keratin ~ 70%, lipid ~20%
- Kandungan air 15-20%
- Solut dengan diameter  0,1 µm dapat melewati
stratum corneum
- Tiap 2-3 minggu mengelupas
Deferensiasi epidermis
A closer look at stratum corneum
LIPID CONTENT OF THE STRATUM CORNEUM
INTERCELLULAR SPACE

Lipid % (w/w) mol %

Cholesterol ester 10.0 7.5 a


Cholesterol 26.9 33.4
Cholesterol sulfate 1.9 2.0
Total cholesterol derivatives 38.8 42.9
Ceramide 1 3.2 1.6
Ceramide 2 8.9 6.6
Ceramide 3 4.9 3.5
Ceramide 4 6.1 4.2
Ceramide 5 5.7 5.0
Ceramide 6 12.3 8.6
Total ceramides 41.1 29.5
Fatty acids 9.1 17.0 a
Others 11.1 10.6 b

aBased on C16 alkyl chain.


bBased on MW of 500.
AMINO ACID COMPOSITION OF NAIL, HAIR, AND STRATUM CORNEUM
Amino acid Nail Hair Stratum corneum
Lysine 3.1a 2.5a 4.2a
Histidine 1.0 0.9 1.5
Arginine 6.4 6.5 3.9
Aspartic acid 7.0 5.4 7.9
Threonine 6.1 7.6 3.0
Serine 11.3 12.2 13.6
Glutamic acid 13.6 12.2 12.6
Proline 5.9 8.4 3.0
Glycine 7.9 5.8 24.5
Alanine 5.5 4.3 4.4
Valine 4.2 5.5 3.0
Methionine 0.7 0.5 1.1
Isoleucine 2.7 2.3 2.7
Leucine 8.3 6.1 6.9
Tyrosine 3.2 2.2 3.4
Phenyl alanine 2.5 1.7 3.2
Half-cysteine 10.6 15.6 1.2
Sulfur 3.2%b 4.5%b 1.4%b
aExpressed as residues per 100 residues.
bExpressed as % dry weight (Walters, 2002)
B. Dermis:
Merupakan komponen kritis tubuh,
berfungsi sebagai pensupport nutrisi, kekebalan
(imun) dan sistem lain pada epidermis.Terdiri
dari:
 Pembuluh darah
 Kelenjar keringat
 Glandula sebasea
 Kantung rambut
 Otot penegak
 Jaringan lemak
 Jaringan penghubung/penyambung
C. Jaringan Subkutan/hipodermis

Fungsinya adalah:
- Isolator panas
- Peredam schock
- Penyimpan energi

Terdiri dari sel lemak yang tersusun dalam


lobus dan berikatan dengan dermis dengan
bantuan kolagen dan elastin fiber
Peran utama subkutan adalah tempat
pembuluh/vascular dan sistem syaraf kulit

D. Skin Appendages.
- Kantung rambut/ hair folicle
- Kelenjar keringat/ eccrine sweat gland
- Kelenjar getah lain/ apocrine sweat gland
- Kuku
MEKANISME TRANSPOR PERKUTAN
JALUR PENETRASI SEDIAAN TOPIKALJALUR PENETRASI SEDIAAN TOPIKAL
Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit,
terjadi 3 interaksi:

1. Solute vehicle interaction : interaksi bahan aktif terlarut dalam vehikulum.


Idealnya zat aktif terlarut dalam vehikulum tetap stabil dan mudah
dilepaskan. Interaksi ini telah ada dalam sediaan.

2. Vehicle skin interaction : merupakan interaksi vehikulum dengan kulit. Saat


awal aplikasi fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.

3. Solute Skin interaction : interaksi bahan aktif terlarut dengan kulit (


lag phase, rising phase, falling phase).
Jalur penetrasi sediaan topikal
a. Penetrasi secara transepidermal

Penetrasi transepidermal dapat secara interseluler dan intraseluler.


Penetrasi interseluler merupakan jalur yang dominan, obat akan
menembus stratum korneum melalui ruang antar sel pada lapisan
lipid yang mengelilingi sel korneosit. Difusi dapat berlangsung pada
matriks lipid protein dari stratum korneum.

Setelah berhasil menembus stratum korneum obat akan menembus


lapisan epidermis sehat di bawahnya, hingga akhirnya berdifusi ke
pembuluh kapiler.

Penetrasi secara intraseluler terjadi melalui difusi obat menembus


dinding stratum korneum sel korneosit yang mati dan juga melintasi
matriks lipid protein startum korneum, kemudian melewatinya
menuju sel yang berada di lapisan bawah sampai pada kapiler di
bawah stratum basal epidermis dan berdifusi ke
kapiler.
b. Penetrasi secara transfolikular

Analisis penetrasi secara folikular muncul setelah percobaan


in vivo.

Percobaan tersebut memperlihatkan bahwa molekul kecil seperti


kafein dapat berpenetrasi tidak hanya melewati sel-sel korneum, tetapi
juga melalui rute folikular.

Obat berdifusi melalui celah folikel rambut dan juga kelenjar sebasea
untuk kemudian berdifusi ke kapiler.

Unsur vehikulum sediaan topikal dapat mengalami evaporasi, selanjutnya


zat aktif berikatan pada lapisan yang dilewati seperti pada epidermis,
dermis. Pada kondisi tertentu sediaan obat dapat membawa bahan aktif
menembus hipodermis. Sementara itu, zat aktif pada sediaan topikal
akan diserap oleh vaskular kulit pada dermis dan hipodermis
ABSORPSI PERKUTAN

RUTE PENETRASI

1. Melalui seluruh permukaan stratum corneum yang utuh (99,7%


dari permukaan kulit)  transepidermal rute

2. Melalui folikel rambut (0,2% dari permukaan kulit) 


transfolikular rute

3. Melalui saluran kelenjar keringat (0,04% dari permukaan kulit)


Kulit  Media difusi

- Difusi melalui lapisan epidermis: lambat dan pasif


- Difusi melalui folikel rambut : cepat dan aktif
- Difusi melalui kelenjar keringat : sangat kecil
- Difusi bahan-bahan yang larut air dan larut dalam lemak (?)

Faktor yang mempengaruhi penetrasi & absorbsi

1. Sifat fisikokimia bahan


Mis. Esterifikasi
- Daya larut dalam bahan dasar
- Stabilitas
2. Sifat dasar preparat
- Konsentrasi bahan aktif
- Susunan dan sifat fisikokimia bahan dasar
- Adanya bahan-bahan pembantu (Mis. surfaktan,solubilizer, wetting agent
dsb)

3. Cara aplikasi pada kulit


- Pemakaian secara oklusi meningkatakan penetrasi

4. Sifat-sifat kulit
- Keadaan stratum korneum: utuh,/rusak, menebal, terangkat.
- Lokasi pemakaian
- Umur (pada kulit bayi penetrasi > usia lanjut)
Penetrasi melalui kulit utuh tergantung pada:

- Bahan dasar yang dipakai


- Kelarutan bahan dalam lemak, air & stratum corneum
- Konsentrasi bahan aktif
- Ukuran dan bentuk molekul bahan
- Temperatur
- Keadaan hidrasi stratum korneum
TRANSEPIDERMAL RUTE :
1. Semua bentuk gas, uap air, larutan organik yang mudah menguap
penetrasi baik

2. Vitamin-vitamin larut lemak  dapat terpenetrasi


Vitamin –vitamin larut air: ?

3. Hormon-hormon mudah terpenetrasi


Cortison asetat  sukar terpenetrasi

4. Fenol dan alkaloid bebas  dapat terpenetrasi


Garam-garam yang larut dalam air tidak terpenetrasi

5. Beberapa lemak esensial  dapat terpenetrasi


6. Bahan-bahan anorganik  penetrasi baik
(S,Hg, I, As, Borat, K-sianat, garam-garam larut lemak:
Hg2+, Bi3+, Pb2+, Cu2+)

7. Bahan-bahan aromatik parfum terpenetrasi dengan cepat

8. Garam-garam yang larut air, zat padat, gula, protein dengan molekul besar:
tidak terpenetrasi
INTERFACIAL BOUNDARIES PENETRATION ROUTES SOME TREATMENTS

