1710601072 Filsafat Hukum Filsafat hukum adalah ilmu yang mengambil sumber dan menjabarkan asas tertinggi dan/atau cipta hukum dari manusia dan kemanusian, untuk selanjutnya dikembangkan diterapkan pada kehidupan manusia, sedangkan menurut kodratnya factor manusia dan kemanusian adalah bersifat universal dan terbuka. Mazhab Sejarah Lahirnya mazhab sejarah merupakan suatu reaksi yang langsung terhadap suatu pendapat yang diketengahkan oleh Thibaut dalam pamfletnya yang berbunyi : Uber Die Notwendig-keit Eines Allgemeinen Burgerlichen Rechts fur Deutschland (Keperluan akan adanya kodifikasi hukum perdata bagi negeri Jerman). Aliran Sociological Jurisprudence – Aliran ini termasuk kepada aliran sosiologis yang memandang hukum sebagai kenyantaan sosial. Kalau aliran positivis melihat “law in books”, maka aliran sosiologis memandang “law in action”. – Aliran Sociological Jurisprudence antara lain dipelopori oleh Roescoe Pound. Inti pemikiran aliran ini adalah bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Artinya hukum itu harus merupakan percerminan nilai- nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Aliran Realis (Realisme) – Aliran realism hukum merupakan satu sub aliran (pecahan) dari aliran positivisme hukum yang dipelopori antara lain oleh John Chipman. Roescoe Pound melalui pendapatnya bahwa aliran hukum itu merupakan a tool of social engineering dapat digolongkan kepada aliran ini. – Aliran realisme hukum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: – 1. Realisme bukanlah suatu aliran/madzhab. Realisme adalah suatu gerakan dalam cara berpikir dan cara bekerja tentang hukum. – 2. Realisme adalah suatu konsepsi mengenai hukum yang berubah-ubah dan sebagai alat untuk mencapai tujuan maupun hasilnya. Hal ini berarti bahwa keadaan sosial lebih cepat mengalami perubahan dari pada hukum. – 3. Realisme mendasarkan ajarannya atas pemisahan sementara antara sollen dan sein untuk keperluan suatu penyilidikan agar penyelidikan itu mempunyai tujuan maka hendaknya8. diperhatikan adanya nilai-nilai dan observasi terhadap nilai-nilai itu haruslah seumum mungkin dan tidak boleh dipengaruhi oleh kehendak observer da tujuan kesusilaan. – 4. Realisme tidak mendasarkan pada konsep hukum tradisonal karena realisme bermaksud melakukan apa yang dilakukan sebenarnya oleh pengadilan dan orang-orangnya. Untuk itu dirumuskan definisi dalam peraturan yang merupakan ramalan umum tentang apa yang akan dikerjakan oleh pengadilan. Berdasarkan keyakinan ini, realisme menciptakan penggolongan perkara dan keadaan hukum yang lebih kecil jumlahnyan dan jumlah pengglongan yang ada pada masa lampau. – 5. Gerakan realisme menekankan pada perkembangan setiap bagian hukum haruslah diperhatikan dengan seksama mengenai akibatnya.