Você está na página 1de 56

APBN DAN APBD

Rika Dwi Harsasi, SE., M.SM


APBN (Anggaran Pendapatan dan
APBN
Belanja Negara) Adalah sebuah daftar
(ANGGARAN
sistematis dan terperinci yang memuat
PENDAPATAN
rencana penerimaan dan pengeluaran
DAN BELANJA
negara selama 1 tahun untuk membiayai
NEGARA)
kegiatan-kegiatan pemerintah yang
bersangkutan

APBD APBD (Anggaran Pendapatan dan


(ANGGARAN Belanja Daerah) adalah sebuah daftar
PENDAPATAN sistematis dan terperinci yang memuat
DAN BELANJA penerimaan dan pengeluaran daerah
DAERAH) selama 1 tahun.
APBN di susun oleh Pemerintah
Pusat (Presiden) dan
disahkan/disetujui oleh DPR

APBD di susun oleh Pemerintah


Daerah (Kepala Daerah) dan
disahkan/disetujui oleh DPRD
SIKLUS APBN

Penyusunan dan
Penetapan Pelaksanaan
Pembahasan
APBN APBN
APBN

Laporan Realisasi
Pertanggungjawaban Perubahan SM 1 dan
APBN APBN Prognosis SM II
APBN
Penyusunan dan Pembahasan
Pertengahan Mei :
Penyampaian pokok2 kebijakan fiscal dan kerangka ekonomi makro APBN tahun berikutnya:
1. Asumsi dasar ekon makro (pertumbuhan ekon, inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar, harga
minyak,produksi minyak.
2. Kebijakan dalam bidang penerimaan Negara
3. Kebijakan dalam bidang Pengeluaran negara
4. Kebijakan Defisit dan Pembiayaannya
Mei-Juni :
Pembahasan bersama antara Panitia Anggaran DPR-RI dengan pemerintah (Menteri Keuangan,
Meneg PPN/ Kepala Bappenas dan Gubernur Bank Indonesia)

16 Agustus :
• Presiden menyampaikan pidato pengantar RUU APBN beserta NK-nya dalam Rapat Paripurna
DPR
• Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi atas RUU APBN 2007 beserta NK-nya
• Jawaban Pemerintah atas PU Fraksi-Fraksi atas RUU APBN 2007 beserta NK-nya

September-Oktober
Pembahasan RUU APBN beserta Nota Keuangannya antara Pemerintah dengan Panitia
Anggaran DPR-RI
Penetapan APBN

Akhir Oktober :
• Pembicaraan Tk.II/ pengambilan keputusan
atas RUU APBN beserta NK-nya
• Laporan Panitia Anggaran atas Pembicaraan
Tk.I/ Pembahasan RUU APBN
• Pendapat akhir Fraksi-Fraksi atas RUU APBN
• Pendapat akhir Pemerintah atas RUU APBN
• Pengambilan Keputusan atas RUU APBN
Pelaksanaan APBN
• Berdasarkan UU No.13 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara disebutkan bahwa RUU APBN diambil keputusan
oleh DPR dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua)bulan
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan).
• APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan unit
organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.
• Apabila DPR tidak menyetujui RUU APBN, pemerintah
pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya
sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
Laporan Realisasi SM I dan
Prognosis SM II APBN

• Pemerintah menyampaikan laporan realisasi


semester I dan Prognosis semester II APBN
selambat-lambatnya akhir juli dalam tahun
berjalan
• Pembahasan antara Panitia Anggaran dengan
Pemerintah
Perubahan APBN

Perubahan APBN dilakukan bila terjadi:


• Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi
yang digunakan dalam APBN
• Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal
• Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran
antar unit organisasi,antarkegiatan,dan antar jenis belanja
• Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih (SAL) tahun
sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran yang
berjalan
• Proses pembahasan RUU perubahan APBN sama dengan APBN
induk, namun tidak melalui tahap pemandangan umum fraksi dan
jawaban pemerintah atas pandangan umum fraksi-fraksi (short cut).
Pertanggungjawaban Pelaksanaan
APBN

1. Presiden menyampaikan RUU pertanggungjawaban pelaksanaan


APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa
oleh BPK,selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.

