Você está na página 1de 49

PEMBINAAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI

MENUJU ISTITHAAH KESEHATAN

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah


DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan


Ibdah Haji
2. Undang – Undang No. 2 Tahun 1962 Tentang Karantina Udara
3. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
4. Undang-Undang No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
5. Permenkes No. 15 Tahun 2016 Tentang Istithaah Kesehatan Haji
6. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Haji.
DASAR POKOK PELAYANAN KESEHATAN HAJI
UU NO.13 TH 2008

BAB VIII BAB III


PASAL 31 PASAL 6
Pembinaan dan pelayanan kesehatan Pemerintah berkewajiban melakukan
haji baik pada saat persiapan maupun pembinaan, pelayanan, dan perlin-
pelaksanaan penyelenggaraan ibadah dungan dengan menyediakan layanan
haji , dilaksanakan oleh Menteri yang administrasi, bimbingan ibadah haji,
ruang lingkup tugas dan tanggung akomodasi, transportasi, Pelayanan
jawabnya dibidang kesehatan. Kesehatan, keamanan, dan lainnya
Pelaksannaan tugas sebagaimana yang diperlukan oleh jemaah haji.
dimaksud pada ayat (1 ) dikoordinir
oleh Menteri
PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI
Pembinaan kesehatan :
Upaya Kesehatan Dalam Bentuk Promotif Dan Preventif,
Dilakukan Kepada Perorangan Atau Kelompok Jemaah Haji
Pada Seluruh Tahap Penyelenggaraan Ibadah Haji
Pelayanan Kesehatan:
Upaya kesehatan dalam bentuk kuratif dan rehabilitatif, dilakukan
kepada Jemaah Haji pada seluruh tahap penyelenggaraan
ibadah haji .
Perlindungan Kesehatan :
Upaya kesehatan dalam bentuk tanggap cepat dan perlindungan
spesifik untuk melindungi keselamatan Jemaah Haji pada seluruh
tahapan penyelenggaraan ibadah haji
TUJUAN UMUM PENYELENGGARAAN
KESEHATAN HAJI

Peran Puskes, Dinkes


Meningkatkan Kondisi Kesehatan Jemaah Haji sebelum
1 Kab/Kota dan Dinkes
Keberangkatan Provinsi

Menjaga agar Jemaah Haji dalam kondisi sehat


Peran
2 selama menunaikan ibadah haji, sampai kembali ke
TKHI & PPIH
Tanah Air
DLL

Mencegaah terjadinya transmisi penyakit menular, yang Peran


3 Puskesmas
mungkin terbawa keluar/ masuk oleh Jemaah Haji.
Kab/Ko dan PPIH
Embar/Debar
TEMPAT
ARAB SAUDI

IKLIM : PANAS
IBADAH DINGIN

HAJI LAMA : 40 HARI

KONDISI JAMAAH :
RISTI

PELAYANAN
PEMONDOKAN TRANSPORTASI KATERING DLL
KESEHATAN
Lingkungan Fisik, seperti jarak pemondokan ke Masjidil Haram, suhu ekstrem
1 (panas, berdebu dan badai pasir), kelembaban rendah serta aktivitas ibadah
yang sebagian besar merupakan kegiatan fisik

Lingkungan Sosial, seperti adaptasi dengan penduduk dari berbagai negara


2 dan di negeri asing serta norma dan kebiasaan yang berbeda

3 Lingkungan Psikologis, seperti jauh dari keluarga dalam jangka waktu lama dan
interaksi antar sesama Jemaah Haji Indonesia selama menjalankan ibadah haji

4
Kebijakan, seperti kebijakan penempatan pondokan jemaah haji berisiko
tinggi, baik jarak atau kemudahan aksesnya
Rangkaian kegiatan fisik ibadah haji
Mobilitas tinggi
Massal

Sosial budaya
TUJUAN PELAYANAN KESEHATAN HAJI
A. TUJUAN UMUM
1. Terlaksananya Pemeriksaan & Pembinaan kesehatan jemaah haji
sesuai standar dalam upaya menuju Istithaah kesehatan jemaah haji.
2. Masyarakat /Jemaah Mengetahui Istithaah Kesehatan Jemaah Haji
B. TUJUAN KHUSUS
1. Terlaksananya pemkes JH tahap pertama dan Pembinaan masa tunggu
2. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan tahap kedua dan pembinaan
kesehatan pada masa keberangkatan.
3. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan tahap ketiga
4. Terlaksananya koordinas lintas sektor & program dlm proses pemkes
dan pembinaan jemaah haji
TUJUAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