DRUG DISSOLVES, Camouflage


DIFFUSES, RELEASES Protective Layer
SURFACE
FROM VEHICLE Insect Repellent
Antimicrobial

TRANSEPIDERMAL
Emolliency
STRATUM Partition, diffusion, Exfolients
CORNEUM Stratum Corneum
TRANSAPPENDAGEAL
Antiperspirant
APPENDAGES Exfolient
Pilosebaceous Ecrine Gland Antibiotic
Depilatory

VIABLE
EPIDERMIS Partition, Diffusion, Anti-Inflamantory
Viable Epidermis Anaesthetic
Antipruritic
Antihistamin
DERMIS Partition, Diffusion,
Dermis

CIRCULATION Removal via Transdermal system


circulation nitroglycerin
Absorpsi sediaan topikal secara umum, melalui beberapa fase :

a. Lag phase
Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan dan belum melewati
stratum korneum, sehingga pada saat ini belum ditemukan bahan
aktif obat dalam pembuluh darah.

b. Rising phase
Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum korneum,
kemudian memasuki kapiler dermis, sehingga dapat ditemukan dalam
pembuluh darah.

c. Falling phase
Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat dari permukaan
kulit dan dapat dibawa ke kapiler dermis
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENETRASI
KULIT DAN ABSORPSI BAHAN AKTIF

1. FAKTOR BIOLOGI

-Umur
-Kondisi kulit
-Tempat pemakaian
-Metabolisme kulit
-Perbedaan spesies
2. FAKTOR FISIKO KIMIA

1. Koefisien partisi (log P) bahan aktif


2. BM bahan aktif  ukuran partikel
3. Konsentrasi solut dalam pembawa
4. Interaksi antara obat dan pembawa
5. Hidrasi kulit
6. Adanya enhancer
7. Interaksi antara obat dan kulit 
Koefisien distribusi bahan aktif antara
basis dan kulit.
ENHANCER
MEKANISME ENHANCER

1. Enhancer mempengaruhi sediaan.


a. Berfungsi sebagai kosolven sehingga
aktivitas termodinamika obat meningkatkan.

b. Meningkatkan koefisien partisi obat sehingga


pelepasan obat dari pembawa dan masuk
kedalam kulit meningkat.
2. Enhancer mempengaruhi membran (kulit).

a. Hidrasi stratum corneum sehingga


permeabilitas kulit terhadap obat
meningkat.
b. Perubahan yang bersifat reversible pada
stratum corneum sehingga permeabilitas
kulit terhadap obat meningkat.
Enhancer Example
A. Established enhancer
1. Sulfoxide and Dimethylsulfoxide
similar compound Dimethyl acetamide
Dimethylformamide
N-methylformamide

2. Pyrolidones 2-Pyrrolidone
1-methyl 2-pyrrolidone
5-methyl 2-pyrrolidone
1,5 dimethyl 2-pyrrolidone
1 ethyl 2-pyrrolidone
3. Fatty acids Oleic acid, Lauric acid
Linolic acid, Myristic
acid
4. Azon or Laurocapram and its derivatives
5. Urea
6. Surfactant
anionic Sodium lauryl sulfate
cationic Trimethyl ammonium
nonionic bromide
Synperonic NP series
7. Alcohol Ethanol
Lauryl alcohol
Linolenyl alcohol
Octanol

8. Glycols Propylene glycol


Polyethylene glycol 400

B. Under investigation
1. Terpenes and Menthol and Camphor
terpenoids
2. n-Pentyl N-acetylprolinate
3. Lactam N-acetic acid esters
TOPICAL AGENTS USED IN DERMATOLOGY
A. Germicides and antibacterial agents
1. General :
phenol, alcohol, aldehides, acids, surfactants, etc
2. Topical antibiotics:
penicillin, streptomycin, neomycin, tetracyclin HCl,
erythromycine, clindamycine
3. Topical anti fungal:
sodium propionat, benzoic acid, salicylic acid,
tolnaftalent
4. Insect repellents and parasiticides:
dimethyl pthalate, benzoic benzoate
B. Antihistamines
diphenhydramine HCl, chlorcycline HCl,
mepyramine maleate