2. Laporan keuangan meliputi:


• Laporan Realisasi APBN
• Neraca
• Laporan Arus Kas
• Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan Laporan
keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.
FUNGSI APBN DAN APBD

Anggaran negara atau daerah menjadi


FUNGSI OTORISASI dasar untuk melaksanakan pendapatan
dan belanja pada tahun yang
bersangkutan

Anggaran negara atau daerah menjadi


pedoman untuk merencanakan
kegiatan pada tahun tsb. Bila suatu
FUNGSI PERENCANAAN pembelanjaan telah direncanakan
sebelumnya, maka negara dapat
membuat rencana –rencana untuk
mendukung pembelanjaan tsb.

APBN dan APBD dijadikan pedoman


untuk menilai apakah kegiatan
FUNGSI PENGAWASAN penyelenggaraan pemerintahan
negara/daerah sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
Anggaran negara/daerah harus
diarahkan untuk membiayai
berbagai pengeluaran pemerintah di
segala bidang.misal perolehan
FUNGSI ALOKASI pajak, dialokasikan pemerintah
untuk membangun sarana dan
prasarana pendidikan,
jalan,jembatan, dll

APBN yang diperoleh dari berbagai


sumber penerimaan oleh
FUNGSI DISTRIBUSI pemerintah, kemudian didistribusikan
kembali kepada masyarakat,
berupa subsidi, premi, dan dana pensiun.

Fungsi APBN ini bersifat kondisional


artinya sesuai dengan kondisi
perekonomian yang dihadapi. Pada saat
FUNGSI STABILISASI kondisi resesi, pemerintah menempuh
politik anggaran defisit (deficit budget)
Sedangkan dalam kondisi ekonomi
membaik (recovery)
ditempuh anggaran surplus
Tujuan APBN dan APBD

Sebagai arahan/pedoman
bagi pemerintah

Pedoman untuk
mengevaluasi kinerja
pemerintah

Bentuk tanggung jawab


pemerintah
Asumsi-Asumsi APBN dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Asumsi APBN Faktor yang Mempengaruhi

Pertumbuhan ekonomi • Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun sebelumnya


Indonesia •Perkembangan ekonomi global
•Kondisi sosial, politik dan keamanan
• Kebijakan ekonomi makro yang dilaksanakan pada tahun
berjalan
•Kebijakan restrukturisasi
• Pertumbuhan ekonomi : konsumsi swasta, investasi,
ekspor
• Inflasi : kenaikan Tarif Dasar Listrik, menguatnya rupiah,
kebijakan fiskal, moneter yg hati-hati
Nilai tukar rupiah Koreksi undervalued, membaiknya kondisi keamanan ,
sosial dan politik

Suku Bunga SBI 3 bulan Menguat/melemahnya nilai tukar rupiah


Harga minyak mentah Permintaan dan penawaran minyak dunia
internasional
Tingkat produksi minyak Kuota OPEC, kapasitas sumur yg semakin menurun
mentah Indonesia sementara, penemuan sumur baru yg relatif kecil,
gangguan keamanan
Asas Penyusunan APBN

Kemandirian, artinya pembelanjaan oleh negara bertumpu pada


kemampuan negara; apabila penerimaan dalam negeri meningkat
maka pinjaman luar negeri hanya sebagai pelengkap.

Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Penajaman prioritas pembangunan, artinya pembelanjaan dalam


APBN harus mengutamakan pembangunan di sektor-sektor yang
lebih bermanfaat.
MENURUT
PENDAPATMU
BAGAIMANAKAH
PENGARUH APBN DAN
APBD TERHADAP
PEREKONOMIAN ?

TUGAS :
CARILAH INFORMASI DI INTERNET MENGENAI PENGARUH
APBN DAN APBD TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Dampak APBN dan APBD terhadap
Perekonomian

1. Retribusi
pendapatan

2. Pengalihan
sumber-sumber

3. Kestabilan terhadap
kegiatan ekonomi
Penerimaan APBN :
(1) Penerimaan dalam negeri yang terdiri atas:
(1.1) Penerimaan Minyak Bumi dan Gas Alam
(1.2) Penerimaan Perpajakan
(1.2.1) Pajak Penghasilan (PPh)
(1.2.2) Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
(1.2.3) Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (PBB-BPHTB)
(1.2.4) Cukai (cukai tembakau, cukai minuman etil alkohol)
(1.2.5) Bea masuk (pajak atas impor)
(1.2.6) Pajak lainnya
(1.2.7) Pajak ekspor
(2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan laba bersih minyak
(3) Penerimaan Pembangunan
(3.1) Pinjaman Program
(3.2) Pinjaman Proyek
(4) Hibah
Pengeluaran APBN:
(1) Pengeluaran rutin:
(1.1) Belanja pegawai (1.4) Bunga dan cicilan utang
(1.1.1) Gaji/pensiun (1.4.1) Utang dalam negeri
(1.1.2) Tunjangan beras (1.4.2) Utang luar negeri
(1.1.3) Uang makan/lauk-pauk (1.5) Pengeluaran rutin lainnya
(1.1.4) Lain-lain belanja pegawai (1.5.1) Subsidi BBM
dalam negeri (1.5.2) lain - lain
(1.1.5) Belanja pegawai luar negeri (2) Pengeluaran pembangunan
(1.2) Belanja barang (2.1) Pembiayaan rupiah:
(1.2.1) Belanja barang dalam negeri a. Tabungan pemerintah
(1.2.2) Belanja barang luar negeri b. Pinjaman program
(1.3) Belanja rutin daerah (2.2) Pembiayaan proyek
(1.3.1) Belanja pegawai
(1.3.2) Belanja non pegawai
Keterangan :
 Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya.
 Pembiayaan dalam negeri adalah semua pembiayaan yang
berasal dari perbankan dalam negeri, hasil privatisasi,
penjualan aset eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN), dan surat utang negara.
 Pembiayaan luar negeri bersih adalah semua pembiayaan
yang berasal dari penarikan utang/pinjaman luar negeri
yang terdiri dari pinjaman program, pinjaman proyek, dan
penerbitan obligasi internasional, dikurangi dengan
pembayaran cicilan pokok utang/pinjaman luar negeri
Sumber-Sumber Penerimaan /Pendapatan Daerah

1. Pendapatan Daerah :
A. PAD (Pendapatan asli daerah)
Pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasar
peraturan daerah
Sumber PAD :
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah
d. Penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa
giro, pendapatan bunga
e. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing
f. Komisi, potongan atau bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan pengadaan barang dan jasa oleh
pemerintah.
B. Dana perimbangan :
Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi
a. Dana Bagi Hasil (DBH)
Adalah bagian daerah atas penerimaan pajak bumi dan
bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan
penerimaan sumber daya alam.
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
Adalah semua pengeluaran negara yang dialokasikan kepada
daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antardaerah
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Adalah semua pengeluaran negara yang dialokasikan kepada
daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus
C. Lain-lain Pendapatan yang Syah
a. Pendapatan hibah dari bantuan yang tidak mengikat
b. Hibah dari luar negeri
c. Hibah dengan menyertakan perjanjian antara
pemerintah dengan pemberi hibah

