Você está na página 1de 32

Update On The Management of

Infection Keratitis

Pembimbing:
dr. Michael,Sp.M

Disusun oleh:
Theo Ambra
112016180
Kratitis infeksius adalah penyebab ke empat terjadinya
kebutaan secara global.

Dinegara maju 10% penurunan pengelihatan yang


seharusnya dapat di cegah, disebabkan oleh keratiis infeksi

Di India sendiri terdapat 2 juta orang yang mengalami ulkus


kornea.

Di United States, keratitis infeksi terjadi karena penggunaan


lensa kontak.

Pendahulauan
Keratitis
Keratitis Baakteri : Keratitis Fugal : Gram,
Achanthamoeba : agar
Gram, giemsa, agar giemsa, agar
non-nutrien dengan
coklat, Kaldu Sabouraud atau potato
lapisan Escherichia
Thioglycollate dextrose
coli

Keratitis virus : dari


pemeriksaan fisik dan In vivo confocal
polymerase chain microscopy
reaction

Diagnosis
Terjadi
berkaitan
Keratitis Bakterial dengan
penggunaan
lensa kontak

Antibiotic topical
merupakan
Pengobatan
pengobatan lini
pertaman
Ulkus bakterialis biasanya responsive terhadap pengobatan
dengan menggunakan antibiotic topical drops.

di America Utara terjadi resisten methicillin pada


Staphylococcus aureus.

Centers for Disease Control and Prevention


mengestimasikan bahwa 2 juta orang yang terinfeksi
resisten terhadap obat setiap tahunnya.

80% dari hasil isolasi methicillin-resistant Staphylococcus


aureus di United States telah dilaporkan resisten pada
banyak class antibiotic yang diresepkan yaitu flurocuinolon.

Antibiotik
Meskipun pada ulkus
bakterialis dapat
menggunakan
Jika ada perburukan antibiotik topikal,
setelah dilakukan tetapi dapat terjadi
treatmen, maka dapat astigmatisme iregular
diganti dengan dan corneal opacity.
antibiotik spektrum
luas. Tetapi
diperhatikan juga
toksisitasnya.

Antibiotik
Fibroblast, keratisit dan
cell inflaatori lainnya degradasi protein dan
Infeksi
mensekretkan collagen dan keratolisis.
matriks metalloproteinases

Tetrasiklin memperlihatkan
bahwa dapat menghambat
kolagenase dan Mempengaruhi proses
menunjukan anti cornea melting
metalloproteinase activity
in vitro.

Anticollagenases
Tetrasiklin Doksisisiklin
dosis tinggi yang diberikan
dapat sistemik dapat
mengurangi menurunkan
ulkus kornea angka perforasi
dari 85%-9%. kornea pada
ulkus
pseudomonas
sampai 50%.

Anticollagenases
• Menurunkan
inflamasi dengan
demikian
menurunkan Namun dapat
scarring, memperlambat
neovaskularisasi penyembuhan
Kortikosteroid dan stromal epitilisasi dan
melt. mungkin
memperburuk
infeksi

Steroid
Cochrane pada 4 percobaan dengan
membandingkan antara adjuvant steroid
dengan hanya memberikan topical
antibiotic saja.  3 dari 4 percobaan
tersebut menunjukan keuntungan dalam
memberi adjuvant steroid tetapi tidak SCUT adalah percobaan dalam membandingkan
memengaruhi ketajaman visual atau penambahan kortikosteroid topical dengan
waktu penyembuhan. placebo pada pengobatan dari ulkus kornea
bacterial.
Pasien telah diacak untuk Meskipun semua data menunjukan
tidak ada perbedaan ketajaman
mendapatkan prednisolone visual, ukuran luka atau angka
sodium phosphate 1.0% perforasi antara kortikosteroid dan
placebo grub pada bulan ke 3,
topical atua placebo topical tetapi subgrub anlasisis
menyarankan kortikosteroid lebih
setelah 48 jam penggunaan memiliki keuntungan pada
moxifloxacin 0.5% topical. beberapa subgurb.

Steroid
Pasien dengan pengelihatan rendah (counting finger atau lebih buruk)
memiliki 1.7 lines lebih baik pada pengelihatannya pada bulan ke 3
pada kelompok kortikosteroid di bandingkan dnegan kelompok
placebo (p=0.03) ulkus sentral.

Keratitis yang menutupi pupil 4 mm, di lakukan pengobatan dengan


kortikosteroid juga mendapatkan perbaikan pada bulan ke 3 Best
Spectacle-Corrected Visual Acuity (BSCVA) dibandingkan dnegan
placebo lebih baik (p=0.02) juga

Pasien dengan ulkus dalam membaik dengan steroid topical.

Waktu pemberian steroid juga salah satu faktor yang mempengaruhi


penyembuhan.

Steroid
SCUT lebih
merekomendasikan
pemberian steroid
dari pada
Cochrane.

