Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
IKLIM : PANAS
IBADAH DINGIN
KONDISI JAMAAH :
RISTI
PELAYANAN
PEMONDOKAN TRANSPORTASI KATERING DLL
KESEHATAN
Lingkungan Fisik, seperti jarak pemondokan ke Masjidil Haram, suhu ekstrem
1 (panas, berdebu dan badai pasir), kelembaban rendah serta aktivitas ibadah
yang sebagian besar merupakan kegiatan fisik
3 Lingkungan Psikologis, seperti jauh dari keluarga dalam jangka waktu lama dan
interaksi antar sesama Jemaah Haji Indonesia selama menjalankan ibadah haji
4
Kebijakan, seperti kebijakan penempatan pondokan jemaah haji berisiko
tinggi, baik jarak atau kemudahan aksesnya
Rangkaian kegiatan fisik ibadah haji
Mobilitas tinggi
Massal
Sosial budaya
TUJUAN PELAYANAN KESEHATAN HAJI
A. TUJUAN UMUM
1. Terlaksananya Pemeriksaan & Pembinaan kesehatan jemaah haji
sesuai standar dalam upaya menuju Istithaah kesehatan jemaah haji.
2. Masyarakat /Jemaah Mengetahui Istithaah Kesehatan Jemaah Haji
B. TUJUAN KHUSUS
1. Terlaksananya pemkes JH tahap pertama dan Pembinaan masa tunggu
2. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan tahap kedua dan pembinaan
kesehatan pada masa keberangkatan.
3. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan tahap ketiga
4. Terlaksananya koordinas lintas sektor & program dlm proses pemkes
dan pembinaan jemaah haji
TUJUAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI
MAKA
Individu yang tidak termasuk dalam kriteria
tersebut maka tidak ada kewajiban untuk
melaskanakan Ibadah Haji (Gugur Kewajiban)
Tujuan ..
“ISTITHA’AH KESEHATAN”
MABRUR
ISTITHAAH DIJADIKAN SYARAT DALAM PELUNASAN BPIH
1. Istithaah merupakan syarat wajib Permenkes No.15 tahun 2016 ttg Istithaah
Kesehatan Haji
2. Surat Edaran Dirjen PHU Kemenag RI mendukung pelaksanaan pembinaan
dan pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji menuju Istithaah.
3. Istithaah dijadikan syarat pelunasan, sehingga Jemaah Haji (JH) yang TIDAK
MEMENUHI ISTITHAAH KESEHATAN Tidak diberikan kesempatan untuk
melunasi BPIH, tidak divaksinasi meningitis dan tidak diberikan SPMA
4. Pola Kesehatan Jemaah Haji tanggung jawab penuh KEMENKES & Jajaranya
(Kabupaten/Kota) Koordinasi dan peningkatan Kapasitas Kesehatan Haji di
Kab/Kota
PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN JAMAAH HAJI
1. Memenuhi Syarat
2. Memenuhi Syarat
dengan Pendampingan
TPKH DAERAH 3. Tidak Memenuhi
PUSKESMAS Syarat Sementara
RUMAH SAKIT 4. Tidak Memenuhi
Syarat PPIH EMBARKASI
PENDAFTARAN
NOMER
PENERBANGAN
PORSI
ARAB SAUDI
SURVEILANS
DEBARKASI
PEMERIKSAAN PERTAMA PEMERIKSAAN KEDUA PEMERIKSAAN KETIGA
BERANGKAT
1 Pemeriksaan Kesehatan
Tahap I
2
Pemeriksaan Kesehatan
Tahap II
3 Pemeriksaan Kesehatan
Tahap III
Dilaksanakan Tim
Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/Kota di Puskesmas Dilaksanakan Tim
dan/atau Rumah Sakit Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/Kota di Puskesmas Dilaksanakan oleh PPIH
dan/atau Rumah Sakit Embarkasi Bidang Kesehatan
2. Jemaah Haji yang masuk kriteria ini wajib berperan aktif dalam
kegiatan promotif dan preventif
2. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji dengan
pendampingan
Rematik (arthritis)
Tekanan darah tinggi
Gastritis, DM
Kholesterol tinggi
Kegemukan , Anemia
Nyeri jantung
Asma , Paru-paru/TBC, Ginjal
Serangan Jantung ,Tulang keropos
Stroke , Kanker, Prostat
PEMERIKSAAN KESEHATAN KETIGA
LATIHAN OR
TEST JALAN TERUKUR
PENGUKURAN ROCKPORT
IMT
JEMAAH HAJI
SEHAT
BUGAR
KONSULTASI PRODUKTIF
DETEKSI DINI
(TENSI, GULA,KOLESTEROL)
METODE PENGUKURAN KEBUGARAN JASMANI
“METODE SIX MINUTES WALKING TEST”
• Pengukuran kebugaran jasmani dengan metode Six Minutes Walking
Test (6MWT) adalah salah satu metode pengukuran kapasitas
fungsional seseorang yang ditujukan untuk seseorang dengan usia
diatas 60 tahun dan/atau memiliki penyakit jantung atau gangguan
pernapasan.
