Você está na página 1de 16

ANALISA CEKUNGAN

BANGGAI,
SULAWESI TENGAH

FAHRU 410016098
IRGHI REYNALDI ADAM 410016066
LIDIA APRILITA 410016045
KIRANA 410015124
LUSINDA RIZKI R. 410014151
OUTLINE
Pendahuluan
01 Fisiografi dan Mandala Geologi

Pembahasan
02 Tektonik Setting
Stratigrafi
Potensi

Penutup
03 Kesimpulan
Pendahuluan
Fisiografi

Cekungan Banggai terletak di timur Sulawesi,


selatan Laut Maluku, ialah daerah yang sudah lama dikenal
sebagai salah satu batas aktif paling rumit dalam geologi.
Cekungan Banggaisecara historikal, dan potensi hidrokarbon
(minyak dan gas bumi) yang terkandung di sana dan masih
belum tergali secara maksimal.

Gambar 1. Peta Lokasi Cekungan Banggai.


Mendala Geologi

Sulawesi terbagi menjadi 4 (empat)


mendala geologi utama, yaitu (1) Mendala Sulawesi
Barat, merupakan busur vulkano-plutonik yang
membentang dari lengan selatan sampai lengan
utara, (2) Mendala Sulawesi Tengah, yang ditempati
oleh fasies metamorfik skis biru, (3) Mendala
Sulawesi Timur, yang merupakan lajur ofiolit, dan (4)
Mendala Benua yang terdiri atas blok benua
Banggai – Sula dan blok benua Sulawesi Tengara -
Buton – Tukangbesi (Sukamto, 1975; Simandjuntak,
1993; Helmers drr., 1990; Smith dan Silver, 1991).

Gambar 2. Pembagian mendala geologi daerah Sulawesi dan sekitarnya, dikompilasi


berdasarkan Sukamto (1975), Simandjuntak (1993), Helmers drr. (1990),
Parkinson(1991), Smith & Silver (1991), and Bachri & Baharuddin, 2001).
Pembahasan
Tektonik Setting
Banggai-Sula Mikrokontinen merupakan
bagian dari benua Australia Utara-New Guinea.
Cekungan ini terbentuk sebagai akibat adanya
pensesaran mendatar dari Sistem Sesar Sorong
yang merupakan sesar transform mengiri. Di
daerah Kepulauan Sula dan Kepulauan Banggai,
Sesar Sorong ini terurai menjadi Sesar Sula
Selatan dan Sesar Sula Utara, yang di ujung
kedua sesar tersebut membentuk sesar naik Batui
.Sistem Sesar Sorong telah membawa pecahan
dari Paparan Baratlaut Australia ke Sulawesi. Di
lengan timur sistem sesar ini mengakibatkan
terjadinya obdaksi ofiolit, yang diiukti oleh
pengendapan material sin-orogenik sampai pasca
orogenik di Cekungan Luwuk -Banggai. Sebaran
sedimen paparan benua, sedimen sin – pasca
tumbukan serta batuan ofiolit
Gambar 2. Kerangka Perkembangan Tektonik Mikro-kontinen Banggai-Sula (op.cit
BATM Report, 2011)
Evolusi Tektonik
Menurut Wahyudiono dan
Gunawan (2011) evolusi tektonik di
daerah Cekungan Luwuk Banggai
dan sekitarnya dapat
disederhanakan menjadi dua tahap,
yaitu tahap Pra-Tersier dan tahap
Tersier, sebagaimana diterangkan
sebagai berikut:

Evolusi Tektonik Pra-Tersier


Evolusi Pra-Tersier terdapat
di mendala mikrokontinen Banggai-
Sula. Evolusi Pra-Tersier menurut
Simandjuntak (1986) bahwa tektonik
Banggai-Sula bersama-sama
dengan mikrokontinen di Indonesia
bagian timur mempunyai sedikitnya
dua hiatus sejak awal Jura.
Sumber: Garrard drr., (1988)

Gambar 4. Evolusi tektonik Sulawsi timur dan Banggai Sula selama Miosen Awal - Pliosen Akhir .
Evolusi Tektonik (Lanjutan)

Menurut Surono drr. (1994) pada zaman Akhir Kapur kerak samudera bergerak ke barat menunjam di pinggiran
benua, bersamaan ini Mandala Sulawesi Timur mengalami deformasi pertama. Selanjutya diikuti oleh evolusi
tektonik Tersier.

