Você está na página 1de 28

FIVE YEARS STUDY OF RECURRENT FEBRILE SEIZURE

RISK FACTORS
Ausi Indriani1 Nelly Amalia Risan2 Titing Nurhayati3
1 Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran, 2 Department of Child Health Faculty of Medicine Universitas

Padjadjaran/Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung, 3Department of Anatomy, Biology Cell and
Physiology Faculty of Medicine Universitas3 Padjadjaran

Oleh:
Salma Romnalia Ashshofa G99171040/D23

Pembimbing:
dr. Fadhilah Tia Nur, Sp.A(K), M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2019
PENDAHULUAN
Kejang demam adalah
salah satu kejang yang
paling umum diderita anak-
anak dengan prevalensi
total 2-5%

Menurut International League


Against Epilepsy (ILAE) kejang
demam adalah kejang yang
terjadi sehubungan dengan
penyakit demam tanpa
adanya infeksi sistem saraf
pusat atau
ketidakseimbangan elektrolit
akut pada anak-anak lebih
tua dari 1 bulan tanpa
kejang demam sebelumnya
Pasien kejang demam juga
memiliki risiko tinggi untuk
kejang demam berulang dan
epilepsi

Hampir sepertiga dari pasien


kejang demam mengalami
kejang demam berulang.
Kejang Demam
PATHOGENESIS

Invasi melalui aliran Untuk menembus Aktivasi inflamasi


darah pada plexus blood/brain CSF pada sel endotel
choroideus. barrier dan melewati mungkin merupakan
struktur kompleks prekondisi untuk invasi
seperti tight junctions, bakteri dan juga
Meningococci:
pathogen meningeal menyebabkan
ditemukan pada plexus
harus regulasi pada molekul
choroideus dan
membawa/memiliki adhesi sebagai ICAM-
meninges
effective molecular 1 (Intercellular
tools. Adhesion Molecule 1)
Pneumococci: yang menyebabkan
menginfiltrasi pembuluh proses invasi leukosit
darah leptomeningeal
Penyebab Faktor Risiko
Secara teoritis, ada beberapa faktor risiko untuk
berulangnya kejang demam;
1. Usia muda
2. Riwayat keluarga dengan kejang demam
3. Suhu tubuh rendah dan lama demam sebelum kejang.
4. Jenis kejang
5. Jenis kelamin
Symptoms Symptoms pada neonates dan
 Demam tiba-tiba bayi
 Sakit kepala  Irritable

 Leher kaku  Vomitus


 Penurunan nafsu makan
 Nausea
 Gerak aktif menurun
 Vomitus
 Fontanella yang
 Photophobia mencembung (bulging)
 Penurunan kesadaran  Refleks abnormal

Symptoms dapat timbul segera atau beberapa hari setelah paparan.


Umumnya symptoms muncul dan berkembang dalam 3 sampai 7 hari
setelah paparan.
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN

Desain Studi • Descriptive study cross sectional

•154 pasien kejang demam 58


menderita kejang demam berulang.
Subjek Lalu dikategorikan dengan persen(%)
pada setiap faktor risiko.

Tempat & • di Rumah Sakit Umum Dr. Hasan


Waktu Sadikin (RSHS) Bandung
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang mengalami kejang disertai 1. Pasien kejang demam yang pertama
dengan kenaikan suhu tubuh di atas
38⁰C
2. Anak-anak dengan rentang usia 1 bulan
sampai 7 tahun dan tidak memiliki
riwayat kejang demam
Metode
Populasi

Anak sesuai kriteria Diambil data


inklusi diambil dari rekam
sebagai sampel. medis pasien

 gejala infeksi 
Metode
Koleksi Sampel

Dari 154 pasien terdapat 58


Didapatkan 154 pasien dengan
pasien dengan kejang demam
kejang demam
berulang

Catat usia kejang demam


pertama, jenis kelamin, jenis
kejang demam, riwayat kejang
Diolah pada statistic lalu di
demam, riwayat keluarga epilepsi,
masukan kedalam table dengan
riwayat keluarga epilepsi, suhu
persentase
tubuh ketika kejang demam
terjadi dan durasi demam
sebelum timbulnya kejang
Metode
Analisis Statistik

 Data yang diperoleh dikelompokkan dan ditabulasikan.


Variabel diuji menggunakan uji chi-square.
 Tingkat signifikansi ditetapkan dengan p < 0,05 untuk
semua analisis. SPSS for Windows v12.0 (SPSS, