Você está na página 1de 9

Anggota Kelompok:

1. Olivia Anwar Tahsa


2. Svety Vanny
3. Restya Amanda
4. Dian Hani
Berakhirnya Masa Orde
Baru
Berakhirnya Pemerintahan Orde Baru
Secara substansial, berakhirnya pemerintahan Orde Baru lebih disebabkan
oleh ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasi berbagai persoalan
bangsa dan negara. Artinya, apabila pemerintahan Presiden Suharto
mampu mengatasi segala persoalan bangsa dan negara, niscaya gerakan
reformasi tidak akan terjadi. Selama ini, pemerintahan Orde Baru sering
mengklaim telah berhasil meningkatkan produksi nasional, meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, dan berbagai keberhasilan di
bidang fisik dan non fisik, seperti perbaikan sarana transportasi,
perumahan, perekonomian, olah raga, pendidikan, keberhasilan
pembangunan nasional sering dijadikan slogan bahwa pemerintahan Orde
Baru telah berhasil mengubah kondisi kehidupan yang lebih baik
dibandingkan dengan pemerintahan orde lama.
Namun, pemerintahan Orde Baru tidak memberikan gambaran yang
benar bahwa keberhasilan itu harus dibayar dengan mahal oleh anak cucu
bangsa. Kerusakan hutan, eksploitasi sumber daya alam oleh perusahaan
asing yang tidak terkontrol secara baik, harga kebutuhan pokok yang tidak
menentu, kehidupan politik yang terpasung, dan sebagainya. Apakah yang
dilakukan PT Freefort di Papua? Apakah yang dilakukan oleh PT Newmont di
Sumbawa, Nusa Tenggara Barat? Sebab-sebab berakhirnya pemerintahan
Orde Baru adalah terbatasnya kemampuan pemerintah dalam mengatasi
persoalan bangsa dan negara, seperti:
1. Krisis Moneter
Ketika krisis moneter melanda negara-negara Asia Tenggara, maka
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling lemah
kemampuannya untuk mengatasi krisis itu. Ada beberapa indikator ukuran
ketidakmampuan Indonesia, seperti:
a. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun sampai titik
terendah, yaitu Rp 16,000.oo per dollat Amerika Serikat.
b. Lembaga perbankan mengalami keterpurukan sehingga beberapa bank
nasional harus dilikuidasi.
c. Harga barang-barang kebutuhan pokok meningkat sangat tinggi.
d. Dunia investasi mengalami kelesuan.
e. Daya beli masyarakat mengalami penurunan.
Ketidakmampuan Indonesia dalam mengatasi krisis moneter sebagai
akibat dari:
a. Ketergantungan Indonesia pada modal asing yang sangat tinggi.
b. Ketergantungan Indonesia pada barang-barang impor.
c. Ketidakmampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Misalnya, sebagai negara agraris Indonesia masih mengimpor beras, gula,
minyak, dan sebagainya. Bersumber dari kesalahan
pembangunan ekonomi yang berorientasi pada industri besar, tetapi tidak
didukung dengan pembangunan industri hulu yang
mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi. Misalnya, bahan
baku industri textil Indonesia sangat bergantung pada hasil impor.
Padahal, Indonesia adalah salah satu penghasil kapas terbesar di dunia.
2. Krisis Ekonomi
Krisis moneter membawa dampak yang sangat besar terhadap krisis
ekonomi. Krisis ekonomi ditandai oleh beberapa indikator, seperti:
a. Lemahnya investasi sehingga dunia industri dan usaha mengalami keterpurukan sebagai
akibat kekurangan modal.
b. Produktivitas dunia industri mengalami penurunan sehingga PHK menjadi satu-satunya
alternatif yang mudah untuk mempertahankan efisiensi perusahaan.
c. Angka pengangguran sangat tinggi sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat
menjadi sangat rendah.
Semua itu membawa akibat terhadap kegiatan ekonomi yang semakin rendah dan pada
akhirnya produktivitas nasional mengalami penurunan. Ketidakmampuan pemerintah
dalam mengatasi krisis ekonomi bersumber dari beberapa kebijakan pemerintah di bidang
ekonomi yang kurang tepat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kenyataan, seperti:
a. Usaha pemerintah untuk mengembangkan usaha kecil menengah sebagai soko guru
perekonomian nasional kurang maksimal.
b. Jiwa kewirausahaan masyarakat tidak dapat berkembang karena terbatasnya peluang
dan adanya persaingan yang berat.
c. Pemerintah tidak pernah memperhatikan nasib yang hidup di sector pertanian sehingga
para pemuda di desa cenderung pergi ke kota untuk mencari pekerjaan pada sektor
industri. Akibatnya, sektor pertanian tidak tergarap secara baik karena kekurangan tenaga
kerja di satu sisi dan ketidakmampuan masyarakat memanfaatkan teknologi pertanian di
sisi lain.
Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi mengakibatkan kemampuan pemerintah dalam
mengatasi krisis ekonomi menjadi semakin lemah. Sektor industri tidak mampu bersaing
