Você está na página 1de 17

ACUTE RENAL FAILURE (ARF)

GAGAL GINJAL AKUT


RIMA NUR ANNISA
1413010003
DOKTER PEMBIMBING : DR. KUADIHARTO, SP. PD. FINASIM
DEFINSI

Gagal ginjal akut (acute renal failure/ARF) merupakan penurunan filtrasi glomerulus (Glomerular
filtration rate/GFR) yang terjadi selama beberapa jam hingga beberapa minggu, Disertai dengan
terjadinya akumulasi produk buangan, termasuk urea dan kreatinin.
Klasifikasi ARF berdasarkan keparahan dari ginjal:

• 1. Risk: kehilangan fungsi


• 2. Injury: kerusakan
• 3. Failure : kegagalan fungsi ginjal
• 4. Loss: kehilangan fungsi
• 5. End stage renal disease/ESRD:
gagal ginjal stadium akhir
EPIDEMIOLOGI

Inseden kejadian gagal ginjal akut sekitar 200 kasus per 1 juta populasi ser tahunnya. Gagal ginjal
akut meningkat dari 2% hingga 25% pada pasien pada unit perawatan intensif. Pada pasien di
luar rumah sakit, gagal ginjal akut sering disebabkan oleh obat-obatan NSAIDS tanpa peresepan.
Obat ini mengakibatnyan sekitar 500.000 hingga 2.500.000 kasus Nefrotoksisitas di amerika
serikat per tahunnya.
ETIOLOGI

Penyebab gagal ginjal akut secara garis besar terdiri dari 3 bagian yaitu
1. Kegagalan prarenal ( gagal ginjal sirkulatorik )
2. Kegagalan intrarenal
3. Kegagalan pascarenal ( obstruksi uropati akut )
MANIFESTASI KLINIS

• Gejala yang timbul tergantung kepada beratnya kegagalan ginjal, progresivitas penyakit dan
penyebabnya.
• Gejala pada pasien rawat jalan : perubahan pada kebiasaan urinasi, berat badan, atau nyeri di sisi tubuh.
• Gejala lain : edema, urin berwarna atau berbusa, penurunan volume urin, dan terjadi hipotensi orostatik
(dipiro, 2008).
• Dapat terjadi oliguria, terutama apabila kegagalan disebabkan oleh iskemia atau obstruksi.
• Oliguria terjadi karena penurunan GFR.
• Nekrosis tubulus toksik dapat berupa non-oliguria dan terkait dengan dihasilkannya volume urin encer yang
adekuat
DIAGNOSIS

• Riwayat medis
• Riwayat penggunaan obat
• Pemeriksaan fisik : jika produksi air kemih berkurang, maka patut dicurigai sebagai gagal ginjal
akut. Banyak pasien mengalami pembengkakan di seluruh tubuh disebabkan oleh retensi urin.
• Penilaian pada hasil laboratorium: studi pensitraan (imaging studies)
• Monitoring pada perubahan UOP
PENILAIAN PADA HASIL LABORATORIUM:
1. BUN (blood urea nitrogen): nitrogen urea terbentuk ketika protein rusak. Tes (yaffe dan joyce L. F. Kee, 1997): pria : 0,6-1,3 mg/dl, atau 45-132,5
umol/L,
Dilakukan dengan mengukur nitrogen urea dalam darah. Uji BUN dilakukan
untuk menguji fungsi ginjal. Nilai BUN orang normal berkisar 7-20 mg/dl. Wanita : 0,5-0,9 mg/dl
Gagal ginjal akut ditandai dengan peningkatan kadar BUN.
Anak : 0,4-1,2 mg/dl (27-54 umol/L)
2. Creatinine clearance : mengukur kreatinin dalam darah dalam kurun waktu
untuk mengukur fungsi ginjal (GFR) dalam ekskresi kreatinin. Penurunan nilai Bayi : 0,7-1,7 mg/dl
kreatinin klearan mengindikasikan gagal ginjal akut. Nilai normal : pria : 97- Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl
137 ml/min, wanita : 88-128 ml/min
5. Serum potassium (test hiperkalemia): tes ini mengukur jumlah kalium dalam
3. Creatinine – urine : kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme darah. Kalium (K +) membantu saraf dan otot berkomunikasi. Hal ini juga
kreatinin otot dan kreatinin fosfat (protein), disintese dalam hati, ditemukan membantu nutrisi pindah ke sel dan produk-produk limbah keluar dari sel.
dalam otot rangka dan darah, dan diekskresikan dalam urine. Tes ini dapat Kadar kalium dalam tubuh terutama dikendalikan oleh hormon aldosteron.
digunakan sebagai tes skrining untuk mengevaluasi fungsi ginjal. Tes Kadar kalium normal berkisar 3,7-5,2 meq / L (miliekuivalen per liter).
digunakan untuk memberikan informasi mengenai bahan kimia lain dalam urin Hiperkalemia dapat terjadi apabila ada gangguan ginjal, oliguri, anuria.
seperti albumin atau protein. Nilai kreatinin dalam urin (sampel 24-jam)
berkisar 500-2000 mg / hari, tergantung pada usia anda dan jumlah massa 6. Urinalysis: warna urin normal bervariasi dari hampir tidak berwarna hingga
tubuh. kuning tua. Biasanya glukosa, keton protein, dan bilirubin tidak terdeteksi
dalam urin., Yang ditemukan dalam urin: hemoglobin, nitrit, sel darah putih.
4. Serum creatinine ( blood creatinine ): pemeriksaan kreatinin serum berguna Kisaran nilai normal mungkin sedikit berbeda antara laboratorium yang
untuk mengevaluasi fungsi glomerolus. Peningkatan kreatinin dalam darah berbeda
menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal. Perbandingan normal antara
BUN dan kreatinin adalah 12 : 1 – 20 : 1. Nilai rasio yang lebih tinggi
menjadi petunjuk adanya gangguan prerenal. Nilai normal dalam darah
FAKTOR RISIKO