Dasar dari SCUT mengatakan


subtipe organisme merupakan
factor penting untuk
pertimbangkan pemberian
steroid topical pada ulkus
bakterialis.
Ulkus fungal lebih Penggunaan lensa
sering terjadi kontak teridentifikasi
dibandingkan dengan sebagai faktor risiko
ulkus bakterialis untuk keratitis fungal

Keratitis Fugal
Voriconazole adalah
Amphotericin B 0.3% -
generasi baru dari triazole
Natamicin topical 5% 0.5% adalah topikal
lebih populer dalam
terbatas pada penyerapan alternatif, butuh kombinasi
pengobatan keratitis
stroma kornea. dengan obat lain dan
fugal karena penetrasi
sedikit toksisitasnya.
yng bagus pada mata.

MUTT I 
Ulkus fungal smear-
Walsh et al  membandingkan
positive terdaftar dan
voriconazole adalah satu- natamycin topical dan
secara random diberikan
satunya obat yang sudah di vriconazole topical pada
voriconazole 1% topical
uji 100% untuk fugal. ulkus fungal yang
atau natamicin 5% topical.
berserabut.

Pengobatan Topical
Hasi dari Mycotic Ulcer
Treatment Trial I (MUTT
I) memperlihatkan
Pada ulkus Fusarium keuntungan natamicin
pemberian natamicin lebih dibandingkan dengan
baik dari pada voriconazole untuk
voriconazole, setelah 3 pengobatan topical pada
Dari 323 pasien, menurut keratitis fungal dan untuk
Data Safety and bulan ukuran luka lebih
kecil. Fusarium keratitis.
Monitoring Committee
pemberian topical
voriconazole secara
stastistik meningkatkan
angka kejadian perfaorasi
kornea dari pada
natamicin (p=0.009).

Pengobatan Topical
Pemberian dosis
intermiten pada
• Perbedaan secara
pengobatan topical kontras dibuktikan
mungkin memberikan voriconazole oral
hasil pada waktu
pengobatan. Sedangkan memiliki level
Pada pengobatan oral pengobatan yang
mungkin membuat
infeksi jadi lebih stabil. konstan.

Voriconazole oral
Mycotic Ulcer
• Tdak adanya perbednaan pada hasil yang
Treatment Trial II pertama, angka dar iperforasi atau
dibutuhkannya pengobatan keratoplasti
melakukan penetrating antara diantara keduanya pada 3
bulan (hazard ratio, 0.82; P = 0.29).
menginvestigasi • Tida terdapat juga perbedaan pada hasil
ketajaman pengelihatan (P = 0.77), scar size (P
efek dari pemberian =0.35) dan angka dari reepitilisasi (P = 0.65).
• Lebih banyak terjadi hal yang tidak diinginkan
tamabahan secara signifikan pada pmeberian kelompok
voriconazole oral voriconazole oral, termasuk meningkatnya
aspartate aminotransferase atau alanine
dibandingkan aminotransferase (P =0.003) dan gangguan
visual (P =0.03) dibandingkan dengan
dengan placevo oral kelompok placebo.

pada filamentous
fungal keratitis.
Natamicin topical menjadi pengobatan yang lebih disarankan untuk keratitis
filamentous fungal, dan penambahan voriconazoleoral harus dipertimbangkan
jiga organisme nya adalah Fusarium
Paling sering
terjadi sebagai
penyebab
terjadinya
Keratitis Herpes kebutaan akibat
simplex virus infeksi konrea
(HSV) unilateral

Disebabkan oleh Keluhannya


varicella-zoster terasa sakit, dan
sering menjadi
kronis, serta
kambuh.

Keratitis Viral
Antiviral

Pengobatan
Topikal

Steroid

Keratis Viral
Antiviral trifluridine topical paling sering di
resepkan untuk pengobatan antiviral topical pada
keratitis HSV di united States.

Trifluridine memiliki bioavalibel yang renda dan


menyebabkan permukaan ocular toksik.

Acyclovir topical adalah pengobatan lini pertama


keratitis HSV di Europe.

Trifluridine toksisitasnya lebih tinggi dari


acyclovir.

Pengobatan Topikal
Ganciclovir
menunjukan
bahwa lebih efektif
Ganciclovir topikal dari pada acyclovir
lebih efektif pada kerana toksisitas
pengobatan keratitis pada ocular lebih
yang disebabkan rendah.
oleh CMV.
Ganciclovir adalah
pengobatan sintetik
yang baru dengan
broadspectrum
antiviral yang lebih
luas.

Pengobatan Topikal
Kortiko steroid topical biasanya
digunakan sebagai tanbahan
dari pengobatan antiviral
topical.

Herpetic Eye Disease Study


(HEDS) I mengevaluasi
keefektivitasan dari
kortikosteroid untuk
pengobatankeratitis stromal
HSV.