1. Mencapai kondisi Istithaah Kesehatan Jemaah Haji;


2. Mengendalikan faktor risiko kesehatan haji;
3. Menjaga agar Jemaah Haji dalam kondisi sehat selama di
Indonesia, selama perjalanan, dan Arab Saudi;
4. Mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang
mungkin terbawa keluar dan/atau masuk oleh Jemaah Haji;
dan
5. Memaksimalkan peran serta masyarakat dalam
Penyelenggaraan Kesehatan Haji.
KEBIJAKAN TEKNIS OPERASIONAL

1. Jemaah Haji yang diberangkatkan memenuhi Istithaan Kesehatan


2. Untuk mencapai Istithaah Kesehatan Jemaah Haji wajib dilakukan
pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan
3. Dalam rangka mencapai Istithaah Kesehatan Jemaah Haji, pemeriksaan
kesehatan dilakukan melalui 3 tahap
4. Pembinaan Kesehatan Haji dilakukan untuk Jemaah Haji masa tunggu dan
Jemaah Haji pada masa keberangkatan
5. Jemaah Haji Istithaah ditetapkan didaerah sebelum masuk Embarkasi
6. Penetapatan Istithaah Kes Jemaah Haji oleh Tim Kesehatan Kab/Kota
7. Pemeriksaan tahap III di Embarkasi untuk menetapkan status Laik terbang
atau tidak laik terbang  standar keselematan penerbangan
SASARAN

1. Jemaah Haji Indonesia sebelum berangkat ke Tanah suci


2. Petugas Pengelola Program kesehatan haji disemua tingkatan, lintas
sektor (Kemenag/KUA) terlibat dalam penyelengg kesehatan haji.
3. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji di Kab/Kota dan Embarkasi
4. Organisasi kemasyarakatan : AKHI, Kelompok Bimbingan Ibadah
Haji (KBIH), Penyelenggara Haji Khusus (PIHK) dan Ikatan
Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI).
5. Organisasi Profesi : IDI, PPNI, PERDOKHI dan Profesional akademisi
PENGERTIAN ISTHITHA’AH KESEHATAN

1. Istithaah adalah kemampuan Jemaah Haji secara jasmaniah, ruhaniah,


pembekalan dan keamanan untuk menunaikan ibadah haji tanpa menelantarkan
kewajiban terhadap keluarga
2. Istithaah Kesehatan Jemaah Haji adalah kemampuan Jemaah Haji dari aspek kesehatan
yang meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan kes yang dapat
dipertanggungjawabkan sehingga Jemaah Haji dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan
Agama Islam.
3. Harus dilakukan pemeriksaan kesehatan dan pembinaan kesehatan terhadap Jemaah haji
sehingga mencapai Istithaah Kesehatan Haji
ISTITHA’AH KESEHATAN HAJI SYARAT IBADAH HAJI

Istitha’ah Kesehatan sebagai syarat wajib untuk melaksanakan Ibadah Haji .


1. ISLAM
2. BERAKAL/ TIDAK HILANG INGATAN
3. DEWASA/ BALIGH
4. MERDEKA
SYARAT HAJI
5. ISTITHAAH (MAMPU)
Istithhaah Mempunyai Makna Kemapuan / Kekuatan .

MAKA
Individu yang tidak termasuk dalam kriteria
tersebut maka tidak ada kewajiban untuk
melaskanakan Ibadah Haji (Gugur Kewajiban)
Tujuan ..

“ISTITHA’AH KESEHATAN”

•Istitha’ah merupakan informasi


kesehatan Jemaah haji yang dikaitkan
dengan kemampuan Jemaah haji
dalam menjalankan prosesi ibadah
haji.

