Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A JOURNAL READING
• Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis
kompleks yang dikaitkan dengan keadaan kadar
glukosa darah yang tinggi, atau hiperglikemia, yang
ter jadi akibat defisiensi sekresi insulin, ker ja insulin,
atau keduanya.
KEKURANGAN:
• TES INI LEBIH MAHAL DAN MUNGKIN TIDAK TERSEDIA DI SEMUA LOKASI.
• HBA1C MUNGKIN TIDAK AKURAT DALAM KONDISI SEPERTI ANEMIA,
HEMOLISIS, DAN HEMOGLOBINOPATI LAINNYA SEPERTI VARIAN SEL SABIT
DAN VARIAN HEMOGLOBIN SEPERTI HBC , HBE, DAN HBD
ADA dan American Association of Clinical Endocrinologists merekomendasikan skrining untuk prediabetes
pada usia 45 tahun atau lebih awal untuk indivu yang asimptomatik dengan faktor resiko yang kuat,
seperti obesitas ( BMI ≥ 25 kg/m2), hipertensi dan riwayat keluarga (first degree relative dengan
diabetes).
GDPT dengan kadar 100 – 125 mg/dL ( 5.6–6.9 mmol/L ), TGT dengan 2 jam post TTGO GDS diantara 140 –
199 mg/dL (7.9–11.0 mmol/L), atau HbA1C 5.7–6.4% mengindikasikan prediabetes.
Pasien dengan kadar HbA1C > 6 % memiliki resiko tinggi untuk berkembang menjadi diabetes dan deteksi
awal adalah penting untuk mencegah keberlanjutan kondisi prediabetes ini.
Pasien yang telah didiagnosis dengan prediabetes dapat dites ulang setelah
setahun, namun tanpa intervensi yang sesuai, 70% individu yang terdiagnosa
dengan prediabetes berkembang menjadi diabetes dalam 10 tahun atau kurang,
tergantung dari faktor resiko.
2) Modifikasi gaya hidup merupakan tindakan cost effective dalam mencegah atau menunda onset dari
diabetes dengan perkiraan 58% pengurangan resiko dalam 3 tahun. ADA sangat merekomendasikan
pasien dengn GDPT, TGT, atau HbA1C 5,7 – 6,4% untuk melakukan konseling perubahan gaya hidup,
mencakup diet dan olahraga.
3) Penurunan berat badan moderat ( 7% dari berat badan ) merupakan komponen penting dalam
mencegah dan tatalaksana diabetes, karena dapat memperbaiki kadar gula darah, dan mempengaruhi
tekanan darah serta kadar kolestrol.
Studi menunjukkan bahwa latihan dapat meningkatkan kontrol glikemik ( menurunkan
kadar HbA1C 0,66% ) dengan atau tanpa penurunan signifikan pada berat badan.
Menurut U.S. Department of Health and Human Services,, orang dewasa berusia ≥18
tahun harus berolahraga minimal 150 menit/minggu dengan latihan intensitas sedang (
contoh berjalan 15 – 20 menit ) atau 75 menit / minggu untuk aktivitas berat ( berlari,
aerobik ) dengan jarak dibagi dalam 3 hari/minggu dengan tidk lebih dari 2 hari berturut –
turut tanpa olahraga. Unruk pasien berusia ≥18 tahun, aktivitas fisik 60 menit sehari
adalah cukup.
Gaya hidup lain yang harus dipertimbangkan pada pasien dengan diabetes adalah
konsumsi alkohol dan penurunan asupan natrium terutama pasien – pasien dengan
komorbid hipertensi, perokok, dan imunisasi tidak lengkap ( influenza, diphtheria,
pertussis, tetanus, pneumococcal, dan hepatitis B ).
Tatalaksana Farmakologis
Terdapat 8 mekanisme yang dapat terjadi sendiri atau kombinas yang berhubungan dengan
mekanisme terjadinya DM tipe II meliputi penurunan sekresi insulin dari sel β pankreas, peningkatan
sekresi glukagon dari sel α pankreas, peningkatan produksi glukosa pada hati, disfungsi
neurotransmitter dan resistensi insulin di otak, peningkatan lipolisis, peningkatan reabsorbsi glukosa
di ginjal, peningkatan efek inkretin pada usus halus, terganggunya uptake glukosa di jaringan perifer
seperti otot, hati, dan jaringan lemak.
Kontrol glikemik yang baik merupakan dasar utama untuk mengelola DM tipe II, berperan penting
dalam mencegah onset dan progesivitas dari komplikasi diabetes.
Pendekatan berbasis pasien dalam memberikan terapi farmakologis. Faktor – faktor yang harus
dipertimbangkan meliputi efektivitas, harga, efek samping, peningkatan berat badan, komorbid, resiko
hipoglikemia, dan keinginan pasien.
Tatalaksana farmakologis pada pasien DM tipe II harus dimulai ketika kontrol
glikemik dari pasien tidak tercapai atau pabila HbA1C meningkat menjadi 6,5%
setelah 2 – 3 bulan intervensi gaya hidup.
Metformin merupakan obat golongan biguanide yang menjadi lini pertama obat antidiabetik oral untuk
semua kelompok umur.
Metformin memiliki toleransi yang baik dan hanya mempunyai efek samping yang minimal, resiko
rendah hipoglikemia, dan resiko rendah peningkatan berat badan.
Metformin mencegah progresivitas dari DM tipe II, menurunkan resiko komplikasi dan menurunkan
mortalitas degnan menurunkan glukoneogenesis dan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin di
perifer.
Bukti lain menunjukkan bahwa metformin menurunkan kada lipid plasma melalui mekanisme
peroxisome proliferator-activated receptor (PPAR)-α sehingga menghambat kejadian kardiovaskular.
