Você está na página 1de 23

ABORTUS PROVOKATUS

Dr. Iwan Aflanie, M.Kes, Sp.F, SH


“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan)
yang benar.”
(QS. Al-Isra’ : 33)
PENDAHULUAN

Alasan abortus yang dibuat (abortus provocatous) sebagian besar


adalah karena kehamilan yang tidak dikehendaki. Sebenarnya untuk masa
kini kejadian ini adalah suatu keadaan yang kontradiktif. Disatu pihak
segala macam sarana untuk mencegah kehamilan dapat diperoleh dengan
mudah, dilain pihak masih juga ada wanita yang tidak menghendaki adanya
kehamilannya dan berusaha dengan segala daya upaya untuk
mengugurkannya serta tidak jarang menimbulkan akiat-akibat yang tidak
diinginkan.

Di Indonesia abortus provokatus adalah suatu tindak pidana, sehingga


dokter dapat diminta bantuannya oleh polisi selaku penyidik untuk
memeriksa kasus tersebut.

Kasus abortus di Indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak


si ibu yang merupakan korban juga sebagai ‘pelaku’ sehingga sukar
diharapkan adanya laporan abortus. Umumnya kasus abortus diajukan ke
pengadilan hanya bila terjadi komplikasi (si ibu sakit berat/mati) atau bila
ada pengaduan dari si ibu atau suaminya (dalam hal izin).
Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan
menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran,
tanpa melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan
pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati (Yurisprudensi
Hoge Raad HR 12 April 1898).

Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan


dilakukan, kandungan tersebut masih hidup (HR 1 November 1897, HR 12
April 1898).
Abortus menurut pengertian secara medis ialah gugur
kandungan atau keguguran dan keguguran kandungan itu sendiri
berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat hidup
sendiri diluar kandungan.

Batasan umur kandungan 28 minggu dan berat badan fetus


yang keluar kurang dari 1000 gram. Definisi ini sekarang telah
berubah sehingga lama kehamilan untuk istilah aborsi adalah
kurang dari 20 minggu.
WHO melaporkan setiap tahun 42 juta wanita mengalami kehamilan
yang tidak diinginkan unintended pregnancy yang menyebabkan
abortus, terdiri dari 20 juta merupakan unsafe abortion, yang paling
sering terjadi pada negara-negara dimana abortus itu illegal
Aborsi masih merupakan masalah kontroversial
di masyarakat Indonesia

Merupakan masalah kesehatan masyarakat

Kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi


sering tidak muncul dalam laporan kematian,
tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau
sepsis.
 Abortus spontan Tidak memiliki
 Abortus karena kecelakaan dampak hukum

 Abortus provokatus :
Abortus provokatus terapeutikus
Abortus provokatus kriminalis
Obat-obatan
 langsung pada uterus
 sistem genito-urinaria
 sistem gastro-intestinal
 racun secara sistemik
Kekerasan mekanik
Umum
 langsung pada uterus
 tidak langsung mengenai uterus
Lokal
 Merobek selaput amnion
 Penggunaan ganggang laminaria
 Stik abortus
 Penggunaan jarum suntik
 Menyalurkan listrik tegangan rendah
Kemungkinan yang dapat terjadi pada abortus:
1.Tanpa komplikasi pada ibu
2.Terjadi komplikasi

reflek vagal

cepat perdarahan hebat


3. Kematian
emboli

lambat
Perdarahan dan syok
Syok neurogenik
Infeksi
Emboli udara
Ruptur uterus
Kegagalan ginjal
Korban hidup
Tanda kehamilan

Tanda usaha penghentian kehamilan

Tanda-tanda abortus yang baru terjadi


 Abortus dengan obat-obatan  toksikologi

 Abortus dengan instrumen  robekan atau perforasi rahim atau jalan


lahir

 Abortus dengan penyemprotan  cairan yang berbusa diantara dinding


uterus dengan fetal membran
Pembuktian kematian oleh karena abortus:

Px : 1. Umur kehamilan
2. Hubungan antara abortus dengan kematian
3. Hubungan saat dilakukannya abortus dengan saat kematian
4. Kesesuaian barang bukti yang digunakan dengan metode
yang digunakan
 Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP)

 UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


KUHP : 299, 346, 347, 348, 349, 535
Dapat ditarik kesimpulan :
1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia
menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun.
2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil,
dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12
tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun.
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun
penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun
penjara.
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut
seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman
hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat
dicabut.
Pasal 75 UU no 36 th 2009

(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.


(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma


psikologis bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan


perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 194 uu no 36 th 2009

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai


dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).

Você também pode gostar