Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
2
Politik adalah segala aktivitas atau sikap yang bermaksud mengatur
kehidupan masyarakat. Politik mengandung unsur kekuasaan untuk membuat
hokum dan menegakkannya dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan
(Salim, 1994:291). dalam berpolitik terkandung tugas :
Ri’ayah yaitu Pemeliharaan
ri’ayah ishlah
Islah yaitu perbaikan
ta’dib
Ta’dib yaitu membuat orang menjadi beradab
3
Dalam Islam, politik harus netral dari keinginan nafsu dan merupakan
wujud fungsi sebagai khilafah Allah. Sikap politik yang ideal secara historis
dapat dicontoh dari kisah awal kepemimpinan Islam yang dipegang oleh Nabi
Muhammad SAW dan kemudian diteruskan oleh para Khulafaur Rasyidin
(empat khalifah pengganti nabi).
4
Politik dalam Islam bertujuan untuk iqamatud din wa siyasatud dunyah,
yaitu menegakkan agama dan mengatur urusan dunia yang menjadi lading
bagi kehidupan akhirat. Islam juga mengajarkan sejumlah prinsip dalam
berpolitik agar politik membawa kemaslahatan bagi umat manusia,
diantaranya
Kesepakatan
Musawah
Musyawarah
(persamaan)
Amanah
Adil
5
B. Variasi Pandangan Umat Islam Dalam
Melihat Relasi Islam dan Negara
Manusia sebagai membutuhkan negara untuk melakukan kerjasama
sosial dengan menjadikan agama (wahyu) sebagai pedoman. Menurut Al-
Mawardi (tt.:5), kepemimpinan politik Islam didirikan untuk melanjutkan
tugas-tugas kenabian dalam memelihara agama dan mengelola kebutuhan
duniawi masyarakat.
Tipologi teo-
demokrasi
Tipologi Relasi
Tipologi Sekuler
Agama dan Negara
Variasi pandangan
islam terhadap
relasi islam dan
negara
NKRI Tipologi Moderat
Tipologi Relasi Agama dan Negara
Khilafah dalam bahasa arab berarti penggantian. Kata ini mrngingatkan kita pada
Khalifah pada Q.S Al-Baqarah:30 :
َ ض
خ ِلي َفة َ ل فِي أ
ٌ ع َ ُّل َرب
َ ِك لِ ألم َََلئ َ وَإِ أذ َقا
ِ اْل أر ِ ة إِنِي جَا
ِ ك
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Istilah Khilafah digunakan oleh kelompok muslim tertentu untuk mewakili cita-
cita mereka untuk mendirikan “negara” Islam dan mewujudkan tatanan
masyarakat dunia yang berdasarkan Islam. Dalam hal ini, Khilafah bersifat lintas
negara.
D. Cinta Tanah Air Menurut Islam
Cinta tanah air merupakan tabiat alami manusia (fitrah). Di tanah air
itulah, manusia dilahirkan dan dibesarkan. Rasa nasionalisme merupakan
salah satu contoh sifat manusia memiliki rasa cinta tanah air. Contoh dari
sifat nasionalisme yaitu rasa solidaritas terhadap musibah yang terjadi pada
saudara satu tanah air.
Selain rasa nasionalisme, kecintaan terhadap tanah air juga menimbulkan
sikap patriotisme. Contoh dari sikap patriotisme yaitu dapat memelihara rasa
persaudaraan dan persatuan. Semangat cinta tanah air dapat dilakukan dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
D. Cinta Tanah Air Menurut Islam
sikap cinta tanah air Rasulullah terhadap tanah kelahirannya, yaitu kota
Makkah. Ketika akan berhijrah ke Madinah, Rasulullah SAW bersabda : Dari
Abdullah bin Abbas RA Rasulullah bersabda: “ Sungguh engkau adalah bumi Allah
yang paling baik, alangkah besarnya cintaku padamu (kota Makkah), kalaulah
bukan penduduknya mengusirku darimu, maka pasti aku tidak akan pernah
meninggalkanmu” (HR. Tirmidzi).
Setelah sampai di Madinah, Rasulullah SAW berdoa agar diberi rasa cinta pula
terhadap Madinah :
“Ya Allah, cintakanlah kota Madinah kepada kami, sebagaimana engkau
mencintakan kota Makkah kepada kami, bahkan lebih” (H.R. Bukhari, Malik dan
Ahmad).
D. Cinta Tanah Air Menurut Islam
Selain Rasulullah SAW, kecintaan terhadap tanah air juga dilakukan pada Nabi
Ibrahim AS. Nabi Ibrahim mencintai tanah air sebagaimana termuat dalam firman
Allah:
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri
yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya
yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian, Allah berfirman :
“Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku
paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk buruknya tempat kembali” (Q.S.
al-Baqarah:126)