2. Pembiayaan
Adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali/pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada
anggaran tahun yang bersangkutan maupun tahun-tahun
anggaran berikutnya.
Penerimaan pembiayaan terdiri dari :
1.Sisa lebih perhitungan daerah
2.Penerimaan pinjaman daerah
3.Dana cadangan daerah
4.Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
I. Belanja Aparatur
1. Belanja administrasi umum
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja perjalanan dinas
d. Belanja pemeliharaan
2. Belanja operasi dan pemeliharaan
3. Belanja modal
II. Belanja Publik
III. Bagi hasil dan Bantuan Keuangan
IV. Belanja tak terduga
Kebijakan Anggaran
1. Definisi :
Kebijakan anggaran merupakan tindakan
pemerintah atau daerah untuk mengubah atau
menyesuaikan pendapatan dan pengeluaran
2. Tujuan :
Menentukan arah, tujuan dan prioritas
pembangunan nasional serta pertumbuhan
ekonomi agar sesuai Propenas yang dapat
meningkatkan kemakmuran masyarakat.
Macam-Macam Kebijakan Anggaran
Pendapatan/Penerimaan
Negara/Daerah lebih kecil
Anggaran Defisit dari Pengeluaran/Belanja
Negara/Daerah

Pendapatan/Penerimaan
Negara/Daerah lebih
Anggaran besar dari
Surplus Pengeluaran/Belanja
Negara/Daerah

Pendapatan/Penerimaan
Anggaran Negara/Daerah sama
Seimbang/ dengan
Berimbang Pengeluaran/Belanja
Negara/Daerah

Pendapatan/Penerimaan
Negara/Daerah selalu
meningkat dengan
Anggaran Dinamis diiringi
Pengeluaran/Belanja
Negara/Daerah yg juga
semakin meningkat pula
TIGA KEMUNGKINAN BENTUK ANGGARAN

Pendapatan
Pajak

Anggaran
Anggaran
Surplus
Pengeluaran

Berimbang
Pengeluaran
Pemerintah

Pendapatan
Anggaran
Defisit
KEBIJAKAN FISKAL
Adalah kebijakan pemerintah dengan cara meningkatkan atau menurunkan
pendapatan negara atau belanja negara dgn tujuan unt mempengaruhi tinggi
rendahnya tingkat pendapatan nasional
TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL
1. Pertumbuhan kesempatan kerja penuh
2. Kestabilan Harga
3. Laju Pertumbuhan Potensial
JENIS-JENIS KEBIJAKAN FISKAL
1. Penstabil Otomatik
Merupakan pendapatan atau pengeluaran negara yang secara otomatis
menciptakan kestabilan ekonomi. Conth : pajak, asuransi pengangguran,
transfer payment, kebijakan harga minimum
2. Kebijakan Fiskal Diskresioner
Merupakan langkah-langkah pemerintah untuk mengubah pengeluarannya
atau pemungutan pajaknya dengan tujuan : (a) mengurangi gerak naik-turun
kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu (b) Menciptakan kegiatan ekonomi
yang dapat meningkatkan penggunaan tenaga kerja penuh, tidak menghadapi
inflasi tinggi dan selalu mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi
PAJAK

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas


negara berdasarkan undang-undang (dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat balas
jasa secara langsung yang dapat ditunjuk
dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum
FUNGSI PAJAK
FUNGSI ANGGARAN
(Sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran2nya :
membiayai proyek pembangunan; memperluas lapangan kerja;
membayar gaji PNS, TNI, POLRI;dll)

FUNGSI REGULASI
(Mengatur perekonomian guna mencapai pertumbuhan yg lbh cepat dlm
bentuk insentif pajak bagi pengusaha, penetapan tarif tinggi thd barang2
yg mengganggu kesehatan spt : rokok & alkohol; pengenaan pajak atas
barang mewah, pengenaan PPh unt menekan laju inflasi)

FUNGSI DEMOKRASI
(penjelmaan dari sistem kekeluargaan dan kegotongroyongan rakyat
membiayai pengeluaran negara bagi kepentingan umum)