C. Antipruritics
ametocaine, benzocaine, cocaine (ester),
cinchocaine
others: benzyl alcohol, camphor, menthol etc

D. NSAIDs
Diclofenac acid, indomethazine, piroxicam etc
E. Anti-inflammatory agents

GROUP I clobetasol propionate 0,05%


Extremely potent
GROUP II betamethasone valerate 0,1%
potent fluonicolon acetonide 0,025%
triamcinolone acetonide
0,025% - 0,1%
GROUP III clobetasol butyrate 0,05%
Moderately potent dexamethasone 0,1%
GROUP IV Hydrocortisone alcohol/acetat
Less potent 0,1-2,5%
Methyl prednisone 0,025%
F. Cytotoxic agents
5-fluoracil, methotrexate, colchocine
G. Antiperspirants
aluminium chloride, aluminium hydroxide
H. Astringents
Tanin, Al dan Zn salts etc
I. Keratolytics and caustics
Benzoic, salicylic acid, resorcinol, AHA
J. Keratoplastics agents
coaltar, tertinoin
K. Rubifacients
nicotinates (methyl, ethyl, etc)
essentiale oils (terpentine, cayuputi, capsicum)
L. Pigmenting and depigmenting agents
psoralene, hydroquinone

M. Sunscreen
titanium dioxide, PABA, cinnamates, benzophenone, etc
N. Epilatories and depilatories
wax, strontium/barium sulfide, thioglycolic acid
O. Miscelaneous
emolients: oil, hydrocarbon, waxes
surfactants: anionic, cationic, nonionic, amfoteric
TINGKATAN KULIT PADA BERBAGAI UMUR DAN
PERAWATAN DENGAN KOSMETIKA

KULIT PADA BAYI DAN ANAK-ANAK

Tebal kulit ± 1 mm

Dibandingkan dengan kulit orang dewasa:


- Lapisan epidermis terutama stratum korneum dan lapisan dermis lebih
tipis.
- Papila dermis lebih mendatar
- Lapisan lemak subkutan relatif lebih sedikit
- Warna kulit lebih merah karena keratohialin kurang
- Kandungan air dan natrium lebih banyak

- pH kulit bervariasi antara 3,4 – 6,5

- Diferensiasi kulit belum sempurna, kelenjar sebasea tidak


aktif sampai masa remaja, sehingga produksi sebum
sangat berkurang

 mudah teriritasi oleh bahan-bahan kimia dan mudah mendapat infeksi


TINGKATAN KULIT PADA BERBAGAI UMUR DAN
PERAWATAN DENGAN KOSMETIKA

KULIT PADA BAYI DAN ANAK-ANAK

Tebal kulit ± 1 mm

Dibandingkan dengan kulit orang dewasa:


- Lapisan epidermis terutama stratum korneum dan lapisan dermis lebih
tipis.
- Papila dermis lebih mendatar
- Lapisan lemak subkutan relatif lebih sedikit
- Warna kulit lebih merah karena keratohialin kurang
- Kandungan air dan natrium lebih banyak

- pH kulit bervariasi antara 3,4 – 6,5

- Diferensiasi kulit belum sempurna, kelenjar sebasea tidak


aktif sampai masa remaja, sehingga produksi sebum
sangat berkurang

 mudah teriritasi oleh bahan-bahan kimia dan mudah mendapat infeksi


PERAWATAN KULIT PADA BAYI DAN ANAK
Pada penggunaan pembersih:

- Pilih sabun yang lunak dan sedikit mengandung alkali


- Tidak mengandung parfum yang berat
- Hindari sabun medicated yang mengandung bahan-bahan aktif
tertentu seperti hexachlorophen, mercury yodida, tribromo salicyl
anilida
- Hindari penggunaan bedak yang mengandung antiseptik seperti
perubalsem dan asam borat. Kurangnya lapisan lemak kulit dan
produksi sebum pemakaian minyak sebagai emolien tetapi jangan
terus menerus krn dapat menyebabkan miliaria terutama di daerah
tropis.
KULIT PADA REMAJA DAN DEWASA

