Você está na página 1de 30

ASKEB IV

PATOLOGI
“Abortus”

Kelas II B
Kelompok II
•Mirna •Ramla R. Nur
•Nurasia •Ade Dina
•Sahria Soemale Ardiyanti
•Citra Maharani
•Siri Riani •Herfina
Mahdayanti •Karmila
•Waode Rasni
Pengertian Abortus
 Abortus merupakan ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan.
Sebagai batasan ialah kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).
 Abortus adalah terminasi kehamilan
yang tidak diinginkan melalui metode
obat-obatan atau bedah, (Morgan,
2009).
Etiologi Abortus
Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan.
Umumnya terdapat lebih dari satu penyebab. Penyebab
terbanyak diantaranya adalah seperti berikut :
 Faktor genetik
 Kelainan kongenital uterus
 Autoimun
 Defek fase luteal
 Infeksi
 Hematologik
 Lingkungan
( Bantuk Hadijanto, 2008 )
Klasifikasi abortus
Abortus menurut terjadinya dibedakan atas dua golongan
yaitu:
1. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara
alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri
kehamilan tersebut. Terminology umum untuk masalah ini
adalah keguguran (Saifuddin 2007;145).
2. Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus
yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan
maupun alat-alat. Abortus provokatus bisa legal karena
ada indikasi medis (disebut abortus medisinalis) yaitu bila
kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu.
Abortus tanpa indikasi medis adalah kejahatan melawan
hukum, disebut abortus kriminalis.
Abortus Spontan
Klasifikasi abortus spontan dapat dibagi menjadi:
1. Abortus imminens
2. Abortus insipien
3. Abortus inkomplit
4. Abortus komplit
5. Abortus Tertunda
6. Abortus Berulang
7. Abortus Infeksiosus
8. Abortus Servikalis
Abortus imminens
Pengertian
Keguguran yang mengancam.
Diagnosisnya terjadi perdarahan bercak
yang menunjukan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan, uterus
membesar sesuai usia kehamilan dan
tes kehamilan positif. Dalam kondisi
seperti ini, kehamilan masih mungkin
berlanjut atau dipertahankan.
(Saifuddin 2006;147).
Abortus imminens
 Tanda dan gejala awal
Perdarahan sedikit, nyeri memilin
karena kontraksi tidak ada atau
sedikit sekali, nyeri dapat berupa
nyeri punggung bawah, pada
pemeriksaan belum ada
pembukaan dan tidak ditemukan
kelainan pada serviks (Pribadi,
2009;109).
Abortus imminens
 Penanganan
Tidur berbaring merupakan unsur penting
dalam pengobatan, karena menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
Pemeriksaan USG dilakukan untuk
menentukan apakah janin masih hidup.
Abortus insipien
 Pengertian
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan
muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam
kavum uteri. Kondisi ini menunjukan proses abortus
sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi
abortus inkomplit atau komplit (Saifuddin, 2006;147).
Abortus insipien
 Tanda dan gejala
perdarahan banyak kadang-
kadang keluar gumpalan,
terjadinya kontraksi uterus yang
mengakibatkan adanya
pembukaan serviks dan ekspulsi
konseptus (Pribadi, 2009;111)
Abortus insipien
 Penanganan
Penanganan abortus insipien dengan
pengeluaran hasil konsepsi, dapat dilaksanakan
dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul
dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12
minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan
bahaya perforasi pada kerokan lebih besar, maka
sebaiknya proses abortus dipercepat dengan
pemberian infus oksitosin dan pemberian
antibiotic selama 3 hari (Saifuddin 2006;147).
Abortus inkomplit
 Pengertian
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis. Diagnosisnya pada
pemeriksaan vaginalis, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Perdarahan dapat banyak sekali, sehingga syok dan perdarahan tidak akan
berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan (Saifuddin 2006;148).
Abortus inkomplit
 Tanda dan gejala
Tanda dan gejala abortus
inkomplit adalah perdarahan
banyak sekali, kontaksi uterus
sangat kuat, serviks sudah
membuka bahkan sebagian dari
hasil konsepsi sudah keluar
akibat kontraksi yang kuat
(Pribadi, 2009;111).
Abortus inkomplit
 Penanganan
Penanganan abortus inkomplit yaitu dengan
pemberian transfusi darah bila HB <8 gram %,
bila ada tanda-tanda syok atasi terlebih dahulu
dengan pemberian cairan, pengeluaran
jaringan secepat mungkin dengan metode
digital atau kuretase, pemberian obat
uterotonika dan pemberian obat antibiotic
selama 3 hari (Pribadi, 2009;111).
Abortus komplit
 Pengertian
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil
konsepsi telah keluar dari kavum uteri (Saifuddin, 2006;148).
 Tanda dan gejala
Ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup,
dan uterus sudah mengecil. Penderita tidak memerlukan
pengobatan khusus (Saifuddin 2006;148).
 Penanganan
Apabila penderita mengalami anemia diberikan transfusi
darah, pemerian utereonika dan pemberian antibiotic
(Saifuddim, 2006; 148).
Abortus Tertunda
(Missed abortion)

