Você está na página 1de 22

PERAWAT YANG

LUAR BIASA

ISESRENI, SKp.M.Kep
Kasus Pemicu
 Saya mulai dinas jam 15.00 dan ditugaskan
merawat pasien yang baru selesai menjalani
operasi jantung terbuka. Pasien kembali ke
ICU sekitar jam 11.00 pagi itu dengan
terpasang semua perlengkapan umum pasca
operasi: Infus, respiratori, selang dada,
kateter foley, dsb. Pasien sudah mendapat
sekantong cairan IV dan transfusi darah.
 Semua ini adalah prosedur yang lazim
dilakukan untuk bedah jantung terbuka.Mula-
mula ia diberi banyak cairan (biasanya
manitol), lalu kurangi. Tekanan darah
menurun ketika pasien mulai menggerakan
badan dan pembuluh darah perifernya
berdilatasi, tetapi umumnya segera kembali
normal.
 Namun, pasien ini terus menerus
hipovolemik, tekanan darahnya rendah, begitu
juga tekanan vena pusatnya, dan diuresis
dalam jumlah besar. Kami memberinya cairan
untuk mengatasi cairan yang kurang, tetapi
ternyata sulit sekali menyamakannya dengan
jumlah yang keluar. Sekarang ( Pk. 16. 30-
17.00), seluruh badan pasien panas. Jelas,
ada sesuatu yang salah disini. Saya
menelepon dokter bedah pengganti, tetapi
tidak berhasil mengetahui keberadaannya.
 Dokter pengganti itu berjanji akan menelpon
sesegera mungkin. Saya juga mencoba
menghubungi asistennya, tetapi dialihkan ke
dokter lain yang tidak begitu menguasai bedah
jantung terbuka. Sementara itu, kami
mengalirkan cairan, darah, dan packed cell,
tanpa instruksi dokter, untuk menjaga kestabilan
kondisi pasien karena diuresisnya tak kunjung
berhenti. Saya mencoba menelaah kembali
kemungkinan penyebab kondisinya, dan
memutuskan yang paling mungkin adalah
hiperglikemia.
 Lalu saya mengintruksikan pengukuran
glukosa darah, dan ternyata hasilnya lebih
dari 600 mg%. Kira-kira pada saat yang
bersamaan, dokter bedah asisten sudah
kembali dari tugas dan akhirnya saya
terhubung dengannya. Berdasarkan hasil
pengukuran kadar glukosa darah yang
diperoleh, ia memprogramkan tindakan untuk
pasien, dan akhirnya pasien kembali stabil.
ULASAN KASUS

 Perawat dalam kasus tsb membuat


keputusan dan mengambil tindakan untuk
membantu dan meningkatkan kesejahteraan
klien.
 Perawat memberikan arahan, tanpa
memerintah, yang diperlukan untuk
mempertahankan nyawa kliennya.
 Ketika ia tidak berhasil menemukan dokter, ia
menegakkan diagnosisnya sendiri dan
mengambil inisiatif dg memprogramkan
pengukuran gula darah
Dia dikatakan luar biasa,……

 Karena ia mengambil resiko


dengan melakukan tindakan
tanpa instruksi saat dokter tidak
berada ditempat, tetapi
dibutuhkan untuk meningkatkan
kesejahteraan klien.
Perawat ini bisa saja gagal ujian
moralnya
 Apabila ia memilih posisi aman, Bisa saja ia
beralasan bahwa perawat tidak seharusnya
bertindak tanpa instruksi dokter, tidak boleh
menegakakan diagnosis atau mengeluarkan
perintah
 Atau ia akan memberi perhatian ekstra pada
kliennya dengan menggenggam tangan
pasien, mengusap keningnya, berdoa untuk
kesejahteraan pasiennya.
Kalau ia memilih posisi aman spt
diatas…..
 Jelas yang dipedulikannya bukanlah
kesejahteraan pasien melainkan legalitas
“Melakukan apa yang seharusnya
dilakukan seorang perawat”

 Menunjukan pemahamnya ttg perawat


yang baik baginya adalah: Mengambil posisi
aman dalam batas-batas yg sudah ditetapkan
pihak lain dan memberikan perhatian ekstra
pada kliennya
Tapi …,kenyataanya perawat tsb
tidak demikian…..
 Ia mengambil resiko demi meningkatkan
kesejahteraan kliennya bukan mengambil
resiko yang membuat seorang perawat
bermoral baik.

