Você está na página 1de 24

3B

REFERAT
Prolaps uteri

PEMBIMBING
DR. dr. H. Suhartono Sp.OG (K)

Nama : Vita D Fidmatan


NIM : 0110840170

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019

1
PENDAHULUAN
Prolaps uteri yaitu turunnya uterus
kedalam introitus vaginae

Prolaps uterus dapat disebabkan karena


kelemahan otot, fasia, dan ligemen penyokongnya

2
Jaringan Penunjang Genitalia Interna
pada Wanita

 Ligamentum kardinale sinistrum dan dekstrum (Mackenrodt)


 Ligamentum sakrouterinum sinistrum dan dekstrum
 Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum
 Ligamentum pubovesikale sinistrum dan dekstrum
 Ligamentum latum sinistrum dan dekstrum
 Ligamentum infundibulo pelvikum,
 Ligamentum ovarii proprium sinistrum dan dekstrum

3
TINJAUAN PUSTAKA

Prolaps uteri adalah suatu keadaan pergeseran letak uterus ke bawah sehingga serviks
atau seluruh uterus berada di dalam orificium vagina, atau keluar hingga melewati vagina

4
Usia Penyakit jaringan ikat

Ras
Multiparitas
Etiologi &
Faktor Resiko Prolaps Uteri

Makrosomia

Peninggian tekanan intraabdomen Bila prolapsus uteri dijumpai pada nulipara,


faktor penyebabnya adalah kelainan
bawaan berupa kelemahan jaringan
penunjang uterus
5
Klasifikasi Prolaps • Prolapsus uteri tingkat I, di mana serviks uteri turun
Uteri :
sampai introitus vagina;
Friedman dan
Little (1961) • prolapsus uteri tingkat II, di mana serviks menonjol
ke luar dari introitus vagina;
• prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus ke luar dari
vagina, prolapsus ini sering juga dinamakan
prosidensia uteri.

6
pembagian prolapsus uteri menurut Baden-Walker, metode
pemeriksaannya menggunakan pemeriksaan Baden-Walker. Pembagiannya adalah :

• Stage 0 = Tidak ada prolaps


• Stage I = Ujung prolaps turun sampai
setengah dari introitus
• Stage II = Ujung prolaps turun sampai
introitus
• Stage III = Ujung prolaps sampai
setengahnya diluar vagina
• Stage IV = Ujung prolaps sampai lebih
dari setengahnya ada di luar vagina.

7
Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo/FK UI
pembagian prolapsus uteri sebagai berikut :

 Prolapsus derajat I, bila serviks uteri belum melewati


introitus vagina tetapi uterus terletak di bawah
kedudukan normal,
 Prolapsus uteri derajat II, bila serviks sudah
melewati introitus vagina,
 Prolapsus uteri derajat III, bila seluruh uterus sudah
melewati introitus vagina

8
PATOFISIOLOGI PROLAPS UTERI

Normalnya, uterus di fiksasi pada tempatnya oleh otot dan ligamentum


membentuk dasar pelvis.

ketika dasar pelvis yaitu otot dan ligamentum mengalami peregangan,


terjadi kerusakan, dan kelemahan sehingga mereka tidak sanggup untuk
menyokong organ pelvis,

sehingga uterus dan organ pelvis lainnya jatuh ke introitus vaginae.


Prolaps bisa saja terjadi secara tidak komplet, atau pada beberapa
kasus yang berat, terjadi prolaps yang komplet sehingga uterus jatuh
sampai keluar vagina.
9
MANIFESTASI KLINIS
KELUHAN-KELUHAN YANG HAMPIR SELALU DIJUMPAI:

• Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol


di genialia eksterna.
• Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika
penderita berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.
• Sistokel yang dapat menyebabkan gejala-gejala:
• Miksi yang lebih sering dan sedikit-sedikit mula-mula pada siang
hari, kemudian bila lebih berat juga pada malam hari.
• Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat di kosongkan
seluruhnya.
• Stress inkontinensia, yaitu tidak dapat menahan kencing jika
batuk, mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urin pada
sistokel yang besar sekali.

10
• Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:
• Obstipasi karena feses berkumpul dalam rongga
rektokel.
• Baru dapat defekasi, setelah diadakan tekanan pada
rektokel dari vagina.