MABRUR
ISTITHAAH DIJADIKAN SYARAT DALAM PELUNASAN BPIH

1. Istithaah merupakan syarat wajib  Permenkes No.15 tahun 2016 ttg Istithaah
Kesehatan Haji
2. Surat Edaran Dirjen PHU Kemenag RI  mendukung pelaksanaan pembinaan
dan pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji menuju Istithaah.
3. Istithaah dijadikan syarat pelunasan, sehingga Jemaah Haji (JH) yang TIDAK
MEMENUHI ISTITHAAH KESEHATAN  Tidak diberikan kesempatan untuk
melunasi BPIH, tidak divaksinasi meningitis dan tidak diberikan SPMA
4. Pola Kesehatan Jemaah Haji  tanggung jawab penuh KEMENKES & Jajaranya
(Kabupaten/Kota)  Koordinasi dan peningkatan Kapasitas Kesehatan Haji di
Kab/Kota
PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN JAMAAH HAJI
1. Memenuhi Syarat
2. Memenuhi Syarat
dengan Pendampingan
TPKH DAERAH 3. Tidak Memenuhi
PUSKESMAS Syarat Sementara
RUMAH SAKIT 4. Tidak Memenuhi
Syarat PPIH EMBARKASI
PENDAFTARAN

NOMER

PENERBANGAN
PORSI

ARAB SAUDI

SURVEILANS
DEBARKASI
PEMERIKSAAN PERTAMA PEMERIKSAAN KEDUA PEMERIKSAAN KETIGA

BERANGKAT

STATUS KESEHATAN : TPKH DAERAH STATUS KESEHATAN :


1. RESIKO TINGGI PUSKESMAS 1. LAIK TERBANG
2. TIDAK RISTI RUMAH SAKIT 2. TIDAK LAIK TERBANG
PEMERIKSAAN KESEHATAN DALAM RANGKA
ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI

1 Pemeriksaan Kesehatan
Tahap I
2
Pemeriksaan Kesehatan
Tahap II
3 Pemeriksaan Kesehatan
Tahap III

Dilaksanakan Tim
Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/Kota di Puskesmas Dilaksanakan Tim
dan/atau Rumah Sakit Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/Kota di Puskesmas Dilaksanakan oleh PPIH
dan/atau Rumah Sakit Embarkasi Bidang Kesehatan

RISTI & TIDAK RISTI


STATUS ISTITHAAH LAIK / TDK LAIK TERBANG
PEMERIKSAAN KESEHATAN PERTAMA

1. Dilakukan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di


Puskesmas dan/atau Rumah Sakit
2. Dilakukan pada saat jemaah Haji melakukan pendaftaran untuk
mendapatkan nomor porsi
3. Outputnya menghasilkan penetapan status kesehatan Jemaah Haji
Risiko Tinggi atau tidak Risiko Tinggi
4. Kriteria status kesehatan Jemaah Haji Risiko Tinggi :
a. berusia 60 tahun atau lebih
b. memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan yang
potensial menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan ibadah haji
STANDAR PEMERIKSAAN KES.TAHAP PERTAMA
1. Anamnesa (Identitas, tgl.lahir, jenis kelamin, alamat, status , tgl.pemkes)
2. Pemeriksaan Fisik ( tanda vital, Postur tubuh, ispeksi palpasi dsb)
3. Pemeriksaan Penunjang (Gol.darah, darah lengkap, GDS, kolesterol, urine
lengkap (warna, kejernihan,bau, sedimen , glokusa urin , protein urin),
Rontgen dan Elektronikkardiografi )
4. Penetapan Diagnosis
5. Output : Penetapatan tingkat risiko kesehatan & Rekomend TL
(pengendalian faktor risiko) dalam bentuk Surat Keterangan Kesehatan
6. Rekomendasi atau tindak lanjut
7. Pembinnaan masa tunggu meliputi Pembimbingan Kesehatan dan
Penyuluhan Kesehatan
8. Cakupan 90% , JH yg akan berangkat 2 tahun masa tunggu
PEMERIKSAAN KESEHATAN KEDUA

1. Dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di


puskesmas dan/atau rumah sakit.
2. Dilakukan pada saat pemerintah telah menentukan kepastian
keberangkatan Jemaah Haji pada tahun berjalan
3. Ouput menghasilkan Istithaah Kesehatan Jemaah Haji meliputi:
a. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji (dulu Mandiri)
b. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji dengan Pendampingan (dulu
Observasi dan Pengawasan)
c. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji untuk Sementara (dulu
Tunda)
d. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji
STANDAR PEMERIKSAAN KES.TAHAP KEDUA
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang (Rongent, EKG, Laborat )
4. Hasil dan Rekomendasi Dokter Spesialis
5. Penetapatan Diagonosis
6. Penetapan Istithaah Kesehatan Jemaah Haji 1 bulan sblm kloter
pertama masuk embarkasi (dalam bentuk Berita Acara )
7. Rekomendasi dan tindak lanjut
8. Jemaah Haji wajib dilakukan pembinaan , dg nama Pembinaan masa
keberangkatan & pengukuran kebugaran
9. Cakupan 100% , JH yg akan berangkat tahun berjalan
10.Penandaan gelang bagi Jemaah Haji Risti
11.Jemaah Haji mendapat dokomen kesehatan (e.BKJH)
STANDAR PEMERIKSAAN KEDUA
1. Penetapan Istitha’ah dituangkan dalam berita acara dikeluarkan
dan ditandatangani ketua Tim penyelenggara Kesehatan haji
(form II) (pasal 14)
2. Berita acara disampaikan pada jama’ah bersangkutan
3. Berita acara jama’ah TIDAK MEMENUHI SAYARAT dan TIDAK
MEMENUHI SYARAT SEMENTARA disampaikan kepada Kepala
Kantor Kementrian agama Kab/Kota untuk ditindaklanjuti sesuai
ketentuan yang berlaku
4. Rekap hasil istitha’ah kesehatan jama’ah haji dilaporkan kepada
kepala daerah Kab/ Kota dan ka Dinas kesehatan propinsi
PERMENKES NOMOR : 15 TAHUN 2016

HASIL PEMERIKSAAN KESEHATAN KEDUA

MEMENUHI SYARAT TIDAK MEMENUHI SYARAT TIDAK MEMENUHI SYARAT


MEMENUHI SYARAT
KES.HAJI DENGAN ISTITHOOAH KESEHATAN ISTITHAAH KESEHATAN
ISTITHAAH KES.HAJI
PENDAMPINGAN HAJI UNTUK SEMENTARA HAJI
1. Memenuhi Persyaratan Istithaah Kesehatan Haji

1. Jemaah Haji yang memiliki kemampuan mengikuti proses ibadah


haji tanpa bantuan obat, alat, dan/atau orang lain dengan
tingkat kebugaran jasmani setidaknya dengan kategori cukup,
merupakan hasil pemeriksaan kebugaran yang disesuaikan
dengan karakteristik individu Jemaah Haji

2. Jemaah Haji yang masuk kriteria ini wajib berperan aktif dalam
kegiatan promotif dan preventif
2. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji dengan
pendampingan

a. Berusia 60 tahun atau lebih  obat, alat, orang


Usia > 75 tahun orang

b. Menderita penyakit tertentu yang tidak masuk dalam


kriteria yang tidak memenuhi syarat Istithaah
sementara dan/atau tidak memenuhi syarat Istithaah
3. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan
Haji untuk Sementara
a. Tidak memiliki sertifikat vaksinasi Internasional (ICV) yang sah
b. Menderita penyakit tertentu yang berpeluang sembuh
c. Suspek dan/atau konfirm penyakit menular yang berpotensi
wabah
d. Psikosis Akut
e. Fraktur tungkai yang membutuhkan Immobilisasi
f. Fraktur tulang belakang tanpa komplikasi neurologis
g. Hamil yang diprediksi usia kehamilannya pada saat
keberangkatan kurang dari 14 minggu atau lebih dari 26 minggu
4. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji

a. Kondisi klinis yang dapat mengancam jiwa


b. Gangguan jiwa berat
c. Jemaah dengan penyakit yang sulit diharapkan
kesembuhannya
Kondisi klinis yang dapat mengancam jiwa

1. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) derajat IV


2. Gagal Jantung Stadium IV
3. Chronic Kidney Disease Stadium IV dengan peritoneal
dialysis/hemodialisis reguler
4. AIDS stadium IV dengan infeksi oportunistik
5. Stroke Haemorhagic luas;
Gangguan jiwa berat antara lain:
1. skizofrenia berat
2. dimensia berat
3. retardasi mental berat;