- Aktivitas pembentukan hormon meningkat


- Kelenjar sebasea menjadi besar dan aktif
- Kelenjar apokrin mengadakan sekresi ditempat tertentu
- Lapisan lemak kulit bertambah
- Kulit muka dan rambut jadi berminyak
- Produksi keringat meningkat
- Kondisi kulit juga terpengaruh oleh siklus menstruasi
 sering timbul acne 4-7 hari sebelum menstruasi
- Jenis kulit pada remaja kebanyakan jenis kulit berminyak, terdapat pula
jenis kulit normal dan kering
PERAWATAN KULIT PADA REMAJA DAN
DEWASA MUDA
KULIT BERMINYAK

Aktivitas kelenjar sebasea berlebihan, dengan produksi lemak kulit


secara berlebihan.
Hal ini antara lain disebabkan:
- Faktor hormon
- Faktor lingkungan yang selalu panas dan lembab
aktivitas kelenjar lemak meningkat
- Faktor herediter

Kulit muka lebih berminyak  tampak mengkilat, mudah kotor dan


berjerawat.
Kulit kepala dan rambut mengkilat, berlemak dan cepat berbau.

PERAWATAN DAN PEMBERSIHAN

1. Digunakan pembersih beberapa kali sehari dengan air hangat dan


pembersih dengan bahan dasar air, seperti sabun, cleansing lotion, dan
cleansing milk.

2. Perlu dilakukan penipisan dengan serbuk penggosok (peeling) untuk


menghilangkan lapisan kotoran berlemak bersama sel-sel kulit yang
mati atau yang terlepas dari permukaan

3. Hindari pemakaian kosmetik berlemak misalnya pelembab, foundation


cream, pomade dan lain –lain.
KULIT NORMAL

Kulit normal adalah :


Kulit yang sehat, keseimbangan fungsional terpelihara
baik  cukup elastis, tegang dan berwarna cerah.

Sekresi kelenjar lemak cukup tidak menimbulkan kelebihan lemak yang


menyumbat pori-pori, keseimbangan kadar air terpelihara baik.

Perawatan pada kulit normal tidak membutuhkan hal yang khusus.


KULIT KERING

Kekeringan kulit dapat terjadi pada:


- Orang tertentu yang secara genetik mempunyai kecenderungan
kulit kering
- Akibat penggunaan sabun yang berlebihan
- Akibat penggunaan pembersih kimiawi
- Pengaruh hormonal
- Dermatosis yang kronis atau gangguan keratinisasi.

Kurangnya atau hilangnya lapisan air dikulit kulit


menjadi kering
PERAWATAN PADA KULIT KERING

Prinsip perawatan pada kulit kering:

- Harus mempertahankan lemak kulit

- Menjaga kelembaban kulit dengan sedikit mungkin mengunakan


bahan-bahan iritan.

- Dianjurkan menggunakan pembersih dengan bahan dasar minyak.


Sebab selain sebagai pembersih juga berfungsi sebagai pelumas.

- Dianjurkan memakai pelembab atau bahan emolien untuk


melindungi evaporasi air dari kulit.
KULIT PADA USIA LANJUT
Perubahan kulit secara bertahap pada pertambahan usia
dan terjadinya proses penuaan.

- Kadar air sedikit  kolagen kurang larut, kaku dan kurang lentur dan
jumlahnya menurun.

- Protein di dermal berubah menjadi amorf kulit jadi tipis, kering dan
keriput.

- Produksi kelenjar sebasea menurun, lemak kulit berkurang, kulit lebih


mudah mengalami dehidrasi.

- Aktivitas pengeluaran keringat berkurang.


- Hyperpigmentasi
PUSTAKA
1. Barry B.W., 1983. Dermatological Formulations.
Percutaneous Absorptions. Series of Drugs And
Pharmaceutical Sciences Vol. 18. Marcel Dekker, Inc.,
New York and Basel.

2. Martin A., Swarbick J., Cammarata A., 1983. Physical


Pharmacy 3rd Ed. Lea and Febiger, Philadelphia.

3. Walters K.A., 2002. Dermatological and Transdermal


Formulations. Series of Drugs And Pharmaceutical
Sciences Vol. 119, Marcel Dekker, Inc., New York.

4. Panchagnula R., 1997. Transdermal Delivery of drugs,


Indian J. of Pharmacol., 29:140-156.
SELAMAT BELAJAR
SEMOGA SUKSES

Você também pode gostar