• peningkatan usia,
• infeksi akut
• gangguan pernafasan atau kardiofaskular kronik yang sudah ada sebelumnnya,
• dehidrasi dan gagal ginjal kronik.
• Penurunan perfusi ginjal yang menyertai operasi bypass abdominal atau koroner,
• kehilangan darah akut akibat trauma
• nefropati asam urat juga dapat meningkatkan resiko
TERAPI

• Tujuan terapi : mencegah ARF. Apabila terjadi ARF, tujuan terapi adalah utnuk menghindari dan
meminimalisasi kerusakan ginjal lebih lanjut yang dapat menghambatpemulihan dan untuk
menyediakan fungsi penujang sampai fungsi ginjal kembali normal.
• Strategi terapi :meningkatkan output urine & rbf, menjaga keseimbangan cairan &elektrolit,
menghilangkan sampah metabolit, meminimalkan nephrotoxic injury lebih lanjut.
• Pada terapi gga, terdapat terapi konservatif, yaitu preventif, suportif dan substitusi yangberguna
untuk mencegah komplikasi gga, dan jika terapi konservatif ini gagal maka akandiberlakukan
managemen terapi gga dengan terapi ginjal pengganti atau dialisa
1. Terapi konservatif

A. Terapi preventif (fase oliguri awal)


Diusahakan pasien memenuhi asupan cairan tiap harinya untuk memenuhi volume efektif tubuh kurang
lebih 2 L/hari untuk mencegah dehidrasi. Cara mengatasi kehilangan volume cairan tubuh :
1. a. Pendarahan diberi transfuse
b. Plasma expander bila ada luka peritonitis, trauma
c. Air dan elektrolit yang sesuai :
• Muntah – muntah diberi NaCl 0,45% ditambah kalium (10-20m/mol)
• Kehilangan cairan/gangguan pankrealitis, diberi NaCl 0,9% dtambah HCO
• Diare diberi D5% ditambah HCO + Kalium
2. Bila volume efektif tubuh sudah teratasi/rehidrasi masih tetap oliguri bisa diberi dieresis osmotik berupa :
• Manitol 12,5 gr i.v tiap 5 menit, dapat diulang 30 menit kemudian bila produksi urin <20 cc/jam. Apabila
diuresi >20 cc/jam manitol dapat diteruskan 100 g dalam D5% liter/24 jam.
• Furosemid 40 – 80 mg i.v. Penggunaan furosemid secara dini pada saat belum terjadi kelainan organ sangat
membantu mencegah terjadinya nekrosis tubular akut (NTA). Bila 1 – 2 jam sesudah pemberian dieresis tidak
timbul dilakukan diuresis paksa dengan dosis 250 – 500 mg drip dalam 150 cc D5%/jam.
3. Bila tetap oliguri dapat diberikan obat vasoaktif untuk memperbaiki perfusi ginjal yakni dopamine, natriuretik
peptide dari atrium. Pemberian dopamine dosis rendah 2 – 5 mg/kg/menit dalam 12 jam.
4. Untuk mempertahankan integritas sel diberi bahan – bahan sitoprotektif yang akhir – akhir ini dicoba pada
tahap dini (oliguri) yakni obat penghambat kanal kalsium (nifedipine) , prostaglandin, maupun anti radikal
bebas (n asetylcystein).
5. Bila semua tindakan tindakan pengobatan 1, 2, 3, 4 gagal diperlukan terapi aktif/dialisa agar tidak masuk
tahap oliguri menetap
2. Terapi suportif (fase oliguri menetap)

A. Pendekatan non-farmakologis :

• Perawatan suportif yang bertujuan untuk memelihara curah jantung/output jantung dan tekanan darah
dalam mengoptimalkan perfusi jaringan selama restorasi/pemulihan fungsi ginjal.

• Tidak menggunakan/menghentikan obat-obatan yang dapat mempengaruhi penurunan aliran darah


ginjal

• Dialisis atau terapi pengganti ginjal

• Pengaturan elektrolit (electrolit management).


B. Pendekatan farmakologi
Bila ada overdehidrasi, dapat diberikan
furosemid 40-80 mg/i.v. Bila tetap gagal dapat
dilakukan dialisa. Terapi penggantian ginjal
(Renal Replacement Therapy/RRT), seperti
hemodialisis dan dialysis perotonial berfungsi
untuk mempertahankan keseimbangan caira dan
elektrolit saat dilakukan eksresi produk buangan
untuk indikasi bagi RRT pada penderita ARF.
AEIOU Sebagai dasar Indikasi Untuk Terapi
Penggantian ginjal.
Alogaritma terapi GGA oliguri
TERIMAKASIH

Você também pode gostar