FUNGSI REDISTRIBUSI PENDAPATAN


(Pengenaan pajak progresif pada golongan masyarakat yg lebih mampu
dipakai untuk proyek2 yg dpt dinikmati gol masyarakat yg tdk mampu)
SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK

SYARAT KEADILAN
(Disesuaikan dengan kemampuan wajib
pajak)

SYARAT YURIDIS
(Diatur oleh Undang-Undang)

SYARAT EKONOMI
(Tidak mengganggu kegiatan
perekonomian yg dpt mengakibatkan
kelesuan ekonomi)

SYARAT FINANSIAL
(Biaya pemungutan pajak harus lebih
kecil dari hasil pemungutan pajak)

SYARAT KESEDERHANAAN
(Dapat dipahami oleh wajib pajak)
Pajak Langsung
(Tidak dapat dibebankan pada orang lain,
cont : pajak penghasilan)
Golongan
Pajak Tidak Langsung (Dapat dibebankan
kepada orang lain, CONT: PPN)

Pajak Subyektif (Pajak berdasarkan


subyeknya/wajib pajak, cont: PPh)
Sifat Pajak Obyektif (Pajak tanpa memperhatikan
wajib pajak, cont : PPN, PPnBM)

Pajak Pusat (Pajak yg dipungut Pemerintah


Pusat, cont:PPh, PPN, PPnBM, PBB, BPHTB,dll)

Lembaga Pajak Propinsi,cont:


Pajak Daerah
Pemungutnya pajak air bawah tanah
(Pajak yg dipungut
Pemerintah daerah) Pajak kabupaten/kota,
cont : pajak parkir

Pajak Dalam Negeri (Pajak yg dikenakan pada


Asal setiap WNI yg tinggal di Indonesia)

Pajak Luar Negeri (Pajak yg dikenakan pada


orang asing yang mempunyai penghasilan di
Indonesia)
TARIF PAJAK (Hal. 71)
1. Tarif Pajak Proporsional (Sebanding)
Tarif pemungutan pajak dgn mengggunakan
persentase yg tetap.
Cont : Misal tarif pajak PPN adalah 10%

No Jumlah Nilai Penyerahan Tarif Besarnya Pajak


Barang/Jasa Pajak (Rp)
1 200.000 10% 20.000
2 300.000 10% 30.000
3 1.000.000 10% 100.000
4 2.000.000 10% 200.000
2. TARIF PROGRESIF
Adalah tarif pajak dengan prosentase yg semakin
meningkat seiring dengan besarnya jumlah yang
dikenakan pajak
Cont :
No Lapisan Kena Pajak Tarif Pajak (%)
1 Sampai dgn Rp. 25 juta 5%
2 Diatas Rp. 25 juta s/d Rp. 50 juta 10 %
3 Di atas 50 juta s/d Rp. 100 juta 15 %

Jumlah Kena Pajak % Pajak Beban Pajak


1.000.000 10 % 100.000
2.000.000 11 % 220.000
3.000.000 12 % 360.000
3. TARIF PAJAK DEGRESIF/REGRESIF (MENURUN) (Hal 71)
Adalah tarif pajak dengan menggunakan persentase yg menurun seiring
dengan semakin besarnya jumlah yg digunakan sebagai dasar
pengenaan pajak.

No Jml Nilai Penyerahan Barang Tarif Pajak Besarnya Pajak (Rp)


1 100.000 10 % 10.000
2 300.000 8% 240.000
3 500.000 6% 30.000
4 700.000 5% 35.000