Metformin menyebabkan peningkatan berat badan minimal pada individu yang overweight dan
obesitas.
Metformin dengan waktu paruh 5 jam diabsorbsi, didistribusikan di usus, hati, dan ginjal. Eliminasi utama
lewat ginjal, sehingga metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan pasien dengan insufisiensi
renal tahap lanjut dengan GFR < 30mL/min/1.73m2.
Apabila metformin digunakan ketika GFR buruk, dosis harus disesuaikan dan disarankan untuk berhenti
apabila mual, muntah, dan dehidrasi. Sangat penting untuk menilai fungsi ginjal sebelum menggunakan
obat – obatan ini.
Metformin dapat menyebabkan gangguan saluran cerna, seperti diare, mual, dan dispepsia pada 30%
pasien.
Sangat jarang, insulin dapat menyebabkan asidosis metabolik, terutama pada pasien – pasien dengan
insufisiensi renal.
Efektivitas metformin dapat berkurang seiring dengan berjalannya kemajuan penyakit diabetes. Metformin
sangat efektif ketika terdapat produksi insulin yang cukup, namun ketika diabetes mencapai tahap
kegagalan sel β dan menjadi fenotip tipe I, metformin kehilangan efektivitasnya.
Metformin dapat menyebabkan defisiensi vitamin B12 dan asam folat. Hal ini harus dimonitor terutama
pada lansia.
Incretin Mimetic
Incretin berperan dalam merangsang sekresi insulin. Efek incretin berperan dalam 50 – 70% dari total
sekresi insulin setelah intake glukosa oral. Terdapat dua hormon incretin yang memegang peranan
penting dalam memelihara kontrol glikemik : glucose-dependent insulinotropic polypeptide (GIP, or
incretin) and glucagon-like peptide (GLP-1). Peptida ini yang memiliki waktu paruh pendek, dihidrolisis
oleh DPP 4 inhibitor dalam waktu 1 1/2 menit.
Pada pasien dengan DM tipe II, efek incretin berkurang atau tidak ada. Aksi insulinotropik dari GIP
hilang. Incretin menurunkan pengosongan lambung dan menyebabkan penurunan berat badan.
Dengan demikian, obat – obatan ini digunakan untuk individu yang obesitas.
Dua kelas obat ini, meliputi GLP-1 receptor agonists and DPP-4 inhibitors meningkatkan kontrol
glikemik dan menurunkan berat badan, menurunkan tekanan darah sistolik. Hipoglikemia jarang
terjadi ( kecuali apabila digunakan bersama – sama dengan sulfonylurea ) karena mekanismenya yang
glukosa dependen.
AGONIS RESEPTOR GLP-1
yang tersedia exenatide dan liraglutide
Obat-obat ini menunjukkan peningkatan resistensi terhadap degradasi
enzimatik DPP-4.
Efek : pada penurunan berat badan dan meningkatkan disfungsi
metabolisme.
KI : pasien dengan gagal ginjal.
EXENATIDE
Waktu paruh 2,4 jam dua kali sehari.
Pengobatan dengan 10 µg exenatide +metforminpenurunan berat
badan (2,8 kg)
Exenatide : ditoleransi dengan baik, efek gastrointestinal ringan hingga
sedang
LIRAGLUTIDE
•Durasi aksi yang panjang (24 jam).
•Penurunan 1,5% A1C (monoterapi atau kombinasi)
•↓berat badan; + metformin / sulfonylurea (−3,24 kg dengan 1,8 mg
liraglutide).
•↓Tekanan sistolik (rata-rata) (−2.1 hingga −6.7 mmHg).
•Ditoleransi dengan baik, efek samping mual dan hipoglikemia ringan
(risiko↑ + sulfonilurea).
INHIBITOR DPP-4
Dapat dicatat bahwa metformin sequesters asam empedu dalam lumen usus
dan dengan demikian memiliki efek penurun lipid, juga mekanisme yang
sama dapat berkontribusi terhadap produksi gas dan gangguan pencernaan.
KOMPLIKASI
Cardiovascular disease
Aterosklerotik
Dislipidemia
Hiperkoagulopati
Disfungsi sel endotel
Nefropati
Retinopati.
PEMANTAUAN GLUKOSA
Monitor glukosa darah mandiri dan HbA1C adalah komponen integral dari
standar perawatan diabetes.
Kontrol glikemik optimal dicapai ketika FPG adalah 70-130 mg/dL, 2 jam
post prandial <180 mg/dL, dan glukosa sebelum tidur 90-150 mg/dL.
KESIMPULAN
Diabetes mellitus tipe 2 adalah salah satu penyebab utama gagal ginjal, penyakit
kardiovaskular atheroskelrosis, amputasi tungkai bawah non-trauma, kebutaan, dan kematian
di seluruh dunia.
Opsi pengobatan dapat disesuaikan secara individual dan obat dipilih berdasarkan faktor
risiko pasien, tingkat HbA1C saat ini, kemanjuran pengobatan, kemudahan penggunaan, biaya
pasien, dan efek samping seperti hipoglikemia dan kenaikan berat badan.
Efektivitas terapi harus dievaluasi sesering mungkin menggunakan tes darah diagnostik
(HbA1C), serta pemantauan untuk pengembangan komplikasi diabetes (mis., Retinopati,
nefropati, neuropati).
Bukti dari uji coba pencegahan DM tipe 2 yang penting menunjukkan bahwa modifikasi gaya
hidup lebih efektif, lebih murah, dan lebih aman daripada obat-obatan dan memberikan
manfaat berkelanjutan.
Aerobik & resistance
Diet rendah kalori &
Bedah bariatrik training pada paruh
konsultasi ahli diet
baya & obese