Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
•Mengacu sistemVancouver
Daftar Pustaka
Problem
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kronis lokal dengan penyumbatan
kelenjar Meibom di kelopak mata. Efek utama kalazion adalah kerusakan kosmetik
dengan ketidaknyamanan yang bervariasi. Kalazion merupakan penyebab umum
peradangan kelopak mata dan yang dapat sembuh sendiri dengan tatalaksana
konservatif menggunakan kompres hangat pada 29-80% kasus. Tampaknya metode
pengobatan yang ideal pada pasien dengan kalazion yang tidak terselesaikan dengan
terapi konservatif seperti obat tetes mata antibiotic lokal dan obat antibiotic sistemik
dan dalam kondisi kronis dengan faktor predisposisi yang tidak diketahui. Perawatan
standar kalazion adalah dengan insisi dan kuretase. Penelitian ini dilakukan untuk
menyelidiki hasil injeksi triamcinolone acetonide intra-lesi untuk untuk kalazion
primer.
Intervention
Penelitian ini dilakukan di Departemen Oftalmologi pada Kampus kedokteran Pemerintah
dan Rumah Sakit Aurangabad selama periode Februari 2002 hingga Februari 2005. Delapan
puluh enam pasien dengan 100 kalazion dirawat dengan injeksi TA intralesi. Semua kalazion
tanpa infeksi sekunder. Awalnya, terapi konservatif primer seperti penggunaan panas,
memijat kelopak dan salep antibiotic lokal diberikan. Jika terapi primer tidak memberikan
pemulihan atau gagal maka terapi intra-lesi dicoba. Ini melibatkan suntikan TA lintas-kulit
dengan jarum 26G tanpa anastesi lokal dengan pijatan lambat di tempat suntikan dilakukan
setelah injeksi dan kemudian mata ditutup selama 10-15 menit saja. Dalam prosedur ini
tidak perlu penjepit kalazion. Pasien ditindaklanjuti untuk pemeriksaan setiap minggu,
hingga minggu ke-4. Pasien ditindaklanjuti pada akhir minggu pertama, kedua, ketiga dan
minggu keempat. Kalazion dikatakan terobati jika tidak ada lesi yang terlihat, tidak teraba
pembengkakan di lokasi lesi dan ketika pasien menyatakannya sebagai sepenuhnya sembuh.
Jika tidak ada kemajuan dalam ukuran lesi setelah dua minggu, prosedur diulangi dan pasien
ditindaklanjuti dengan interval mingguan selama dua minggu. Jika tidak ada respon bahkan
setelah injeksi TA intra-lesi kedua kali maka dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan
kemudian lesi diobati dengan metode insisi. Penelitian ini dimulai setelah persetujuan
komite etik institusi. Informed consent dari setiap pasien diambil sebelum memulai
perawatan. Semua perawatan diberikan departemen rawat jalan.
Comparison
Penelitian ini tidak melakukan intervensi pembanding hanya melakukan obsevasi
tatalaksana non-operatif yaitu injeksi steroid intralesi dalam pengobatan kalazion.
Outcome
Ini adalah studi prospektif tatalaksana non-operatif yaitu injeksi steroid intralesi dalam
pengobatan kalazion yang dilakukan di Depatermen Oftamologi, Sekolah Tinggi
Kedokteran dan Rumah Sakit pemerintah, Aurangabad, selama periode Februari 2002
hingga Februari 2005. Penelitian ini termasuk 86 pasien dengan 100 kalazion yang
disuntik dengan TA intralesi. Injeksi intralesi TA menyembuhkan kalazion dalam semua
kasus. Dalam sebagian besar kasus, satu injeksi sudah cukup untuk menyelesaikan
resolusi kalazion dalam periode satu minggu. Suntikan dapat diulang setelah seminggu
dalam kasus-kasus yang memiliki pembengkakan residual. Injeksi steroid TA subkutan
dalam kalazion primer dan berulang tampaknya menjadi pilihan terapi yang sederhana
dan efektif untuk kalazion di pusat-pusat kesehatan kecil. Keuntungan utama dari
prosedur ini adalah kesederhanaan dan sifat non operatif dari perawatan di kalazion.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :Yuni Ermianti
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Melayu
Agama : Islam
Alamat : Jln. Bersama Gang Mesjid No. 8
Pekerjaan : Mahasiswa
Dokter : dr.Zaldi sp.M
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Benjolan di kelopak mata atas sebelah kiri
Telaah :
Dialami selama lebih kurang 2 tahun ini. Benjolan terasa sedikit nyeri, dan kemerahan
dibagian dalam kelopak mata, tidak gatal. Mata merah (-), mata silau (-), air mata berlebihan
(-), kotoran mata berlebihan (-). Sebelumnya os sudah pernah berobat namun tidak ada
perbaikan yaitu benjolannya tidak berkurang, Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (+).
III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. INSPEKSI
PEMERIKSAAN OD OS
1. Palpebra Edema (-) Edema (-)
2. Aparatus Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
3. Silia Kesan Normal Kesan Normal
4. Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (+)
5. Mekanisme Muskular
- ODS
Foto pasien
- OD
- OS
PALPASI OD OS
1. Tensi Okuler Tn Tn
3.
Massa tumor
C. VISUS (-) (-)
C.VISUS
4. Glandula Tidak ada Pembesaran Tidak ada Pembesaran
VOD : 6/6 F
preaurikuler
VOS : 6/6 F
D. TONOMETRI
TOD :-
TOS :-
E. CAMPUS VISUAL
Tidak dilakukan pemeriksaan
F. COLOR SENSE
Tidak dilakukan pemeriksaan
H. PENYINARAN OBLIK
Pemeriksaan OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Kornea Jernih Jernih
Bilik Mata Depan Kesan Normal Kesan Normal
Iris Coklat Coklat
PupilI. FUNDUSKOPI
Bulat, sentral Bulat, sentral
Lensa
FOD : Tidak dilakukan Jernih
pemeriksaan Jernih
FOS : Tidak dilakukan pemeriksaan
J. SLIT LAMP
SLOD: Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, refleks cahaya (+), lensa jernih
SLOS: Konjungtiva hiperemis (+), kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, refleks cahaya (+), lensa jernih
IV. RESUME
Seorang pasien wanita usia 19 tahun datang ke poli mata RSUD Pirngadi dengan keluhan adanya benjolan di kelopak mata atas sebelah
kiri. Dialami selama lebih kurang 2 tahun ini. Benjolan terasa sedikit nyeri, dan kemerahan, , tidak gatal. Mata merah (-), mata silau (-), air mata
berlebihan (-), kotoran mata berlebihan (-). Sebelumnya os sudah pernah berobat namun tidak ada perbaikan yaitu benjolannya tidak berkurang,
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (+).
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD 6/6 F, VOS 6/6 F.
V. DIAGNOSIS
Chalazion Palpebra Superior OS
VI. TERAPI
- Insisi chalazion palpebra superior OS
- Amoxicilin 500mg 3x1
- Cendo Fenicol ED 2x gtt 1 OS