 Pengertian
Perdarahan pada kehamilan muda
disertai dengan retensi hasil
konsepsi yang telah mati hingga 8
minggu atau lebih. Biasanya
diagnosis tidak dapat ditentukan
hanya dalam satu kali
pemeriksaan, melainkan
memerlukan waktu pengamatan
dan pemeriksaan ulang (Saifuddin
2006; 148).
Abortus Tertunda
(Missed abortion)

 Tanda dan gejala


Dijumpai dengan gejala amenorea,
perdarahan sedikit-sedikit yang berulang
pada permulaannya, selama diobservasi
tinggi fundus tidak bertambah melainkan
berkurang atau bertambah rendah dan
pada pemeriksaan dalam serviks tertutup
(Pribadi, 2009;112).
Abortus Tertunda
(Missed abortion)

 Penanganan
Dengan memberikan obat dengan
maksud agar terjadi his sehingga
janin dapat dikeluarkan, jika tidak
berhasil dilakukan kuretase,
pemberian obat uteretonika dan
pemberian obat antibiotika (Pribadi,
2009;112).
Abortus Berulang
 Pengertian
Abortus berulang adalah abortus spontan
berturut-turut selama 3 kali atau lebih. Beberapa
peneliti lain menduga abortus berulang
berhubungan dengan kelainan kromosom yang
berkaitan dengan kromosom endokrin dan
system imun (Pribadi, 2009;112).
 Penanganannya yaitu dengan memperbaiki
keadaan umum, pemberian makanan yang
sempurna, anjuran istirahat cukup banyak,
larangan koitus dan olahraga.
Abortus Infeksiosus
 Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai
komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman atau
toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum
dapat menimbulkan septikemia, sepsis atau
peritonitis (Saifuddin 2006; 148).
 Menurut Wiknjosastro abortus infeksiosus adalah
abortus yang disertai infeksi pada genetalia,
sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosus
berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke
dalam peredaran darah atau peritoneum
(Wiknjosastro, 2005;278)
Abortus Servikalis
 Keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangai
oleh ostium uteri eksternum yang tidak
membuka, sehingga semuanya terkumpul
dalam kanalis servikalis dan serviks uteri
menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan
dinding menipis.
 Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi
hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil
konsepsi dari kanalis servikalis
(Wiknjosastro;279).
Abortus Provokatus
Klasifikasi abortus provokatus dibagi
menjadi dua yaitu:
1. Abortus Medisinalis (Abortus Terapeutik)
2. Abortus tidak aman (Unsafe
abortion)/Abortus Kriminalis
Abortus Medisinalis (Abortus Terapeutik)

 Abortus terapeutik adalah terminasi


kehamilan secara medis atau bedah sebelum
janin mampu hidup. Abortus ini legal secara
hukum dan aman bagi pasien (Pribadi,
2009;114).
Abortus tidak aman (Unsafe
abortion)/Abortus Kriminalis

 Aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-


tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis. Upaya untuk
terminasi kehamilan muda dimana
pelaksanaan tindakan tersebut tidak
mempunyai cukup keahlian dan prosedur
standar yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien
(Saifuddin 2006; 148).
Patofisiologi Abortus
 Pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua,
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian
sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi
untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8
minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korialis belum menembus desidua terlalu
dalam, sedangkan pada kehamilan 8 – 14 minggu
telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar
dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu banyak
terjadi perdarahan. (Rustam Mochtar, M. Ph, 1998)
Asuhan kebidanan
pada pasien Abortus
1. Melakukan pendekatan dengan pasien supaya dapat
terjalin kerja sama yang baik antara petugas kesehatan
khususnya bidan dengan ibu sehingga diharapkan
dapat memudahkan dalam pelaksanaan tindakan.
2. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
untuk menumbuhkan rasa percaya ibu dan keluarga
akan membantu. Mengkaji pengetahuan pasien tentang
keadaan yang dialaminya sekarang (abortus) karena
semakin banyak pengetahuan ibu tentang keadaan
yang dialaminya sekarang (abortus) maka akan sangat
membantu ibu untuk mengatasi kecemasan.
Asuhan kebidanan
pada pasien Abortus
3. Meminta ibu untuk menandatangani surat persetujuan tindakan
medis (informed consent): sebagai bukti tertulis bahwa pasien/ibu
bersedia dengan tindakan medis yang akan dilakukan setelah
mendapatkan penjelasan dan informasi.
4 Melakukan tes kahamilan ulang. Tindakan ini bertujuan untuk
memastikan bahwa kehamilan ibu masih dipertahankan atau
tidak.
5 Melakukan intervensi:
 Melakukan pemeriksaan pada ibu dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan ibu dan janinnya. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga
tentang kondisi ibu dan janinnya saat ini sehingga diharapkan dapat
mengurangi kecemasan ibu .
 Memberikan penyuluhan/KIE tentang keadaan saat ini dan tindakan
yang akan dilakukan untuk menangani Abortus yang dialami.
Dilatase dan Kuretase

Você também pode gostar