Pengobatan Topikal
Herpetic Eye • 106 pasien dengan keratitis
Disease Study HSV stromal mendapat
prednisolone phospate dan
(HEDS) I placebo yang ditepering
mengevaluasi selama 10 minggu, serta
antivirusnya trifluridine
keefektivitasan dari topikal.
kortikosteroid • Waktu resolusoi pada infeksi
untuk menjadi lebih singkat secara
pengobatankeratitis signifikan pada kelompok yang
mendapatkan kortikosteroid
stromal HSV .

Pengobatan Topikal
• Total pada 104 pasien mendapatakan
trifluridine dan kortikosteroid topical dan
secara random mendapatkan acyclovir
oral 200 mg atau placebo, yang
dikonsumsi 5 kali dalam sehari selama
10minggu.
HEDS I menginvestigasi • Hasil penelitian tidak didapatkan hasil
bahwa tambahan yang signifikan (p=0.46) acyclovir oral
acyclovir oral sebagai mendapatkan hasil yang signifikan
pengobatan pada keratitis peningkatan pada BSCVA pada bulan ke
HSV stromal. 6 (p=0.04)

Pengobatan Oral
• HEDS II melakukan pemeriksaan pada penggunaan
acycloviroral yang berkepanjangan untuk HSV ocular
yang berulang.
• Herpes zoster ophthalmicus (HZO) di sebabkan oleh
VZV.
• HSV ocular beulang 45% lebih rendah pada kelompok
acyclovir dibanding placebo.
• HSV berulang pada kelompok yang menggunakan
acyclovir sebesar 19 %, dan 32 % pada kelompok
placebo pada bulan ke 12 (p<0.001).
• Zoster Eye Disease Study valacyclovir untuk profilaksis
dari keratitis VZV.

Profilaksis
• Generasiberikutnya mungkin dapat meningkatkan
diagnosis secara akurat dari keratitis infeksi, secara
particular untuk organisme yang sulit untuk dikultur
dengan metode konvensioanal seperti bakteria atioikal
atau anaerob.
• Collagen cross-linking (CXL) adalah pengobatan dimana
photochemically mengativkan riboflavin yang
meningkatkan kovalen formasi antara molekul kolagen di
kornea.
• Collagen cross-linking menuatkan jaringan kornea dan
belakangan ini digunakan untuk penanganan ketaoconus
dan ectatic kelainan korena lainnya.
• Keuntungan Collagen cross-linking pada ulkus infeksius
meberikan efek antimicroba secara langsung dan
meningkatkan daya tahan kornea terhadap degradasi
enzimatik.

Collagen Cross-Linking untuk


keratitis Bacterial dan Fungal
Laporan kasus menunjukan bahwa
CXL memikiki keuntungan yang
Penelitian in vitro menunjukan bahwa
potensial untuk pengobatan bacterial
ultraviolet–cahaya ditambah
yang membandel dan keratitis fungal
riboflavin dapat efektif melawan
dengan efek memperbaiki gejala,
bakteial yang menyebabkan ulkus
menyembuhkan dari progresivitas
kornea.
melting dan pemulihan dari
pengobatan yang resisten pada infeksi.

Jika CXL dapat digunakan sebagai


antibiotic karena dapat manangani
pada infeksi yang sudah resisten
terhadap obat dan mencegah toksisitas
pada surface ocular.

Collagen Cross-Linking untuk


keratitis Bacterial dan Fungal
Penelitian in vitro
Begitu juga untuk CXL ditambah
fugal dalam dengan
penggunaan CXL, amphotericin dapat
tetapi masih sedikit meningkatkan
literatur, tetapi inhibisi dari
dapat mengurangi pathogen fungal
prognosis buruk dari pada hanya
dari ulkus fugal. deiberikan
amphotericin saja.

Collagen Cross-Linking untuk keratitis


Bacterial dan Fungal
Bamdad et al
mengacak 32 pasien
dengan keraitis
bakterial diberikan
CXL dengan terapi yang mendapatkan CXL memiliki
standar atau hanya rerata yang lebih rendah pada
terapi stndart saja. 2 ulkus (P=0.001), area yang lebih
minggu setelah kecil pada defects epithelial
pengobatan :
(P=0.001) dan area lebih kecil dari
infiltrate (P < 0.001) diabndingkan
dengan yang hanya menerima
terapi standart saja. Rerata durasi
pengobatan lebih pendek pada
kelompok CXL (P < 0.001).

Collagen Cross-Linking untuk


keratitis Bacterial dan Fungal
• Strategi untuk menurunkan angka morbiditas meliputi
pencegahan ulkus kornea, peningkatan diagnosis dini dan
teknik diagnosis yang tepat seperti next-generation
sequencing dan agen antimikorba utuk mengatasi resisten
obat.

Kesimpulan

Você também pode gostar