Você está na página 1de 17

Terapi Farmakologi Pada

Penyakit Pernapasan
Oleh :
Ns. Weny Amelia, M.Kep., Sp.Kep.MB
Pengantar
• Pada bab ini akan dibahas 2 bidang penting dalam penyakit pernapasan ,
yaitu pengobatan dan pencegahan bronkokonstriksi & pengobatan thd
batuk.
• Bronkokonstriksi : penyempitan jalan nafas, khususnya bronkioli.
Penyempitan tsb disebabkan o/ kontraksi otot atau akibat reaksi radang. Hal
ini dpt disebabkan o/ sentuhan (ex: intubasi & bronkoskopi), bahan kimia
(ex: alergen / asap), atau dingin.
• Bronkospasme mengakibatkan gangguan pertukaran dan sulit u/ bernapas
(asma, PPOK)
• Pengobatan ditujukan thd pelebaran jalan nafas, dg melemaskan otot
bronkioli atau mengurangi reaksi radang.
Obat Bronkodilator
Di Klinik

Agonis Turunan
Antikolinergik
β-adrenergik Xantin
Agen β-adrenergik

• Otot polos bronkioli dikendalikan o/ sususan saraf simpatis. Reseptor β-2


berespons thd rangsangan adrenergik dg mengendurkan otot sehingga
ventilasi bertambah.
• Agen adrenergik yg digunakan sbg bronkodilator
1. Orkiprnalin (Nama Generik)  Alupent (Nama Dagang)
2. Salbutamol (NG)  Ventolin (ND)
3. Terbutalin (NG)  Bricanyl (ND)
4. Fenoterol (NG)  Berotec (ND)
Lanjutan...

• Obat2 ini berbentuk sirup, tablet, suntikan, dan aerosol.


• Keunggulan aerosol diantaranya dosis kecil dan bekerja langsung pd
jaringan terkait shg kemungkinan reaksi obat yg merugikan sangat kecil,
selain bekerja lebih cepat dan sangat penting untuk individu yg sedang
sesak nafas.
• Lama kerja agens ini (kecuali fenoterol) adalah 6-8 jam shg perlu 3-4 dosis
perhari. Fenoterol bekerja lebih lama dan hanya perlu 2-3 dosis perhari.
Obat Antikolinergik

• Salah satu cara mencegah refleks bronkokonstriksi adalah memakai obat


antikolinergik ( menyerupai atropin), seperti : ipratropium (atrovent) yg
dapat berupa aerosol
Turunan Xantin
• Yg termasuk dalam kelompok turunan xantin : teofilin dan aminofilin.
• Keduanya bekerja sbg stimulan sistem saraf pusat dan jantung serta merelaksasi
otot polos. Obat ini u/ mengatasi bronkospame.
• Tutunan xantin ini juga dipakai u/ mengobati emfisema paru, gagal jantung
kongestif, asma bronkial atau kardial, bronchitis.
• Teofilin dpt berupa tablet dan cairan. Aminofilin dalam bentuk supositoria,
suntikan IM dan IV. (secara IM tdk disarankan karena akan berakibat nyeri hebat)
• Dosis oral aminofilin : 300-1200mg/hari yg dibagi dlm beberapa dosis, teofilin 900
mg.hari juga dlm bbrpa dosis. Teofilin ada yg berbentuk lepas-berkala (diminum 2x
sehari, dan tdk boleh dibagi). Dosis aminofilin IV 250-750 mg.
Lanjutan....

• Reaksi merugikan xantin oral adalah mual dan muntah shg obat tsb
sebaiknya diminum sesudah makan. Untuk alasan itu pula, dapat digunakan
bentuk rectal. Reaksi merugikan xantin IV jika terlalu cepat disuntikkan
adalah sakit kepala, wajah kemerahan, palpitasi, pusing, aritmia, takikardia,
hipotensi, dan nyeri.
Terapi Kostikosteroid

• Tujuan terapi kortikosteroid : mengurangi radang.


• Saat radang berkurang, terjadi sedikit bronkodilatasi dan edema paru pun
berkurang. Pd serangan akut, dpt diberi hidrokortison suksinat-Na secara IV,
atau prednison, prednisolon atau betametason peroral yg dimulai dg dosis
tinggi (hingga 60mg/hari), kemudian diturunkan secara berangsur2.
Implikasi Keperawatan
• Pengkajian
Jika obat yg digunakan mempengaruhi sistem pernapasan, hasil pengamatan thd
parameter kardiovaskular dan respiratori harus dicatat, spt tanda hipoksia dan
hiperkapneau. Perawat harus mengetahui obat yg umumnya digunakan u/ profilaksis
dan obat yg digunakan u/ mengatasi serangan akut bronkokonstriksi.
• Intervensi pemberian obat
Preparat jenis xantin oral jenis lepas-berkala hendaknya diberi 2x sehari dan harus
ditelan utuh. Preparat tsb dianjurkan u/ diminum bersama makanan u/ mengurangi
mual dan muntah, dalam terapi xantin ini akan ada diuresis.
Aminofilin infus harus diberikan secara perlahan. Untuk mempertahankan aliran dg
tepat hendaknya dipakai pompa infus / set mikrodrip. Jg campur obat lain ke dalam
infus aminofilin karena sangat sering timbul inkompatibilitas.
Lanjutan....
• Evaluasi
Evaluasi keperawatan thd bronkodilator mencakup hal berikut :
1. Mengevaluasi kemajuan klinik fungsi pernapasan
2. Mengobservasi adanya efek samping khususnya efek kardiovaskular
3. Mengevaluasi praktik pemberian mandiri untuk mencegah pemakaian
aerosol berlebihan
4. Mengevaluasi teknik penggunaan aerosol, inhaler mekanik atau nebulizer
Pendidikan Kesehatan