dengan industri negara-negara tetangga. Demikian juga dengan sektor pertanian, di mana
hasil pertanian seperti buah-buahan yang dijualbelikan di mall-mall merupakan hasil
impor. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi yang dilaksnakan pemerintahan Orde
Baru tidak didasarkana pada sumber daya alam maupun sumber daya manusia Indonesia.
• 3. Krisis Politik
• Sebenarnya, sebagian besar masyarakat Indonesia tidak terlalu peduli terhadap
model atau sistem politik yang dibangun oleh pemerintahan Orde Baru. Yang
penting masyarakat dapat memperoleh kemudahan dalam mendapatkan
pekerjaan, meningkatkan pendapatan, dan memnuhi kebutuhan sehari-hari.
Dengan kata lain, sebagian besar masyarakat hanya mendambakan kehidupan
yang tertib, tenang, damai, aman, serta adil dalam kemakmuran dan makmur
dalam keadilan. Namun dalam kenyataannya, dambaan masyarakat itu tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan politik yang dibangun pemerintahan Suharto.
Bahkan, segala kebijakan pembangunan nasional bersumber dari kebijakan
politik pemerintah.Oleh karena itu, ketika harapan masyarakat tidak dapat
terpenuhi, maka muncul tuntutan-tuntutan agar pemerintah lebih
memperhatikan nasib masyarakat kecil.Di sisi lain, kehidupan politik yang
represif (yaitu suatu pemerintahan yang ditandai dengan tekanan-tekanan)
telah melahirkan konflik, kerusuhan, dan kekacauan sehingga masyarakat
merasa cemas dan khawatir karena ketenangan, ketenteraman, dan
keamanannya terancam.
Bahkan, kerusuhan dan kekacauan itu dapat menghentikan aktivitas
masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Keadaan itulah menyebabkan
terjadinya krisis politik. Sementara, pemerintahan Orde Baru sendiri tidak
mampu mengatasi krisis politik yang berkembang. Oleh karena itu, satu-
satunya jawaban yang dipandang paling realistik adalah menuntut Presiden
Suharto untuk mengundarkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
Pemerintahan Orde Baru dan Presiden Suharto dipandang sudah tidak mampu
menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik sehingga perlu diganti.
• 4. Krisis Sosial
• Krisis moneter, ekonomi, dan politik terus melanda
kehidupan bangsa dan negara Indonesia dalam waktu yang
cukup lama. Bahkan, harapan terjadinya perbaikan kehidupan
masyarakat tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera
datang. Berbagai kesulitan yang dihadapi masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya semakin hari
semakin bertambah berat. Demonstrasi-demonstrasi yang
dipelopori para mahasiswa telah mendorong terjadinya krisis
sosial. Kerusuhan, kekacauan, pembakaran, dan penjarahan
merupakan fenomena yang terus terjadi di beberapa daerah
seperti di Situbondo, Tasikmalaya, Kalimantab Barat, dan
Pekalongan. Di samping itu, banyaknya pengangguran dan
pemutusan hubungan kerja (PHK) telah menambah krisis
sosial. Kenyataan itu merupakan bukti ketidakmampuan
pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja dan
memperbaiki kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, tidak
berlebihan apabila masyarakat kemudian menuntut agar
Presiden Suharto mengundurkan diri dari kursi kepresidenan.
• 5. Krisis Hukum
• Kekuasaan kehakiman yang merdeka dari kekuasaan pemerintah belum
dapat direalisasikan. Bahkan dalam praktiknya, kekuasaan kehakiman
menjadi pelayan kepentingan para penguasa dan kroni-kroninya. Oleh
karena itu, tidak mengherankan apabila seseorang yang dianggap bersalah
bebas dari hukuman dan seseorang yang dianggap tidak bersalah malah
harus masuk ke penjara. Memang harus diakui bahwa sistem peradilan
pada masa Orde Baru tidak dapat dijadikan barometer untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN). Oleh karena itu, bersamaan dengan krisi moneter, ekonomi, dan
politik telah terjadi krisis di bidang hokum (peradilan). Keadaan itulah yang
menambah ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Orde
Baru pimpinan Presiden Suharto.
Untuk mengatasi krisis multidimensional tersebut, maka satu-satu jalan
adalah melaksanakan reformasi total dalam berbagai bidang kehidupan.
Para mahasiswa sebagai pelopor gerakan reformasi mengajukan berbagai
tuntutan. Misalnya, adili Suharto dan kroni-kroninya, ciptakan
pemerintahan yang bersih dari KKN, tegakkan supremasi hukum. Untuk
memenuhi tuntutan mahasiswa, Presiden Suharto mengundang tokoh-
tokoh agama dan tokoh-tokoh nasional untuk membentuk Dewan
Reformasi yang beranggotakan tokoh agama dan tokoh nasional. Tokoh-
tokoh tersebut menolak anggilan dan ajakan Suharto sehingga Presiden
Suharto mengundurkan diri
Terima Kasih

Você também pode gostar