• Prolaps uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:


• Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu
penderita waktu berjalan dan bekerja. Gesekan portio
uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan
dekubitus pada portio uteri.
• Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah
serviks dan karena infeksi serta luka pada portio uteri.

11
DIAGNOSIS
ANAMNESA
Pasien dengan prolaps uteri biasanya mengeluhkan adanya benjolan
yang keluar dari alat kelaminnya.

Nyeri pada pelvis, abdomen, atau pinggang.

Nyeri pada saat berhubungan.

12
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pelvis lengkap, termasuk


pemeriksaan rektovaginal untuk menilai tonus sfingter.

Alat yang digunakan adalah spekulum Sims atau spekulum standar


tanpa bilah anterior. .

Penemuan fisik dapat lebih diperjelas dengan meminta pasien meneran


atau berdiri dan berjalan sebelum pemeriksaan.

13
PEMERIKSAAN FISIK

Hasil pemeriksaan fisik pada posisi pasien berdiri dan kandung


kemih kosong dibandingkan dengan posisi supinasi dan kandung
kemih penuh dapat berbeda 1-2 derajat prolaps. Prolaps uteri
ringan dapat dideteksi hanya jika pasien meneran pada
pemeriksaan bimanual.

Pemeriksaan fisik juga harus dapat menyingkirkan adanya kondisi


serius yang mungkin berhubungan dengan prolaps uteri, seperti
infeksi, strangulasi dengan iskemia uteri, obstruksi saluran kemih
dengan gagal ginjal, dan perdarahan.

Jika terdapat obstruksi saluran kemih, terdapat nyeri suprapubik atau


kandung kemih timpani. Jika terdapat infeksi, dapat ditemukan discharge
serviks purulen.
14
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

• Pemeriksaan laboratorium.
• Tes Papanicolaou (Pap smear sitologi) atau biopsi.

Pemeriksaan USG
• USG pelvis dapat berguna untuk memastikan prolaps
ketika anamnesis dan pemeriksaan fisik meragukan.
USG juga dapat mengeksklusi hidronefrosis.
• MRI dapat digunakan untuk menentukan derajat
prolaps namun tidak rutin dilakukan.
15
PENATALAKSANAAN

• Mempertahankan prolaps tetap dalam


stadium 1.
• memeriksakan diri secara berkala untuk
Observasi mencari perkembangan gejala baru atau
gangguan.

• Latihan otot dasar panggul


Terapi • Stimulasi otot-otot dengan alat listrik
Konservatif • Pemasangan pessarium

16
Jenis-jenis pessarium.
A. Cube pessary. B. Gehrung pessary. C. Hodge with knob pessary. D. Regula
pessary. E. Gellhorn pessary. F. Shaatz pessary. G. Incontinence dish pessary. H.
Ring pessary.
I. Donut pessary 17
Tempat pemasangan cicin pessarium. 18
19
Cara pemasangan pessarium (A,B dan C) dan cara melepaskannya (D)
20
PENATALAKSANAAN

• Ventrofiksasi
• Operasi Manchester
• Histerektomi vagina
Terapi Bedah • Kolpokleisis (operasi Neugebauer-Le Fort)
• Purandare

21
KOMPLIKASI PROLAPS
UTERI

Dekubitus.
Kreatinisasi mukosa vagina
dan portio uteri
Gangguan miksi dan stress
Hipertrofi serviks uteri dan inkontinensia.
elangasio kolli

Kemandulan Kesulitan pada waktu


persalinan.

22
Prognosis
• Bila prolaps uteri tidak ditatalaksana, maka secara
bertahap akan memberat.
• Prognosis akan baik pada pasien usia muda, dalam
kondisi kesehatan optimal (tidak disertai penyakit
lainnya), dan Indeks Masa Tubuh ( IMT ) dalam batas
normal.
• Prognosis buruk pada pasien usia tua, kondisi
kesehatan buruk, mempunyai gangguan sistem respirasi
(asma, PPOK), serta IMT diatas batas normal.
• Rekurensi prolaps uteri setelah tindakan operasi
sebanyak 16%.5
.
23
TERIMA KASIH 

24

Você também pode gostar