Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja Pembayaran Bunga Utang
A
P
Pemerintah Subsidi B
Pusat N
Belanja Hibah
A Bantuan Sosial
P Belanja Lainnya
B
N
Dana Perimbangan A
Belanja P
Untuk Daerah Dana Otonomi Khusus
B
Dana Penyesuaian D
Kebijakan Fiskal Nasional
otoritas
Implementasi
Pemerintah Pemerintah
Otoritas
Sumber Daerah
Pendanaan
APBD
Dana Bagi Hasil
Pendapatan Asli (Revenue Sharing)
Desentralisasi Daerah (PAD)
Dekonsentrasi DAU / General
Dana Allocation Fund
Perimbangan (DBH)
Tugas
Pembantuan Pendapatan DAK / Specific
Allocation Fund
dari Pemerintah Lainnya (DBH)
Pusat ke Pengeluaran
Pemerintah Penggunaan SILPA
Daerah Surplus/Defisit
Pembiayaan Dana Cadangan
Daerah
mengatur
OTONOMI DAERAH UU 23/2014 UU 32/2004
DAN DESENTRALISASI revisi
FISKAL UU 33/2004 UU 25/1999
diikuti Penataan
Pengalihan Dan Perimbangan
Kewenangan Keuangan Daerah
Pengertian dan Konsep Desentralisasi
Desentralisasi: alat mencapai tujuan bernegara dalam rangka memberikan
pelayanan umum yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan
keputusan yang lebih demokratis
ADMINISTRATIF
ASPEK KEBIJAKAN DESENTRALISASI
FISKAL
EKONOMI
HORIZONTAL
Terciptanya demokratisasi
PUSAT DAERAH
Belanja Pusat
di Pusat
Belanja 6 Urusan Mutlak
Pemerintah
Pusat Belanja Pusat Kanwil di Daerah
di Daerah
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang Di luar 6 Urusan
3. Belanja Modal
A 4. Pembayaran Bunga Utang Dikerjakan sendiri Dana Sektoral
Melalui UPT di Daerah
P 5. Subsidi
Belanja Hibah Dilimpahkan ke Dana
B 6.
Gubernur Dekonsentrasi
7. Bantuan Sosial
N 8. Belanja Lain-lain Ditugaskan ke
Gub/Bupati/ Dana Tugas
Walikota Pembantuan
Belanja
Untuk Daerah
APBD
1. Dana Perimbangan
Dana
2. Dana Otonomi Khusus Desentralisasi
Dana Darurat
BELANJA UNTUK DAERAH
Kehutanan
*) DAK Dana Reboisasi (DR) mulai TA 2006 masuk sebagai Dana Bagi Hasil Kehutanan
Dana Bagi Hasil
PEMERINTAH PUSAT
(10%)
DIBAGI SEBAGAI INSENTIF
HASIL PENERIMAAN PADA KAB/KOTA
PBB (35%)
DAERAH PROVINSI
PEMERINTAH DAERAH (16,2%)
(90%)
KAB/KOTA BERSANGKUTAN
(64,8%)
BIAYA PUNGUT
(9%)
Penyaluran DBH Pajak
Pemerintah
Pusat (20%)
Daerah
Hasil Penerimaan Propinsi (16%)
BPHTB
Pemerintah
Daerah (80%)
Daerah
Kabupaten/Kota
(64%)
Penetapan Alokasi DBH Pajak
Kehutanan
Pertambangan Umum
Perikanan
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Pertambangan Panas Bumi
DBH SDA Kehutanan
Setoran Bagian Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (12,2%) 0,2% untuk Anggaran Pendidikan Dasar
Pemerintah
Pertambangan Pusat (20%)
Panas Bumi Iuran Tetap dan
Produksi Daerah (80%) 16 % Provinsi; 32% Kab/Kota Penghasil; 32% Kab/Kota dalam satu provinsi
PENDAPATAN
DALAM NEGERI
NETTO (PDN Netto)
LUMPSUM
BELANJA PEGAWAI
TAHUN 2003: 10%
TAHUN 2003 DAN 2004: KEBUTUHAN KAPASITAS
DARI DAU PROV
30% DARI DAU PROV FISKAL FISKAL
TAHUN 2004: 5% DARI
DAU PROV
Formula DAU
Diagram Skema Kebijakan Pemerintah tentang Alokasi DAU Kabupaten/Kota
BELANJA PEGAWAI
LUMPSUM
THN 2003: 45% DAU KK KEBUTUHAN KAPASITAS
TAHUN 2003 & 2004:
THN 2004: 40% DAU KK FISKAL FISKAL
5% DARI DAU KK
Lanjutan ……….DAU
Kebutuhan fiskal :
Jumlah Penduduk,
Luas Wilayah,
Indeks Kemahalan Konstruksi,
Indeks Pembangunan Manusia, dan
PDRB per Kapita
Lanjutan …
Kapasitas Fiskal :
Pendapatan Asli Daerah,
Dana Bagi Hasil SDA, dan
Dana Bagi Hasil Pajak.
