Você está na página 1de 30

EKONOMI REGIONAL

BUSTAMI
1
EKONOMI REGIONAL
1. PERLUNYA PERENCANAAN PEMBANGUNAN REGIONAL
2. PEMBANGUNAN INTER DAN INTRA REGIONAL
3. KONSEP DAERAH DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
4. KONSEP RUANG (SPACE CONCEPT)
5. TEORI LOAKSI DAN KUTUB-KUTUB PERTUMBUHAN EKONOMI
6. ANALISA SEKTORAL DAN REGIONAL
A. ANALISA SEKTORAL
B. ANALISA REGIONAL
7. MODEL ANALISA REGIONAL ( LQ, SHIFT SHARE, I-O, GRAVITY)
8. KESEIMBANGAN PERTUMBUHAN REGIONAL
9. PERKEMBANGAN MODEL ALOKASI INVESTASI

2
Perlunya campur tangan dalam bidang ekonomi:
1. Eksternality
2. Monopolistic
3. Public goods
4. Asymetric information
5. Transaction cost

3
PERLUNYA PERENCANAAN PEMBANGUNAN
REGIONAL
1. Persoalan Pokok Ekonomi KONSEP EKONOMI
REGIONAL.ppt
a) WHAT
b) HOW
c) FOR WHOM
d) WHEN
e) WHERE
4
2. Daerah perkotaan yang mengalami kongesti,
menghendaki pengambil kebijakan untuk
menyusun perencanaan regional yang lebih
bersifat phisik atau lingkungan.
3. Daerah-daerah industri dan pedesaan
mengalami ketertinggalan dari daerah
perdagangan dan jasa-jasa diperkotaan,
menghendaki kebijakan perencanaan
regional dalam aspek ekonomi.

5
PERENCANAAN PEMBANGUNAN INTER DAN INTRA REGIONAL

Peranan utama dari perencanaan pembangunan


regional adalah adalah menggarap secara langsung
persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan
dengan tingkat nasional. Terdapat dua pendekatan
yang berkenaan dengan perencanaan.
1. Perencanaan pembangunan regional adalah
perluasan dari perencanaan lokal, untuk
menangani masalah-masalah seperti:
 Perpindahan penduduk dan kesempatan kerja
 Interaksi antara kebutuhan sosial dan ekonomi
 Penyediaan fasilitas-fasilitas umum

6
2. Perencanaan pembangunan regional
berkaitan dengan penanganan:
 Arus perpindahan penduduk dan
kesempatan kerja inter-regional
 Ketersediaan dan penggunaan sumber
daya
 Prospek-prospek ekonomi jangka panjang
yang memerlukan kajian dalam kerangka
perimbangan antara pertumbuhan suatu
daerah dan syarat-syarat pertumbuhan di
bagian daerah lainnnya.

7
Untuk mengatasi kedua kondisi tersebut diperlukan pe-
rencanaan intra regional dan inter-regional.
Perencanaan intra-regional di dalam daerah, tetapi pada
tingkat yang lebih tinggi daripada pemerintahan lokal.
Sasaran utamanya adalah pencapaian suatu hubungan
yang memuaskan antara penduduk, pekerja dan
lingkungan di dalam daerah yang bersangku-tan. Lebih
khusus perencanaan intra-regional mempunyai tujuan-
tujuan:
1. Sosial; berkaitan dengan penyediaan fasilitas-fasilitas
perumahan, sosial, kultural dan rekreasi.
2. Ekonomi; berkenaan dengan pengendalian kerugian-
kerugian yang timbul akibat kongesti dan penyebaran
investasi baru.
3. Astetik; berkenaan dengan masalah seperti kualitas
kesemrautan perkotaan teridentifikasikan.

8
Perencanaan inter-regional adalah perencanaan
antara daerah-daerah. Tujuan utama adalah
lebih bersifat ekonomi, yakni pertumbuhan
ekonomi, full employment, keadilan sosial dari
perekonomian nasional; tetapi memberikan
dimensi ruang

9
Analisa Regional
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi
2. Gravity Model
3. Location Quotient
4. Shift-Share
5. Input-Output

10
Pertumbuhan Ekonomi
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi digunakan
rumus sebagai berikut :
• Pertumbuhan ekonomi diukur dengan rumus berikut:
Misalkan i adalah tingkat pertumbuhan ekonomi (Eg) Dan n adalah
banyaknya tahun, maka pertumbuhan ekonomi diukur dengan
rumus sebagai berikut :
Fn = Po ( 1 + i )ⁿ
Dengan penyerdahanaan secara matematis