4. TARIF PAJAK TETAP


Adalah tarif pungutan pajak dengan jumlah yang sama untuk setiap
jumlah obyek pajak sehingga besarnya pajak tidak tergantung pada
suatu jumlah (nilai obyek atau persentase) yg dikenakan pajak. Cont :
bea materai
PPh (Pajak Penghasilan), hal.74
Pajak penghasilan dikenakan terhadap subyek
pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh dalam tahun pajak.
 Subyek Pajak : Terdiri dari orang pribadi,
warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan menggantikan yang berhak dan
bentuk usaha tetap
 Obyek Pajak : setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima wajib pajak
 Yang tidak termasuk obyek pajak : bantuan,
sumbangan, asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi beasiswa
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) :
a. Rp.13.200.000 untuk diri wajib pajak orang
pribadi
b. Rp. 1.200.000 tambahan untuk wajib pajak
kawin
c. Rp. 13.200.000 tambahan untuk seorang istri
yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami
d. Rp. 1.200.000 tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angka
yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling
banyak 3 orang untuk setiap keluarga
Tarif Pajak Penghasilan
1. Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak (%)
Sampai dgn Rp. 25.000.000 5%
Di atas Rp. 25.000.000 s/d Rp. 50.000.000 10 %
Di atas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000 15 %
Di atas Rp. 100.000.000 s/d Rp. 200.000.000 25 %
Di atas Rp. 200.000.000 35 %

2. Tarif Pajak Badan dalam Negeri Dan Badan Usaha Tetap (BUT)
Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak (%)
Sampai dgn Rp. 50.000.000 10 %
Di atas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000 15 %
Di atas Rp. 100.000.000 30 %
PPh Terutang
PPh terutang =PKP x tarif pajak
= Penghasilan bersih – PTKP x tarif
pajak
= (Penghasilan kotor – biaya yg
diperkenankan UU PPh)- PTKP) x
tarif pajak

Baca Contoh. Hal 76-78, Yudhistira


Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN)

PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

Pajak Bumi dan Bangunan


PBB = Tarif Pajak x NJKP
PBB = 0,5 % x NJKP

1. Jika NJKP = 40 % x (NJOP-NJOPTKP), maka besar PBB :


PBB = 0,5 % x 40 % x (NJOP-NJOPTKP)
= 0,2 % X (NJOP –NJOPTKP)
2. Jika NJKP = 20 % x (NJOP-NJOPTK), maka besarnya PBB :
PBB = 0,5 % X 20 % X (NJOP-NJOPTKP)
= 0,1 % X (NJOP – NJOPTKP)
Tabel Pendapatan dari tarif pajak

Dari tabel di atas, tarif III merupakan tarif pajak ...


A. tetap
B. proporsional
C. progresif
D. degresif
E. regresif
Aditya bekerja pada perusahaan asing dengan
penghasilan kena pajak Rp 300.000.000,00 setahun.
Berdasarkan (Pasal 7, UU No. 17 Tahun 2000), pajak
penghasilan:

Pajak terutang Aditya pertahun adalah ...


A. Rp 87.500.000,00
B. Rp 85.000.000,00
C. Rp 71.250.000,00
D. Rp 68.250.000,00
E. Rp 56.000.000,00
Unas 2003
Budi memiliki sebidang tanah seluas 250 m2, di atasnya
dibangun rumah seluas 90 m2. Taksiran harga jual tanah per
m2 Rp 100.000,00. Besarnya pajak bumi dan bangunan yang
harus dibayar Budi, apabila menggunakan peraturan:
- (0,5% × 20% NJOP) untuk bumi
- BTKP sebesar Rp 8.000.000,00
maka besar PBB adalah ...
A. Rp 12.500,00
B. Rp 13.500,00
C. Rp 16.500,00
D. Rp 21.500,00
E. Rp 27.000,00
Unas 2006
Bapak Pradebta menempati rumah dengan luas tanah 200 m2
dengan nilai jual Rp 400.000,00/m2, luas bangunan 100 m2,
dengan nilai jual Rp 600.000,00/m2. Nilai Jual Objek Pajak Tidak
Kena Pajak (NJOPTKP) Rp 12.000.000,00. Jika yang dikenakan
pajak sebesar 20% dengan tarif 0,5%, maka besarnya PBB
terutang per tahun adalah ...
A. Rp 128.000,00
B. Rp 152.000,00
C. Rp 256.000,00
D. Rp 640.000,00
E. Rp 1.280.000,00
Unas 2005
Pak Amrullah memiliki sebidang tanah berikut
bangunan dengan Nilai Jual Obyek (NJOP) nya
Rp. 140.000.000 dan nilai jual obyek pajak tidak
kena pajak untuk daerah itu Rp. 12.000.000.
besar pajak terutang Pak Amrullah adalah…
a. Rp. 128.000
b. Rp. 140.000
c. Rp. 160.000
d. Rp. 165.000
e. Rp. 170.000
Dibangun rumah seluas 90 m2. Taksiran harga jual
tanah per m2 Rp 100.000,00. Besarnya pajak bumi dan
bangunan yang harus dibayar Budi, apabila
menggunakan peraturan:
- (0,5% × 20% NJOP) untuk bumi
- BTKP sebesar Rp 8.000.000,00
maka besar PBB adalah ...
A. Rp 12.500,00
B. Rp 13.500,00
C. Rp 16.500,00
D. Rp 21.500,00
E. Rp 27.000,00
Berdasarkan Undang-Undang no. 17 tahun 2000
tentang pajak penghasilan, Tarif Pajak Penghasilan
(PPh) atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) sebagai
berikut.

