Você está na página 1de 9

4.

Makna Tauhid Rububiyah dan Kefitrahannya serta Pengakuan


Orang-orang Musryik Terhadapnya

Tauhid adalah meyakini keesaan Allah dalam rububiyah, ikhlas beribadah


kepadaNya, serta bagiNya nama-nama dan sifat-sifatNya.

Tauhid Rububiyah yaitu mengesakan Allah Subhannahu wa Ta’ala dalam


segala perbuatanNya, dengan meyakini bahwa dia sendiri yang menciptakan
segenap makhluk. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman : “Allah menciptakan
segala sesuatu ...” (Q.S. Az-Zumar : 62)

Dan bahwasanya Dia adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia yang
mengangkat dan menurunkan, Dia yang memuliakan dan menghinakan,
Mahakuasa atas segala sesuatu. Pengatur rotasi siang dan malam, Yang
menghidupkan dan Yang mematikan.
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakanNya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan
dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta
alam.” (Al-A’raf: 54)

Allah menciptakan semua makhlukNya di atas fitrah pengakuan


terhadap rububiyah-Nya. Bahkan orang-orang musyrik yang
menyekutukan Allah dalam ibadah juga mengakui keesaan rububiyah-
Nya. Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang
Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan
Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” Katakanlah:
“Siapakah yang di tanganNya berada kekuasaan atas segala sesuatu
sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari
(azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab:
“Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan
manakah kamu ditipu?” (Al-Mu’minun: 86-89)
9. Makna Tauhid Uluhiyah dan Bahwa Ia Adalah Inti Dakwah Para
Rasul
Uluhiyah adalah ibadah. Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan
perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyari’atkan seperti
do’a, nadzar, kurban, raja’ (pengharapan), tawakkal, raghbah (senang), rahbah
(takut) dan inabah (kembali/taubat)

Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama
hingga yang terakhir. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.” (An-Nahl: 36)

Setiap rasul selalu melalui dakwahnya dengan perintah tauhid uluhiyah.


Sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, dan lain-lain:
“Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi-mu selainNya.”
(Al-A’raf: 59, 65, 73, 85)

“Dan ingatlah Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, ‘Sembahlah olehmu


Allah dan bertakwalah kepadaNya’.” (Al-Ankabut: 16)
Kewajiban awal bagi setiap mukallaf adalah bersaksi
laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah), serta mengamalkannya.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Maka
ketahuilah bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak
disem-bah) melainkan Allah dan mohonlah ampunan
bagi dosamu…”. (Muhammad: 19)

Dan kewajiban pertama bagi orang yang ingin masuk


Islam ada- lah mengikrarkan dua kalimah syahadat.
Jadi jelaslah bahwa tauhid uluhiyah adalah maksud
dari dakwah para rasul. Disebut demikian, karena
uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh
namaNya, “Allah”, yang artinya dzul uluhiyah (yang
memiliki uluhiyah). Juga disebut “tauhid ibadah”,
karena ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba) yang wajib
menyembah Allah secara ikhlas, karena keter-
gantungan mereka kepadanya.
10. Makna Syahadatain, Rukun, Syarat, konsekuensi dan yang
Membatalkannya
Pertama : Makna Syahadatain

A. Makna Syahadat “La ilaaha illallah”


Yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan
menerima ibadah kecuali Allah Subhannahu wa Ta’ala , menta’ati hal terse-but
dan mengamalkannya.
La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya.
Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah. Jadi makna
kalimat ini secara ijmal (global) adalah, “Tidak ada sesembahan yang hak selain
Allah”.
B. Makna Syahadat “Anna Muhammadarrasulullah
Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan
RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan
konsekuensinya: menta’ati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi
larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang
disyari’atkan.
Kedua : Rukun Syahadatain
A. Rukun “Laa ilaaha illallah” ada dua:
 An-Nafyu (peniadaan): membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan
mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.
 Al-Itsbat (penetapan): menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah
kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.
B. Rukun Syahadat Muhammadarrasulullah
Syahadat ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat hamba dan utusanNya.
Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan)
pada hak Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam.

Beliau adalah hamba dan rasulNya. Beliau adalah makhluk yang pa-ling
sempurna dalam dua sifat yang mulia ini. “Al-’abdu” di sini artinya hamba yang
menyembah. Maksudnya, beliau adalah manusia yang diciptakan dari bahan
yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Juga berlaku atasnya apa
yang berlaku atas orang lain.
Ketiga : Syarat-syarat Syahadatain
A. Syarat-syarat “Laa ilaaha illallah”
Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-
syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Secara
global tujuh syarat itu adalah:
1. ‘Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).
2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).
3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).
4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
5. Ikhlash, yang menafikan syirik.
6. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian).

B. Rukun Syahadat Muhammadarrasulullah


Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati. Mengucapkan dan
mengikrarkan dengan lisan. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran
kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah
dicegahnya. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang
ghaib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang.
Keempat : Konskuensi Syahadatain
A. Konskuensi “Laa ilaaha illallah”
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-cam yang
dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah. Dan
beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari
penetapan illallah.
Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya. Sehingga
mereka menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa para
makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya. Mereka
berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid’ah. Mereka me-nolak para da’i yang
mengajak kepada tauhid dan mencela orang yang beribadah hanya kepada
Allah semata.

B. Konsekuensi Syahadat “Muhammadanrasulllah”


Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang di-larangnya,
mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang
lain dari hal-hal bid’ah dan muhdatsat (baru), serta mendahulukan sabdanya di
atas segala pendapat orang.
Kelima: Yang Membatalkan Syahadatain
Yaitu hal-hal yang membatalkan Islam, karena dua kalimat sya-hadat itulah
yang membuat seseorang masuk dalam Islam. Mengucapkan keduanya adalah
pengakuan terhadap kandungannya dan konsisten mengamalkan
konsekuensinya berupa segala macam syi’ar-syi’ar Islam.

Você também pode gostar