Dimana : Eg adalah tingkat pertumbuhan ekonomi;Fn adalah nilai


output tahun ke n; dan Po adalah nilai output tahun dasar; dan n
adalah banyaknya tahun.
11
Struktur Perekonomian
struktur perekonomian ditentukan dari
kontribusi sektoral terhadap PDRB total, yang
diukur dengan rumus berikut
PDRBi
Ks = ───── X 100 %
PDRB
Dimana : Ks adalah kontribusi sektoral; PDRBi
adalah output sektor ke i; dan PDRB
adalah total output Kota Pontianak.
12
Analisa Gravitasi
Model grafitasi adalah suatu model untuk meng-
analisis tarik menarik antar dua pusat pertumbu-
han dalam pembangunan regional.
Asumsinya adalah: interaksi antara dua pusat
mempunyai hubungan proporsional langsung
dengan massa dari pusat-pusat yang bersangkutan
dan mempunyai hubungan terbalik dengan jarak
antara pusat-pusat tersebut.

13
Notasi Matematisnya:
Pij

• Tij = k ___
d2ij

Tij adalah kekuatan gravitasi, antara kota i dan kota j, Pi dan Pj


adalah massa dari kedua pusat yang bersangkutan, dij adalah jarak
antara keduanya, dan k adalah suatu konstanta.
Potensi demografis pada pusat I yang disebabkan oleh suatu massa
pada pusat j, didefinisikan sebagai
Pj

• iVj = k ___
dij

14
Keunggulan Komparatif
Untuk mengukur keunggulan komperatif digunakan pendekatan
LQ ( Location Quotient ) dan shif-share analysis.
Adapun formulasi LQ (Location Quotient) adalah sebagai berikut :

PDRBki/PDRBk
LQ = ────────────
PDRBpi / PDRBp

Dimana: PDRBki adalah nilai PDRB Kab/ Kota sektor ke i, PDRBk adalah
nilai total PDRB Kab./ Kota. PDRBpi adalah nilai PDRB propinsi
sektor ke i dan PDRBp total PDRB Propinsi.

Apabila nilai LQ  1, maka sektor tersebut dikatakan sebagai sektor basis.


Sebaliknya apabila LQ < 1 berarti sektor tersebut bukan sektor basis,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan daerah masih membutuhkan impor
dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan sektor yang bersangkutan
15
Sedangkan formulasi dari model shift-share analysis
adalah sebagai berikut :

G = S + R atau S = G – R

Dimana : G adalah Pertumbuhan R adalah Regional


Share, dan S adalah Shift.

Nilai G, R dan S masing-masing dihitung dengan


persamaan sebagai berikut :

G = Ert – Ero
R = Ero[Ent/Eno]- Ero
S = Ert ─ [Ent/Eno]Eroi

16
Untuk mengetahui apakah sektor-sektor usaha tertentu di suatu
daerah tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dibandingkan dengan
sektor-sektor usaha yang bersangkutan pada daerah diatasnya,
digunakan analisis Differential Shift (Sd) sebagai berikut:

Sd =  [ Eirt/Eiro – Eint/Eino ] Eiro

Untuk mengetahui apakah sektor-sektor usaha tertentu pada suatu


daerah telah berspesialisasi pada sektor-sektor usaha yang tumbuh
dengan cepat pada daerah di atasnya,digunakan analisis Proporsional
Shift (Sp) dengan formulasi berikut :

Sp =  [ Eint/Eino – Ent/Eno ] Eiro

Selanjutnya untuk mengetahui sektor mana yang paling berpengaruh


terhadap PDRB, bila struktur distribusinya sama dengan struktur
distribusi secara nasional, maka akan dihitung nilai Homotetiknya
dengan formulasi sebagai berikut:

H = Ero[Enoi/Eno]
17
Model analisis Shift-share ini mempunyai kelebihan sebagai berikut:
1. Mudah diaplikasikan, dimana perhitungannya sederhana.
2. Mudah mendapatkan data yang diperlukan.
3. Memisahkan kontribusi nasional terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah dengan dampak intern daerah tersebut.
4. Adanya disagregasi industri/sektor.

Oleh karena kesederhanaan seperti yang terlihat dari kelebihannya,


maka model Shift-share inipun mempunyai beberapa kelemahan,
yaitu:
1. tidak dapat digunakan sebagai alat prediksi.
2. Sensitif terhadap disagregasi industri/sektor
3. Tidak memberikan informasi sama sekali mengenai kapasitas
daerah untuk mempertahankan industri yang sedang berkembang
atau bagaimana mereka bisa berlokasi di daerah tersebut.
4. Meng-underestimate-kan effect multiflier

18
MODEL INPUT-OUTPUT (I-O)
Model input-output (I–O) merupakan salah satu
peralatan analisis yang banyak digunakan dalam
berbagai disiplin ilmu seperti ilmu ekonomi, geografi,
regional science (Ilmu Ekonomi Regional),
engeneering, dan sebagainya.
Dalam bidang ekonomi I-O digunakan untuk meneliti
tingkat saling keterkaitan di antara berbagai sektor
ekonomi guna memperoleh gambaran mengenai
kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap ekonomi
secara keseluruhan atau potensi pertumbuhan suatu
sektor ekonomi.