Penghitungan Alokasi Dasar
Jumlah Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah
geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan
atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi
bertujuan menetap.
Data jumlah penduduk untuk perhitungan DAU merupakan
hasil rekonsiliasi antara BPS dengan Ditjen Minduk, Depdagri
Basis Jumlah penduduk menggunakan data proyeksi yang
berbasiskan pada data Sensus Penduduk.
PDRB/Cap
Keterangan :
TBR : Total Belanja Rata-rata APBD;
IP : Indeks Jumlah Penduduk;
IW : Indeks Luas Wilayah;
IKK : Indeks Kemahalan Konstruksi;
IPM : Indeks Pembangunan Manusia;
PRDB/cap : Indeks PDRB per kapita
: Bobot Indeks.
Catatan:
Bobot 1, 2, 3, 4, dan 5, ditentukan dengan mempergunakan
pertimbangan pembobotan secara proporsional utk mencapai
tingkat pemerataan fiskal antar daerah terbaik, dengan
menggunakan indikator Coef of Variation dan Index Williamson
KAPASITAS FISKAL (KpF)
54
Lanjutan ...
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Infrastruktur :
Jalan
Irigasi
Air Bersih
4. Kelautan dan Perikanan
5. Pertanian
6. Prasarana Pemerintahan Daerah
7. Lingkungan Hidup
PENGGUNAAN DAN KEGIATAN DAK
Pendidikan
Kesehatan
Penggunaan: Untuk dapat meningkatkan jangkauan, dan
kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat di
Kabupaten/Kota terutama kelompok Kabupaten/Kota dengan
derajat kesehatan masyarakat yang belum optimal.
Kegiatan, diarahkan untuk:
Pembangunan baru/ rehabilitasi Puskesmas, Puskesmas
Pembantu (Pustu), Puskesmas Keliling (Pusling), dan Pondok
Bersalin Desa (Polindes);
Peningkatan fisik Puskesmas menjadi Puskesmas rawat inap,
Pustu menjadi Puskesmas;
Pembangunan baru/ Rehabilitasi rumah dinas dokter,
perawat, dan bidan Puskesmas dan jaringannya;
Kesehatan………… (lanjutan)
Infrastruktur
Penggunaan: untuk meningkatkan tingkat pelayanan transportasi dan
aksesibilitas, meningkatkan tingkat pelayanan jaringan irigasi untuk
mendukung Program Ketahanan Pangan, dan meningkatkan pelayanan
air bersih yang dikelola masyarakat.
Pertanian
Penggunaan : Untuk meningkatkan sarana/prasarana
pertanian guna mendukung ketahanan pangan dan
agribisnis.
Kegiatan, diarahkan untuk :
Sarana dan Prasarana Kelembagaan
Perbenihan/Pembibitan;
Sarana dan Prasarana untuk Penangkar
Benih/Pembibitan;
Sarana dan Prasarana Penyuluhan Pertanian;
Lingkungan Hidup
Penggunaan: Untuk mendukung kegiatan pengadaan
sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan hidup.
1. Kriteria Umum
Ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan
keuangan daerah. Kriteria umum dihitung untuk
melihat kemampuan APBD untuk membiayai
kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pembangunan
daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum
APBD dikurangi belanja pegawai. Daerah yang
memiliki kemampuan keuangan dibawah rata-rata
nasional mendapatkan alokasi DAK.
KRITERIA PENGALOKASIAN ……….. (lanjutan)
2. Kriteria Khusus
Ditetapkan dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan yaitu otonomi khusus NAD dan
Papua.