Jemaah dengan penyakit yang sulit diharapkan


kesembuhannya, antara lain:
1. Keganasan stadium akhir,
2. Tuberculosis Totaly Drugs Resistance (TDR)
3. sirosis atau hepatoma decompensata.
PENYAKIT YANG SERING MUNCUL PADA JEMA’AH LANSIA

Rematik (arthritis)
Tekanan darah tinggi
Gastritis, DM
Kholesterol tinggi
Kegemukan , Anemia
Nyeri jantung
Asma , Paru-paru/TBC, Ginjal
Serangan Jantung ,Tulang keropos
Stroke , Kanker, Prostat
PEMERIKSAAN KESEHATAN KETIGA

1. Dilaksanakan oleh PPIH Embarkasi Bidang Kesehatan di embarkasi


pada saat Jemaah Haji menjelang pemberangkatan.
2. Outputnyadilakukan untuk menetapkan status kesehatan
Jemaah Haji laik atau tidak laik terbang
3. Jemaah Haji yang ditetapkan tidak laik terbang merupakan Jemaah
Haji dengan kondisi yang tidak memenuhi standar keselamatan
penerbangan internasional dan/atau peraturan kesehatan
International.
PEMBINANAN KESEHATAN JEMAAH
Pembinaan dilakukan dalam rangka upaya Istithaah Kesehatan Jemaah Haji
1.Dilakukan atas dasar hasil pemeriksaan
2.Merupakan upaya mempersiapkan Jemaah Haji Istithaah Kesehatan
3.Jenis dan metode pembinaan meliputi:
a. Penyuluhan (PHSB, anjuran tidak merokok, istirahat cukup)
b. Bentuk latihan fisik /OR (Jalan Kaki, Jogging, senam, Senam Lansia,
senam jantung sehat, pengukuran dan Latihan Kebugaran)
d. Pemanfaatan Posbindu
c. Pemanfaatan Media
d. Manasik Kesehatan
e. Kunjungan rumah
PENGUKURAN KEBUGARAN
JASMANI TERINTEGRASI
PENGUKURAN
KEBUGARAN JASMANI
TERINTEGRASI
KONDISI KONDISI YANG
SAAT INI DIHARAPKAN

UPAYA PROMOSI, PREVENSI


1. PMK 15/2016 BARU BERKESINAMBUNGAN TERUKUR,
DISOSIALISASIKAN DAPAT DILAKSANAKAN SECARA • JEMAAH YANG MANDIRI
2. BELUM SEMUA STAKEHOLDER MASIF, DAN LUAS SERTA • JEMAAH YANG TIDAK
MEMAHAMI PMK 15/2016 TERINTEGRASI MEREPOTKAN ORANG LAIN.
3. BELUM SEMUA JEMAAH HAJI • HAJI YANG MABRUR DAN
MEMAHAMI MANFAAT DARI KEMBALI DENGAN SELAMAT
PENGUKURAN KEBUGARAN DAN • DATA KONDISI KESEHATAN DAN
PEMBINAAN KESEHATAN KEBUGARAN JEMAAH HAJI BAGI
4. WAKTU YANG TERBATAS UNTUK
TIM KESEHATAN (TKHI)
PEMBINAAN
BEBERAPA CONTOH TES KEBUGARAN JASMANI
1. Tes Rockport (Berdasarkan Juknis Istithaah Kesehatan)
2. Tes Jalan 6 Menit (Berdasarkan Juknis Istithaah
Kesehatan)
3. Indeks Massa Tubuh
4. Tes Bangku YMCA
5. Chair Stand Test
PENGUKURAN KEBUGARAN JASMANI
TERINTEGRASI