19
Model input-output diaplikasikan antara lain
untuk:
1. Analisis dampak.
2. Alat peramalan dan perencanaan.
3. Menentukan sektor unggulan (key sectors)
dalam suatu perekonomian.
4. Mengamati komposisi penyediaan input.

20
Tabel Transaksi Input-Output
Permintaan Antara

Sektor Produksi Permintan Akhir Total Output

1 2 3 … n

1 x11 x12 x13 … x1j F1 X1


2 x21 x22 x 23 … x2j F2 X2
Input 3 x31 x32 x33 … x3j F3 X3
Antara . … … … … … . .
m xi1 xi2 xi3 … xij Fi XI

Input Primer v1 v2 v3 … vj

Total input X1 X2 X3 … Xj

21
Dari tabel tsb dimana total output dari sektor ke
i dibagi ke dalam berbagai jumlah industri 1, 2,
3, … n, maka kita mendapatkan persamaan
keseimbangan (balance equation) sebagai:
x11 + x12 + x13 + … + x1j + F1 = X1
x21 + x22 + x23 + … + x2j + F2 = X2
x31 + x32 + x33 + … + x3j + F3 = X3
… + … + … +… + … + …=…
xi1 + xi2 + xi3 + … + xij + Fj = Xj

22
dapat disederhanakan dalam bentuk notasi
matriks sebagai:
n
 xij + Fj = Xi ; untuk i = 1, 2, 3, … n
i=j
dimana xij adalah banyaknya output sektor i
yang digunakan sebagai input oleh sektor j, Fi
adalah permintaan akhir terhadap output
sektor i, dan Xi adalah total output sektor i.

23
Asumsi-asumsi model input-output
1. Keseragaman (homogenity). Setiap sektor hanya mem-
produksi satu jenis output yang seragam dari susunan
input tunggal. Antara output suatu sektor dengan output
sektor lainnya tidak dapat saling mensubstitusi.
2. Kesebandingan (proportionality). Kenaikan penggunaan
input berbanding lurus dengan kenaikan output. setiap
sektor hanya memiliki satu fungsi produksi. Asumsi ini
menyampingkan pengaruh skala ekonomis
3. Penjumlahan (additivity). Efek total dari kegiatan produksi
di berbagai sektor merupakan akibat dari proses produksi
masing-masing sektor secara terpisah. Ini berarti bahwa
seluruh pengaruh di luar sistem input-output diabaikan.
24
Teori Lokasi
Lokasi adalah tempat ‘kegiatan manusia’. Lokasi lebih
dinamis dari hanya sekedar ‘tempat’. Lokasi sudah mengan-
dung ‘fungsi’ tempat kegiatan manusia berlangsung.
Misalnya, lokasi yang dipergunakan untuk tempat tinggal
manusia disebut kawasan permukiman (human settlement).
Lokasi untuk kegiatan peternakan di sebut kawasan
peternakan. Lokasi untuk kegiatan jaul beli di sebut kawasan
perbelanjaan. Kawasan untuk industri (zone industri atau
industrial estate). Namun kita juga menjumpai lokasi-
lokasi yang tidak langsung bersetuhan dengan kegiatan
manusia. Seperti ‘kawasan hutan belantara’, kawasan bawah
lautan, yang belum banyak tersetuh oleh unsur manusia.
Kawasan seperti itu tidak masuk dalam kajian kita.
25
Pioner Teori Lokasi
No Tahun dan nama Kontribusi Teori Asal Negara

1 JH Von Thunen (1851) Teori Sewa tanah (bid-rent & German


land-rent)
2 Launhardt (1885) Wilayah pasardan harga spatial German
(Market Area and Spatial Price)
3 Marshall (1890) Marshalian’s Districts (spatial
externalities)
4 Alfred Weber (1909) Teori biaya terrendah (The Least German
Cost Theory)
5 Galpin (1915) Lokalitas Usahatani USA

6 Hotelling (1929) Daya saing spatial (Spatial


Competition)
7 Walter Chistaller (1933) Teori pusat pelayanan (Central German
Place Theory)
8 Palender (1935) (daya saing wilayah) Spatial German
Competition
9 Kaldor (1935) Ketidaksempurnaan pasar
(Market Imperfection)
10 E.M Hoover (1936) Teori biaya Transport USA
(Transport/Transfer Cost
Theory)
11 August Losch (1944) Teori wilayah pasar (Market German
Area Theories)
12 Isard (1949) Teori Umum Lokasi USA

