Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PADA HIPERTENSI
OLEH:
GITA TANBAO SUSELIN, S.KED
PEMBIMBING:
DR. ISRUN MASARI, SP.AN
2
Hipertensi: tekanan sistolik > 140-160 mmHg dan tekanan diastol > 90-95 mmHg. Penilaian preoperatif
harus diperhatikan
Tn. M usia 74 tahun , diagnose retensio urin et causa Benign Prostat Hyperplasia. Akan dilakukan operasi
elektif Transurethral Resection of the rostate (TURP), memiliki riwayat hipertensi ASA III.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS
7
ANAMNESIS
Vital sign:
01 Tekanan darah : 160/100 mmHg
02 Nadi : 80 x/menit
03 Suhu : 37˚C
04 Respirasi : 22 x/menit
9
Kepala
Normocephal
Mata
Pupil isokor, konjungtiva anemis
(-), sklera ikterik (-)
Mulut
Malampati I, gigi palsu (-), gigi
goyang (-)
Leher
Mobile, Pembesaran KGB (-),
JVP 5-2 cm H2O
10
Jantung 02 Inspeksi : Iktus tidak terlihat, Palpasi : Thirill tidak teraba, Perkusi :
Batas jantung ICS 5 – 6, Auskultasi : BJ I dan II Reguler, Murmur (-),
Gallop (-)
Paru 01 Inspeksi : Simetris, Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, Perkusi : Sonor di kedua
lapangan paru, Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
HCT : 41,8 L %
PCT : 0,177 %
BT : 4 menit
CT : 4,5 menit
GDS : 95 mg/dl
PRAMEDIKA TEKNIK,
METODE OBAT
SI LOKASI
Anestesi Regional Ondansentron 4 mg Spinal (Intrathecal) Bupivacaine 0,5%
(IV)
L3-L4 hiperbarik
Ranitidin 25 mg (IV)
As. Traneksamat Jumlah : 20 mg
1000 mg (IV)
Adjuvant : Morphine
Dexametason 10 mg
(IV) 0,1 mg
Ketorolac 30 mg (IV)
Midazolam 2 mg (IV)
Nifedipin 10 mg (SL)
INSTRUKSI POST
KEADAAN UMUM
ANASTESI
• Masuk Jam : 10.50 WIB • Observasi KU, TTV, dan
• Kesadaran : Compos mentis perdarahan tiap 15 menit selama
24 jam
• GCS : 15
• Tidur memakai bantal
• TD : 120/70 mmHg
• Mobilisasi bertahap
• Nadi : 65 x/mnt
• Makan dan minum bertahap
• Respirasi : 20 x/mnt
• Terapi selanjutnya disesuaikan
• Pernafasan : Baik dengan dr. Randy Fauzan, Sp.U
• Score Alderete : 9
KONTRAINDIKASI KONTRAINDIKASI
INDIKASI ABSOLUT RELATIF
• Bedah ekstremitas • Pasien menolak untuk • Infeksi sistemik
bawah dilakukan anestesi spinal
• Infeksi pada tempat suntikan
• Infeksi sekitar tempat
• Bedah panggul suntikan
• Hipovolemia berat, syok
• Tindakan sekitar rektum • Kelainan neurologis
• Koagulapatia atau mendapat
perineum terapi koagulan
• Kelainan psikis
• Bedah obstetrik- • Tekanan intrakranial
ginekologi meningkat • Bedah lama
• Bedah urologi • Fasilitas resusitasi minim • Penyakit jantung
• Kurang pengalaman tanpa
• Bedah abdomen bawah • Hipovolemia ringan
didampingi konsulen anestesi.
1. Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah
2. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus. Buat pasien
membungkuk maximal agar processus spinosus
3. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista iliaka, misal L2-L3, L3-L4,
L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis.
4. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
5. Beri anastesi lokal
6. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G, 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang
kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit
10cc. Tusukkan introduser sedalam kira-kira 2cm agak sedikit kearah sefal, kemudian masukkan
jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum tersebut.
Terapi invasif meliputi Epidural Blood Patch dan Epidural Dextran. Terapi
Sakit Kepala konservatif meliputi posisi berbaring, analgesia, stagen abdomen,
pemberian cairan infus atau oral, dan kaffein.
Komplikasi Dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena
NORMAL PREHIPERTENSI
• Sistol : ≤ 120 • Sistol : ≤ 120-139
• Diastol : ≤ 80 • Diastol : ≤ 80-90
HIPERTE
NSI
HIPERTENSI GRADE I HIPERTENSI GRADE II
• Sistol : ≤ 140-159 • Sistol : ≤ 160
• Diastol : ≤ 90-99 • Diastol : ≤ 100
Nitrogliserin
Fenoldopam
secara infuse
kontinyu
KASUS TEORI
Pasien Tn. M umur 74 tahun didiagnosis Retensio
Penyakit yang dideritanya merupakan penyakit sistemik yang tidak terkontrol.
urine ec BPH + hipertensi grade II dan pada
pemeriksaan penunjang didapatkan status ASA III, Klasifikasi hipertensi: esensial, grade II
TD: 160/100. Bupivacaine merupakan golongan amide local anastesi yang dapat
Anastesi regional yaitu bupivacaine 20 mg. memberiakan blockade reversible, penyebaran impuls melalui serabut saraf
dihambat dengan masuknya ion Na dalam membrane saraf
Adjuvant yang di gunakan adalah morphin
sebanyak 0.1 mg. Morphin dipakai dalam anastesia untuk menimbulkan analgesia tanpa blok
motorik dan propioseptif.
premedikasi yaitu ondansentron 4 mg (IV), ranitidin
25 mg (IV), asam traneksamat 1000 mg (IV), Mencegah pneumonitis asam yang disebabkan oleh cairan lambung yang
dexametason 10 mg (IV) dan ketorolac 30 mg (IV) bersifat asam dan untuk mengurangi mual munah, untuk menghentikan
perdarahan, mengatasi nyeri pasca operasi
KASUS TEORI
Sebelum dilakukan tindakan tekanan darah Mengurangi kecemasan pra operasi dan
pasien adalah 180/100 mmHg sehingga sangat dibutuhkan pada pasien hipertensi.
diberikan midazolam 2 mg (IV) dan Kebutuhan cairan selama operasi
nifedipin 10 mg.
- Jam I : ½ (624) + 104 + 312 = 728 cc
Selama operasi jumlah cairan yang telah
- Jam II : ¼ (624) + 104 + 312 = 572 cc
diberikan adalah RL 500 ml sebanyak 1 kolf
dan NaCl 500 ml. Total cairan yang masuk - Total cairan : 728 cc + 572 cc = 1300 cc
adalah 1000 ml, dan jumlah pengeluaran
dari urin sebanyak 500ml dan perdarahan ±
300 ml.