Karakteristik Wilayah : daerah pesisir dan kepulauan,
daerah perbatasan dengan negara lain, daerah
tertinggal/terpencil, dan daerah yang masuk kategori
ketahanan pangan.
Hasil Kesepakatan Pemerintah dan DPR menambah
karakteristik wilayah yaitu : daerah rawan banjir/longsor,
daerah penampung dan penerima pengungsi, daerah
penerima transmigrasi, daerah pasca konflik, daerah
rawan pangan/kekeringan, dan daerah yang memiliki
pulau terluar.
KRITERIA PENGALOKASIAN ……….. (lanjutan)
3. Kriteria Teknis
Ditetapkan oleh kementerian negara/departemen
teknis, yang dicerminkan dengan indikator-indikator
yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi
sarana/prasarana pada masing-masing
bidang/kegiatan yang akan didanai oleh DAK.
Kriteria Teknis....(lanjutan)
Pendidikan :
Jumlah ruang kelas setara SD yang mengalami
kerusakan berat;
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK).
Kesehatan :
Human Poverty Index (Indeks kemiskinan
masyarakat);
Jumlah Puskesmas (Perawatan dan Non
Perawatan), Puskesmas Pembantu (Pustu), Pondok
Bersalin Desa (Polindes), Puskesmas Keliling
(Perairan dan Roda Empat), Rumah Dinas Dokter
dan Paramedis;
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK).
Kriteria Teknis....(lanjutan)
Infrastruktur :
Infrastruktur jalan :
Panjang Prasarana Jalan (km);
Panjang Prasarana Jalan dalam Kondisi Mantap (km);
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK).
Infrastruktur Irigasi :
Luas Daerah Irigasi Keseluruhan (ha);
Luas Daerah Irigasi fungsional (ha);
Kondisi Kerusakan Irigasi (ha)
Produksi Padi (ton)
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK).
Infrastruktur Air Bersih Perdesaan :
Jumlah desa (Desa);
Jumlah Desa Rawan Air Bersih (Desa);
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK).
Kriteria Teknis....(lanjutan)
Pertanian :
• Jumlah Balai Perbenihan/Pembibitan (unit);
• Populasi Ternak (ekor);
• Luas Lahan Pertanian (ha);
• Jumlah Kantor Penyuluh Pertanian (unit);
• Jumlah Penyuluh (orang);
• Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK).
Tidak
(Kriteria Teknis)
Bobot Teknis (BT) =
(Kriteria Khusus) Ya
IT * IKK
Otonomi Khusus Layak
Tidak
Indeks Fiskal dan Wilayah (IFW) = Indeks Fiskal dan Wilayah (IFW) =
f (IFN, IKW) f (IFN, IKW)
(X1 +
X 2 +.... +X 7 )i
IKWi =( ) ×N )
∑( X 1 +X 2 +.... +X 7)n
N = Jumlah Daerah
IKWi = Indeks Karakteristik Wilayah Daerah i
X1 – X7 = Bobot Karakteristik Wilayah
X1 = Daerah Perbatasan Darat; X2 = Daerah Pesisir dan Kepulauan; X3 = Daerah
Pasca Kerusuhan; X4 = Daerah Rawan Banjir dan longsor; X5 = Daerah ketahanan
pangan; X6 = Daerah Tertinggal dan Terpencil; X7 = Daerah yang menampung
program transmigrasi.
Xi = 1, jika daerah i termasuk karakteristik wilayah yang dipertimbangkan.
Xi = 0, jika daerah i tidak termasuk karakteristik wilayah yang dipertimbangkan.
Perhitungan Indeks Fiskal dan Wilayah
Perlakuan Invers pada IFN adalah untuk menyamakan arah pengaruh dengan
IKW terhadap IFW.
Karena IFN adalah filter pertama maka a1=a2; a1=0,5 dan a2=0,5 ditentukan
berdasarkan simulasi yang terbaik.
Perhitungan Indeks Daerah
Lingkungan
Air Bersih Perikanan Pertanian
Hidup
RUMUS UMUM PERHITUNGAN INDEKS
DAN BOBOT TEKNIS
Rata-rata Indeks =
(Indeks Balai Benih i + Indeks Populasi Ternak Besar i
+ Indeks Luas Lahan Pertanian i + Indeks Penyuluh i +
Indeks Kantor BPP i ) : 5
Administrasi kegiatan;
Penelitian;
Pelatihan; dan