13 William Alonso (1964) Teori tata guna lahan (Theory of


Land-use)
26
Batasan Lokasi
Dua batas lokasi. Ada dua pembatasan yang
umumnya berkenaan dengan lokasi dalam
sebuah negara. Pembatasan ini berkaitan
dengan peran pemerintah yang mengatur
(menata) ruang wilayah mulai dari tingkat
nasional, provinsi, kabupaten, kecamatan
sampai ke desa. Bahkan batas-batas
kepemilikan tanah secara individu seperti lahan
untuk perumahan diatur oleh pemerintah.
27
• Batas administratif pemerintahan
Provinsi, Kabupaten, kota, desa ditentukan batasnya oleh pemerintah.
Penetapan batas wilayah secara dmnistratif ini mengikuti fungsi tata
pemerintahan. Provinsi di pimpin gubernur. Kota di pimpin walikota.
Kabupaten di pimpin Bupati. Desa di pimpin kepala desa. Batas
admnsitratif pemerintahan sulit berubah dalam jangka pendek, kecuali
ada pemekaran wilayah.

• Batas administratif perencanaan


Untuk kebutuhan perecanaan, batas bisa melebar dan melebur menjadi
satu kawasan yang lebih luas. Perluasan ini karena ada kesamaan
‘fungsi’ wilayah (function of location). Sebuah kawasan yang di di
tetapkan sebagai kawasan hutan lindung, bisa berada dalam beberapa
desa, sehingga menyatu dengan desa-desa lainnya. Kawasan rawan
gempa misalnya, bisa ditetapkan dengan melibatkan banyak provinsi
atau kota. Penetapan kawasan berdasarkan fungsi perencanaan tidak
merubahan batas admistratif pemerintahannya.

28
• Referensi Utama:
• Fujita, Masahisa. 2010. The Evaluation of Spatial Economics: From Thunen to teh
New Economic Geography. Dalam The Japanese Economic Review : Volume 61, No 1,
Maret 2010.
• Syafrizal. 2008. Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi. Bandouse Media, Sumatera
Barat.
• Kuncoro Mudrajad. 2001. Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster
Industri Indonesia. UPP AMP YKPN, Yogjakarta.
• Isard, W. (1949) “The General Theory of Location and Space-Economy”, Quarterly
Journal of Economics, Vol. 63, pp. 476–506.
• —— (1956) Location and Space-Economy, Cambridge, MA: MIT Press.
• Henderson, J. V. (1974) “The Sizes and Types of Cities”, American Economic Review,
Vol. 64, pp. 640–656.
• Harry w. Richardson, Regional Economics
• Hoover, E. M. (1936) Location Theory and the Shoe and Leather Industries,
Cambridge, MA: Harvard University Press.
• Hotelling, H. (1929) “Stability in Competition”, Economic Journal, Vol. 39, pp. 41–57.
• Iwan Djaja Azis, Ekonomi Regional
• Jacobs, J. (1969) The Economy of Cities, New York: Random House.
• Marsudi Djojodipuro, Pengantar Teori Lokasi
• Sadono Sukirno, Beberapa Aspek Dalam Pembangunan Daerah

29
Urban economics
• Urban economics is broadly the economic study of urban areas; as such, it involves using the tools of
economics to analyze urban issues such as crime, education, public transit, housing, and local government
finance. More narrowly, it is a branch of microeconomics that studies urban spatial structure and the
location of households and firms.(Quigley 2008

• Much urban economic analysis relies on a particular model of urban spatial structure, the monocentric city
model pioneered in the 1960s by William Alonso, Richard Muth, and Edwin Mills. While most other forms
of neoclassical economics do not account for spatial relationships between individuals and organizations,
urban economics focuses on these spatial relationships to understand the economic motivations underlying
the formation, functioning, and development of cities

• Since its formulation in 1964, William Alonso's monocentric city model of a disc-shaped Central Business
District (CBD) and surrounding residential region has served as a starting point for urban economic
analysis. Monocentricity has become weaker over time due to changes in technology, particularly due to
faster and cheaper transportation (which makes it possible for commuters to live farther from their jobs in
the CBD) and communications (which allow back-office operations to move out of the CBD).

• Additionally, recent research has sought to explain the polycentricity described in Joel Garreau's Edge City.
Several explanations for polycentric expansion have been proposed and summarized in models that account
for factors such as utility gains from lower average land rents and increasing (or constant returns) due to
economies of agglomeration.(Strange 2008)

30

Você também pode gostar