• Metode pemeriksaannya adalah dengan mengukur jarak tempuh
seseorang berjalan dalam waktu enam (6) menit pada lintasan yang
sudah diukur.
INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN HAJI
1. Indikator Pemeriksaan Kesehatan tahap pertama 90 % Jemaah Haji yg akan
melakukan setoran awal / telah memeiliki nomor porsi dilakukan
pemeriksaan kesehatan pertama untuk penentuan tingkat risiko kesehatan,
denominatornya jumlah JH yang akan berangkat 2 (dua) tahun mendatang
setelah tahun berjalan.
2. Pembinaan masa tunggu, setidaknya 90% JH telah mengikuti pembinaan
kesehatan haji di masa tunggu, akses minimal 4 kali.
3. Pemeriksaan Kesehatan JH masa keberangkatan adalah 100% , dimana JH
yang akan berangkat thn berjalan diperiksa semuanya.
4. Seratus persen (100%) JH yg akan berangkat dilakukan Pembinaan/
manasik Kesehatan termasuk pengukuran kebugaran.
5. Jemaah Haji yang berangkat ke Embarkasi status Istithaah Kesehatan
REKOMENDASI
1. PENGUATAN KOORDINASI TERPADU DAN TERSTRUKTUR ( antara
Kemenag, Pemerintah Prov, Kab/Kota dan Dinas Kesehatan ,Kandepag dan
KBIH untuk MEMBERIKAN PELAYANAN YANG TERBAIK DENGAN OPTIMAL
dalam pelayanan Haji ) MEMAMPUKAN CALON JAMAAH HAJI
2. SKD / PENGUKURAN dan pembinaan kebugaran calon jamaah haji secara
dini baik yang masuk daftar tunggu maupun daftar masa keberangkatan
(dua tahun)
3. PELAKSANAAN Kegiatan pengukuran dan pembinaan kebugaran di level
Puskesmas sebagai satu kesatuan dari paradigma baru pelayanan
kesehatan HAJI dengan PENDEKATAN KELUARGA KESJA OR.
4. PENINGKATAN pembinaan terpadu Manasik Haji dan Manasik Kesehatan
dapat dilaksanakan ditingkat Kecamatan dan Kabupaten kuat /
Dominan pada manasik Haji oleh KBIH
4. KOORDINASI antara Dinas Kesehatan/LP Terkait dan Kemenag
untuk mendapatkan daftar jama’ah berangkat 2018 seawal/
sedini mungkin
5. Mapping domisili jema’ah sesuai wilayah puskesmas pelaksanan
pemeriksaan dan pembinaan kesehatanPENGAWALAN RISTI
6. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan calon jema’ah haji
dengan LENGKAP OPTIMAL tahap ( TAHAP 1.2.3 )
7. Melakukan pembinaan KESEHATAN TERPADU TERSTRUKTUR, KUA,
KBIH dan Puskesmas pendekatan keluarga dan atau orang yang
sudah berhaji
8. PENETAPAN status Istithaah Kesehatan 3 bulan sebelum
pelunasan BPIH Surveilans ketat
9. Tidak ada KASUS MENGINITIS Pasca Haji 14 hari SURVEILANS
KETAT
WANITA HAMIL
1. Usia kandungan < 14 minggu dan >26 minggu, belum vaksin meningitis
tidak diizinkan menunaikan ibadah haji
2. Usia kandungan 14 s/d 26 minggu, sudah divaksin meningitis (tanpa indikasi
penyakit berbahaya yg lain
diizinkan berangkat menunaikan ibadah haji
3. Alasan utama seseorang hamil dilarang terbang :
a. Sangat berisiko berada di ketinggian 3.000 M di atas permukaan laut (kadar
oksigennya rendah), getaran di pesawat, waktu perjalanan lama, yaitu 8-9
jam.
b. Risikonya pendarahan dan rawan kontraksi akibat guncangan, hingga
berakibat keguguran.
c. Usia kandungan >26 minggu mengakibatkan kelahiran prematur.
45
PEMBINAAN KESEHATAN KEBUGARAN
Kab. Batang
Kab. Sragen
SE PEMBINAAN KESEHATAN KEBUGARAN
Kota Surakarta