• Dalam hal intervensi ini, perawat memberikan penkes pada pasien ttg cara
penggunaan bronkodilator yang benar dan teknik pemberian mandiri,
karena kegagalan pengobatan sering kali terjadi akibat teknik yg keliru.
• Pasien harus langsung mengobservasi praktik teknik serta hasilnya. Pd
pasien anak, orang tua harus dilibatkan. Pasien harus mengetahui obat yg
digunakan u/ pencegahan dan obat yg digunakan u/ mengatasi serangan
akut.
Pengobatan Batuk

• Batuk adalah refleks penting u/ mempertahankan keterbukaan jalan napas.


• Batu ada 2 macam :
1. Batuk produktif  batuk yg mengeluarkan sekret
2. Batuk non-produktif  batuk kering (tidak ada sputum)
• Batuk ini harus ditangani dg menghilangkan sumber iritasinya atau
mengencerkan sekretnya, atau harus dihentikan.
Menghilangkan sumber iritasi Mengencerkan sekret
• Jika batuk disebabkan o/ iritasi faring gunakan • Pengenceran sekret agar lebih produktif
substansi demulsen (menghilangkan iritasi, dapat dilakukan dg ekspektoran /mukolitik
meredakan batuk) spt sirup dan gliserin yg
melapisi dan menyejukkan area tsb.
• Jika iritasi berasal dr daerah faring, udara yg
lembab dan hangat akan membantu (inhalasi
uap air). Jika penyebabnya adalah bakteri
perlu pengobatan anti-infeksi (penisilin,
eritromisin, tetrasiklin, sulfonamida)
Agen mukolitik
Ekspektoran • Agen mukolitik adalah substansi yg memecah
Ekspektoran merangsang mukus.
batuk dan sel2 penghasil • Asetil sistein (mucomyst) bekerja memecah sputum
sekret u/ memproduksi sekret kental, tetapi substansi yg telah pecah itu berbau
encer. kyrang sedap shg kurang disukai. Agen ini diberi
Cth : gliseril guaiakolat, melalui respirator dan bekerja dalam beberapa
iodida, senyawa amonium, menit.
Na-sitrat. • Obat tsb dapat menimbulkan bronkospasme shg
sebelum menggunakannya sebaiknya pasien diberi
bronkodilator terlebih dahulu.
• Bromheksin (bisolvon) mempengaruhi pembentukan
mukus yg lbh encer dan lbh mudah dikeluarkan.
Pengobatannya memerlukan waktu 3-4 minggu.
Implikasi Keperawatan

• Pengkajian
Pola batuk yg berkiatan dg waktu kejadian (pagi,siang, malam), lama, dan
frekuensi harus ditentukan. Efek batuk thd pasien harus diamati, khususnya
apakah terlihat menimbulkan keletihan, warna, dan efek thd istirahat/tidur.
Jika batuk produktif karakteristik sputum harus dikaji, selain kemampuan
pasien mengeluarkan sekret dr percabangan bronchial. Di bbrpa RS perawat
dpt memberi obat batuk tanpa resep dokter. Sebelumnya perawat itu perlu
mengetahui apakah batuk itu harus ditekan atau diberi ekspektoran.
• Intervensi pemberian obat
Kombinasi obat (ex: ekspektoran dg antihistamin) sebaiknya tidak digunakan, kec jika
dikehendaki o/ dokter. Pasien yg diberi asetilsistein (mucomyst) harus diberi tahu
sebelumnya ttg bau yg tidak sedap yg b/d pengobatan tsb.
• Evaluasi
Perubahan pola batuk, adanya sputum dan pengaruh supresi obat thd ventilasi harus
diobservasi dan dicatat.
• Pendidikan kesehatan
Pasien yg minum bromheksin (bisolvon) harus diberi tahu bahwa hasil pengobatan
tidak segera tampak dan obat itu harus diteruskan selama 1 bulan sebelum ada
hasilnya. Teknik pemberian inhalasi harus diajarkan jika diperlukan. Pasien harus
diwaspadai thd kemungkinan efek kantuk dari obat batuk.

Você também pode gostar