Evolusi Tektonik Tersier

(1) Fase Pra Tumbukan Benua


Sementara itu menurut Garrard drr.(1988) pada akhir Paleogen hingga Miosen Awal, mikrokontinen
Banggai-Sula masih bergerak ke baratdaya mendekati Sulawesi dengan difasilitasi oleh gerakan mendatar
Sesar Sorong. Mikrokontinen ini terdiri atas batuan alas kerak benua yang ditutupi oleh runtunan batuan
sedimen Mesozoikum (Gambar 10). Mikrokontinen ini menyambung dengan kerak samudera di bagian baratnya
yang menunjam ke arah barat di bawah Sulawesi (Lempeng Asia).
Evolusi Tektonik (Lanjutan)

(2) Fase Tumbukan


Diperkirakan pada sekitar Miosen Akhir mikrokontinen Banggai-Sula mulai berbenturan dengan
Sulawesi bagian timur, sehingga di Sulawesi Timur terjadiobdaksi batuan ofiolit dan terjadi imbrikasi pada
batuan sedimen asal paparan benua, dengan batas barat Sesar Batui (deformasi ketiga). Sementara itu di
daerah mikrokontinen di sebelah timurnya terjadi sembulansembulan, antara lain berupa Pulau Peleng, dan
saat itulah Cekungan Luwuk-Banggai mulai terbentuk.

3) Fase Pasca- Tumbukan


Pada Pliosen Akhir Cekungan Luwuk-Banggai telah terbentuk dan diikuti pengendapan sedimen
mollasa di cekungan tersebut, serta cekungan di sebelah timur Pulau Peleng dan Pulau Banggai, yang
merupakan Paparan Taliabu.
Stratigarafi

Mikrokontinen Banggai-Sula berisi urutan


stratigrafi menarik berumur Paleozoikum hingga Kuarter.
Formasi tertua termasuk metamorfosis diterobos oleh
granit Permo-Triassic dan ditindih oleh batuan vulkanik
berkomposisi asam. Kompleks batuan dasar secara tidak
selaras ditutupi oleh batuan klasik laut dangkal Formasi
Kabauw yang berumur Yura awal dan Formasi Bobong.
Serpih hitam restricted marine dan batulempung Formasi
Buya yang berumur Yura akhir hingga Kapur awal
menindih selaras di atasnya. Di Kepulauan Taliabu dan
Mangole, Formasi Buya ditutupi oleh karbonat laut dalam
Formasi Tanamu yang berumur Kapur. Di lokasi lain,
batugamping platform Formasi Salodik dan Pancoran
yang berumur Eosen dan Miosen menindih selaras pada
formasi yang lebih tua.
Potensi
Potensi Migas

Berdasarkan data penelitian sebelumnya dan data Studi


stratigrafi yang berkaitan dengan petroleum system, diketahui yang
memiliki potensi sebagai batuan induk, yakni serpih Formasi Tomori
dan Formasi Matindok, sedangkan batuan reservoar adalah Formasi
Tomori (lower platform limestone unit), Formasi Minahaki (upper
platform limestone unit), dan Anggota Mantawa.
Penutup
Kesimpulan

Cekungan Luwuk – Banggai adalah cekungan sedimen yang


terletak di antara lengan timur dan Kepulauan Banggai. Cekungan ini
terbentuk sebagai akibat adanya pensesaran mendatar dari Sistem
Sesar Sorong yang merupakan sesar transform mengiri.
Menurut Wahyudiono dan Gunawan (2011) evolusi tektonik di
daerah Cekungan Luwuk Banggai dan sekitarnya dapat
disederhanakan menjadi dua tahap, yaitu tahap Pra-Tersier dan tahap
Tersier.
Evolusi Tektonik Tersier terbagi menjadi tiga yaitu Fase Pra
Tumbukan Benua, Fase Tumbukan, dan Fase Pasca- Tumbukan.
Penutup
Referensi

• Muhartanto, Arista dan Purwanto, T. (2011). Potensi Batuan Induk Di Cekungan


Banggai, Sulawesi Tengah. Fakultas Teknologi Kebumian & Energi, Usakti
• Bachri, S. (2015). PROSPEK CARBON CAPTURE AND STORAGE (CCS)
CEKUNGAN LUWUK-BANGGAI DARI SUDUT PANDANG GEOLOGI. Jurnal Geologi
dan Sumberdaya Mineral, 16(1), 15-21.
• Garrard, R. A., & JB Supandjono, S. (1988). The geology of the Banggai-Sula
microcontinent, eastern Indonesia.
• Zakaria, Z., & Sidarto, S. (2015). Aktifitas Tektonik di Sulawesi dan Sekitarnya Sejak
Mesozoikum Hingga Kini Sebagai Akibat Interaksi Aktifitas Tektonik Lempeng
Tektonik Utama di Sekitarnya. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 16(3), 115-
127.
Thank you

Você também pode gostar