LATIHAN OR
TEST JALAN TERUKUR
PENGUKURAN ROCKPORT
IMT

JEMAAH HAJI
SEHAT
BUGAR
KONSULTASI PRODUKTIF
DETEKSI DINI
(TENSI, GULA,KOLESTEROL)
METODE PENGUKURAN KEBUGARAN JASMANI
“METODE SIX MINUTES WALKING TEST”
• Pengukuran kebugaran jasmani dengan metode Six Minutes Walking
Test (6MWT) adalah salah satu metode pengukuran kapasitas
fungsional seseorang yang ditujukan untuk seseorang dengan usia
diatas 60 tahun dan/atau memiliki penyakit jantung atau gangguan
pernapasan.
• Metode pemeriksaannya adalah dengan mengukur jarak tempuh
seseorang berjalan dalam waktu enam (6) menit pada lintasan yang
sudah diukur.
INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN HAJI
1. Indikator Pemeriksaan Kesehatan tahap pertama 90 % Jemaah Haji yg akan
melakukan setoran awal / telah memeiliki nomor porsi dilakukan
pemeriksaan kesehatan pertama untuk penentuan tingkat risiko kesehatan,
denominatornya jumlah JH yang akan berangkat 2 (dua) tahun mendatang
setelah tahun berjalan.
2. Pembinaan masa tunggu, setidaknya 90% JH telah mengikuti pembinaan
kesehatan haji di masa tunggu, akses minimal 4 kali.
3. Pemeriksaan Kesehatan JH masa keberangkatan adalah 100% , dimana JH
yang akan berangkat thn berjalan diperiksa semuanya.
4. Seratus persen (100%) JH yg akan berangkat dilakukan Pembinaan/
manasik Kesehatan termasuk pengukuran kebugaran.
5. Jemaah Haji yang berangkat ke Embarkasi status Istithaah Kesehatan
REKOMENDASI
1. PENGUATAN KOORDINASI TERPADU DAN TERSTRUKTUR ( antara
Kemenag, Pemerintah Prov, Kab/Kota dan Dinas Kesehatan ,Kandepag dan
KBIH untuk MEMBERIKAN PELAYANAN YANG TERBAIK DENGAN OPTIMAL
dalam pelayanan Haji ) MEMAMPUKAN CALON JAMAAH HAJI
2. SKD / PENGUKURAN dan pembinaan kebugaran calon jamaah haji secara
dini baik yang masuk daftar tunggu maupun daftar masa keberangkatan
(dua tahun)
3. PELAKSANAAN Kegiatan pengukuran dan pembinaan kebugaran di level
Puskesmas sebagai satu kesatuan dari paradigma baru pelayanan
kesehatan HAJI dengan PENDEKATAN KELUARGA KESJA OR.
4. PENINGKATAN pembinaan terpadu Manasik Haji dan Manasik Kesehatan
dapat dilaksanakan ditingkat Kecamatan dan Kabupaten  kuat /
Dominan pada manasik Haji oleh KBIH
4. KOORDINASI antara Dinas Kesehatan/LP Terkait dan Kemenag
untuk mendapatkan daftar jama’ah berangkat 2018 seawal/
sedini mungkin
5. Mapping domisili jema’ah sesuai wilayah puskesmas pelaksanan
pemeriksaan dan pembinaan kesehatanPENGAWALAN RISTI
6. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan calon jema’ah haji
dengan LENGKAP OPTIMAL tahap ( TAHAP 1.2.3 )
7. Melakukan pembinaan KESEHATAN TERPADU TERSTRUKTUR, KUA,
KBIH dan Puskesmas pendekatan keluarga dan atau orang yang
sudah berhaji
8. PENETAPAN status Istithaah Kesehatan 3 bulan sebelum
pelunasan BPIH Surveilans ketat
9. Tidak ada KASUS MENGINITIS Pasca Haji  14 hari SURVEILANS
KETAT
WANITA HAMIL
1. Usia kandungan < 14 minggu dan >26 minggu, belum vaksin meningitis
 tidak diizinkan menunaikan ibadah haji
2. Usia kandungan 14 s/d 26 minggu, sudah divaksin meningitis (tanpa indikasi
penyakit berbahaya yg lain
 diizinkan berangkat menunaikan ibadah haji
3. Alasan utama seseorang hamil dilarang terbang :
a. Sangat berisiko berada di ketinggian 3.000 M di atas permukaan laut (kadar
oksigennya rendah), getaran di pesawat, waktu perjalanan lama, yaitu 8-9
jam.
b. Risikonya pendarahan dan rawan kontraksi akibat guncangan, hingga
berakibat keguguran.
c. Usia kandungan >26 minggu  mengakibatkan kelahiran prematur.
45
PEMBINAAN KESEHATAN KEBUGARAN

Kab. Batang

Kab. Sragen
SE PEMBINAAN KESEHATAN KEBUGARAN

Kota Surakarta

Você também pode gostar