Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Penyusunan dan
Penetapan Pelaksanaan
Pembahasan
APBN APBN
APBN
Laporan Realisasi
Pertanggungjawaban Perubahan SM 1 dan
APBN APBN Prognosis SM II
APBN
Penyusunan dan Pembahasan
Pertengahan Mei :
Penyampaian pokok2 kebijakan fiscal dan kerangka ekonomi makro APBN tahun berikutnya:
1. Asumsi dasar ekon makro (pertumbuhan ekon, inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar, harga
minyak,produksi minyak.
2. Kebijakan dalam bidang penerimaan Negara
3. Kebijakan dalam bidang Pengeluaran negara
4. Kebijakan Defisit dan Pembiayaannya
Mei-Juni :
Pembahasan bersama antara Panitia Anggaran DPR-RI dengan pemerintah (Menteri Keuangan,
Meneg PPN/ Kepala Bappenas dan Gubernur Bank Indonesia)
16 Agustus :
• Presiden menyampaikan pidato pengantar RUU APBN beserta NK-nya dalam Rapat Paripurna
DPR
• Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi atas RUU APBN 2007 beserta NK-nya
• Jawaban Pemerintah atas PU Fraksi-Fraksi atas RUU APBN 2007 beserta NK-nya
September-Oktober
Pembahasan RUU APBN beserta Nota Keuangannya antara Pemerintah dengan Panitia
Anggaran DPR-RI
Penetapan APBN
Akhir Oktober :
• Pembicaraan Tk.II/ pengambilan keputusan
atas RUU APBN beserta NK-nya
• Laporan Panitia Anggaran atas Pembicaraan
Tk.I/ Pembahasan RUU APBN
• Pendapat akhir Fraksi-Fraksi atas RUU APBN
• Pendapat akhir Pemerintah atas RUU APBN
• Pengambilan Keputusan atas RUU APBN
Pelaksanaan APBN
• Berdasarkan UU No.13 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara disebutkan bahwa RUU APBN diambil keputusan
oleh DPR dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua)bulan
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan).
• APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan unit
organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.
• Apabila DPR tidak menyetujui RUU APBN, pemerintah
pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya
sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
Laporan Realisasi SM I dan
Prognosis SM II APBN
Sebagai arahan/pedoman
bagi pemerintah
Pedoman untuk
mengevaluasi kinerja
pemerintah
TUGAS :
CARILAH INFORMASI DI INTERNET MENGENAI PENGARUH
APBN DAN APBD TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Dampak APBN dan APBD terhadap
Perekonomian
1. Retribusi
pendapatan
2. Pengalihan
sumber-sumber
3. Kestabilan terhadap
kegiatan ekonomi
Penerimaan APBN :
(1) Penerimaan dalam negeri yang terdiri atas:
(1.1) Penerimaan Minyak Bumi dan Gas Alam
(1.2) Penerimaan Perpajakan
(1.2.1) Pajak Penghasilan (PPh)
(1.2.2) Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
(1.2.3) Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (PBB-BPHTB)
(1.2.4) Cukai (cukai tembakau, cukai minuman etil alkohol)
(1.2.5) Bea masuk (pajak atas impor)
(1.2.6) Pajak lainnya
(1.2.7) Pajak ekspor
(2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan laba bersih minyak
(3) Penerimaan Pembangunan
(3.1) Pinjaman Program
(3.2) Pinjaman Proyek
(4) Hibah
Pengeluaran APBN:
(1) Pengeluaran rutin:
(1.1) Belanja pegawai (1.4) Bunga dan cicilan utang
(1.1.1) Gaji/pensiun (1.4.1) Utang dalam negeri
(1.1.2) Tunjangan beras (1.4.2) Utang luar negeri
(1.1.3) Uang makan/lauk-pauk (1.5) Pengeluaran rutin lainnya
(1.1.4) Lain-lain belanja pegawai (1.5.1) Subsidi BBM
dalam negeri (1.5.2) lain - lain
(1.1.5) Belanja pegawai luar negeri (2) Pengeluaran pembangunan
(1.2) Belanja barang (2.1) Pembiayaan rupiah:
(1.2.1) Belanja barang dalam negeri a. Tabungan pemerintah
(1.2.2) Belanja barang luar negeri b. Pinjaman program
(1.3) Belanja rutin daerah (2.2) Pembiayaan proyek
(1.3.1) Belanja pegawai
(1.3.2) Belanja non pegawai
Keterangan :
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan dalam negeri adalah semua pembiayaan yang
berasal dari perbankan dalam negeri, hasil privatisasi,
penjualan aset eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN), dan surat utang negara.
Pembiayaan luar negeri bersih adalah semua pembiayaan
yang berasal dari penarikan utang/pinjaman luar negeri
yang terdiri dari pinjaman program, pinjaman proyek, dan
penerbitan obligasi internasional, dikurangi dengan
pembayaran cicilan pokok utang/pinjaman luar negeri
Sumber-Sumber Penerimaan /Pendapatan Daerah
1. Pendapatan Daerah :
A. PAD (Pendapatan asli daerah)
Pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasar
peraturan daerah
Sumber PAD :
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah
d. Penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa
giro, pendapatan bunga
e. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing
f. Komisi, potongan atau bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan pengadaan barang dan jasa oleh
pemerintah.
B. Dana perimbangan :
Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi
a. Dana Bagi Hasil (DBH)
Adalah bagian daerah atas penerimaan pajak bumi dan
bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan
penerimaan sumber daya alam.