 Pengabdiannya untuk meningkatkan


kesejahteraan klienlah yang membuatnya
berani mengambil resiko ketika suatu situasi
menuntutnya
NILAI MORAL KOMPETENSI

 Nilai moral keperawatan dipenuhi pada


asuhan yang kompeten dan luar biasa
 Upaya meningkatkan kesejahteraan klien
oleh perawat terjadi dalam asuhan yang
kompeten
 Ketika makna “untuk kesejahteraan orang
lain” tersembunyi dibalik rutinitas pekerjaan
atau sistem profesionalisme dan tekhnis yg
tidak melibatkan moral didalamnya maka
pekerjaan menjadi menjemukan dan
kejenuhan akan sering muncul
Contoh
 Pengalaman paling memuaskan yang pernah
saya alami adalah ketika saya merawat klien
anak dengan henti jantung, yang kmd
berhasil diresusitasi. Saya sudah
mengingatkan diri saya pada hari itu – saya
ingin keluar dari bidang ini – saya sudah
jenuh. Bayi itu berhenti nafas waktu kami
sedang berada di lift, sekembali dari
pemeriksaan sinar – X.
 Saya langsung memberi nafas mulut ke mulut
sepanjang perjalanan sampai kami tiba di
ruang rawat dan tim rawat datang.Respon
bayi itu bagus sekali. Dalam hati, saya
senang sekali. Tapi waktu ibunya memuji
saya karena telah “menyelamatkan” bayinya,
saya menjelaskan kepadanya bahwa yang
saya lakukan bukanlah sesuatu yang
istimewa. Saya hanya membantu dengan
pernafasan mulut ke mulut. “Tapi kamu yang
melakukannya” katanya. “Kamu disana.
 Kalau kamu tidak jadi perawat sejak dulu dan
tidak dinas pada hari itu,mungkin saya sudah
kehilangan bayi saya.***
Ulasan kasus
 Perawat pd kasus diatas memutuskan
kembali menekuni keperawatan ketika ia
menyadari nilai moral yang melekat pada
praktek kep. Kompeten.
 Pendapat Benner dan Wrubel “ Kembali
peduli berarti pulih dari kejenuhan “
 Dari cth diatas jelas terlihat perawat pulih dari
kejenuhannya ketika ia menyadari nilai moral
yg terkandung dalam asuhan yang kompeten
Sambugan ulasan kasus
 Siapapun dg asumsi setiap perawat yg
kompeten dapat memberi bantuan
pernafasan.Rasa terimakasih ibu yang
bayinya berhasil diselamatkan
membangkitkan kesadaran perawat akan
nilai moral yang tdp dalam aktivitas
keperawatan yang rutin.
Next……
 Ketika hal ini terjadi, perawat menyadari
bahwa kebaikan (the good) dalam praktek yg
kompeten dan kebaikan moral (the moral
good) merupakan satu kesatuan dan
akhirnya ia memutuskan tetap menekuni
keperawatan
Dari KOMPETENSI Ke Ekselensi

 Kewajiban Moral Pertama seorang perawat


adl menjadi Praktisi yang KOMPETEN.
 Kompetensi adalah prasyarat minimal untuk
menjadi seorang perawat.
 Kewajiban utama mhs keperawatan dan
praktisi pemula adl mencapai tingkat
kompetensi.
 Ketika perawat mencapai tingkat kompetensi,
banyak diantara mereka tergoda utk tetap
berada pd status tsb ketimbang mengambil
resiko dlm asuhan yg otentik (authentic care)
 Apabila perawat terus memposisikan dirinya
terus berada pada tingkat asuhan yg
kompeten maka kegiatan merawat menjadi
sesuatu yg rutin dan kehilangan koneksinya
dg kepadulian
 Perawat yg kompeten scr moral bertanggung
jawab utk menjadi praktisi yg unggul.
 Menjadi perawat yg baik mgd arti bergerak
melebihi kompetensi untuk menjadi praktisi
yang unggul (excellent)
 Menurut Benner (1984), menjadi perawat yg
baik berarti bergerak dari tingkat pemula ke
tingkat ahli.
 Dalam etika, utk berubah dari pemula
menjadi ahli, pada awalnya individu belajar
mengikuti aturan yg lazim di masyarakat,
lambat laun ia bertindak dg mengikuti aturan
umum dlm masy sesuai situasi yg ditemuinya.

Você também pode gostar