Apabila PKP Yusuf tahun 2002 sebesar Rp 140.000.000,00 maka


pajak terutang adalah
A. Rp 21.000.000,00
B. Rp 21.250.000,00
C. Rp 22.500.000,00
D. Rp 31.250.000,00
E. Rp 35.000.000,00
Seseorang mempunyai penghasilan bersih
Rp 67.592.000,00 dan pendapatan tidak kena pajak
Rp 2.592.000,00.
Tarif pajak :
sampai dengan Rp 25.000.000,00 = 10%
di atas Rp 25.000.00,00 s.d. Rp 50.000.000,00 = 15%
di atas Rp 50.000.000,00 = 30%
Dari data tersebut besarnya pajak yang terutang adalah
A. Rp 10.750.000,00
B. Rp 11.527.000,00
C. Rp 19.500.000,00
D. Rp 20.277.000,00
E. Rp 20.455.200,00
Tarif pajaknya tetap, tetapi semakin besar
pendapatan semakin besar pula pajak yang harus
dibayar, maka sistem pajak tersebut adalah ...
A. progresif
B. proporsional
C. tarif tetap
D. degresif
E. regresif
Tarif pajak penghasilan sebagai berikut.
1. pendapatan sampai dengan Rp 10.000.000,00 15%
2. pendapatan di atas Rp 10.000.000,00 sampai
dengan Rp 50.000.000,00 25%
3. pendapatan di atas Rp 50.000.000,00 35%
Apabila penghasilan kena pajak Tuan Budi dalam
tahun 1992 sebesar Rp 88.000,000,00 maka pajak
yang terutang dalam tahun tersebut sebesar ...
A. Rp 13.200.000,00
B. Rp 22.000.000,00
C. Rp 23.800.000,00
D. Rp 24.800.000,00
E. Rp 30.800.000,00
Apabila Harry mempunyai penghasilan kena pajak Rp.
90.000.000,00 maka pajak penghasilan Harry terhutang adalah
A. Rp 13.500.000,00
B. Rp 22.500.000,00
C. Rp 22.500.000,00
D. Rp26.000.000,00
E. Rp 31.500.000,00
Tabel pajak

Sistem pajak proporsional, yaitu lajur ...


A. I
B. II
C. III
D. IV
E. V
TUGAS HARI INI:

KERJAKAN UJI KOMPETENSI


 HAL 136-137 NO. 1-10
 HAL 139-140 NO. 1-10

 KERJAKAN DI BUKU TUGAS


 TULIS HURUFNYA SAJA UNTUK
JAWABANNYA, KECUALI SOAL
PERHITUNGAN WAJIB MENGGUNAKAN
CARA !!

Você também pode gostar