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
Adalah semua pengeluaran negara yang dialokasikan kepada
daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antardaerah
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Adalah semua pengeluaran negara yang dialokasikan kepada
daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus
C. Lain-lain Pendapatan yang Syah
a. Pendapatan hibah dari bantuan yang tidak mengikat
b. Hibah dari luar negeri
c. Hibah dengan menyertakan perjanjian antara
pemerintah dengan pemberi hibah
2. Pembiayaan
Adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali/pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada
anggaran tahun yang bersangkutan maupun tahun-tahun
anggaran berikutnya.
Penerimaan pembiayaan terdiri dari :
1.Sisa lebih perhitungan daerah
2.Penerimaan pinjaman daerah
3.Dana cadangan daerah
4.Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
I. Belanja Aparatur
1. Belanja administrasi umum
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja perjalanan dinas
d. Belanja pemeliharaan
2. Belanja operasi dan pemeliharaan
3. Belanja modal
II. Belanja Publik
III. Bagi hasil dan Bantuan Keuangan
IV. Belanja tak terduga
Kebijakan Anggaran
1. Definisi :
Kebijakan anggaran merupakan tindakan
pemerintah atau daerah untuk mengubah atau
menyesuaikan pendapatan dan pengeluaran
2. Tujuan :
Menentukan arah, tujuan dan prioritas
pembangunan nasional serta pertumbuhan
ekonomi agar sesuai Propenas yang dapat
meningkatkan kemakmuran masyarakat.
Macam-Macam Kebijakan Anggaran
Pendapatan/Penerimaan
Negara/Daerah lebih kecil
Anggaran Defisit dari Pengeluaran/Belanja
Negara/Daerah
Pendapatan/Penerimaan
Negara/Daerah lebih
Anggaran besar dari
Surplus Pengeluaran/Belanja
Negara/Daerah
Pendapatan/Penerimaan
Anggaran Negara/Daerah sama
Seimbang/ dengan
Berimbang Pengeluaran/Belanja
Negara/Daerah
Pendapatan/Penerimaan
Negara/Daerah selalu
meningkat dengan
Anggaran Dinamis diiringi
Pengeluaran/Belanja
Negara/Daerah yg juga
semakin meningkat pula
TIGA KEMUNGKINAN BENTUK ANGGARAN
Pendapatan
Pajak
Anggaran
Anggaran
Surplus
Pengeluaran
Berimbang
Pengeluaran
Pemerintah
Pendapatan
Anggaran
Defisit
KEBIJAKAN FISKAL
Adalah kebijakan pemerintah dengan cara meningkatkan atau menurunkan
pendapatan negara atau belanja negara dgn tujuan unt mempengaruhi tinggi
rendahnya tingkat pendapatan nasional
TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL
1. Pertumbuhan kesempatan kerja penuh
2. Kestabilan Harga
3. Laju Pertumbuhan Potensial
JENIS-JENIS KEBIJAKAN FISKAL
1. Penstabil Otomatik
Merupakan pendapatan atau pengeluaran negara yang secara otomatis
menciptakan kestabilan ekonomi. Conth : pajak, asuransi pengangguran,
transfer payment, kebijakan harga minimum
2. Kebijakan Fiskal Diskresioner
Merupakan langkah-langkah pemerintah untuk mengubah pengeluarannya
atau pemungutan pajaknya dengan tujuan : (a) mengurangi gerak naik-turun
kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu (b) Menciptakan kegiatan ekonomi
yang dapat meningkatkan penggunaan tenaga kerja penuh, tidak menghadapi
inflasi tinggi dan selalu mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi
PAJAK
FUNGSI REGULASI
(Mengatur perekonomian guna mencapai pertumbuhan yg lbh cepat dlm
bentuk insentif pajak bagi pengusaha, penetapan tarif tinggi thd barang2
yg mengganggu kesehatan spt : rokok & alkohol; pengenaan pajak atas
barang mewah, pengenaan PPh unt menekan laju inflasi)
FUNGSI DEMOKRASI
(penjelmaan dari sistem kekeluargaan dan kegotongroyongan rakyat
membiayai pengeluaran negara bagi kepentingan umum)
SYARAT KEADILAN
(Disesuaikan dengan kemampuan wajib
pajak)
SYARAT YURIDIS
(Diatur oleh Undang-Undang)
SYARAT EKONOMI
(Tidak mengganggu kegiatan
perekonomian yg dpt mengakibatkan
kelesuan ekonomi)
SYARAT FINANSIAL
(Biaya pemungutan pajak harus lebih
kecil dari hasil pemungutan pajak)
SYARAT KESEDERHANAAN
(Dapat dipahami oleh wajib pajak)
Pajak Langsung
(Tidak dapat dibebankan pada orang lain,
cont : pajak penghasilan)
Golongan
Pajak Tidak Langsung (Dapat dibebankan
kepada orang lain, CONT: PPN)
2. Tarif Pajak Badan dalam Negeri Dan Badan Usaha Tetap (BUT)
Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak (%)
Sampai dgn Rp. 50.000.000 10 %
Di atas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000 15 %
Di atas Rp. 100.000.000 30 %
PPh Terutang
PPh terutang =PKP x tarif pajak
= Penghasilan bersih – PTKP x tarif
pajak
= (Penghasilan kotor – biaya yg
diperkenankan UU PPh)- PTKP) x
tarif pajak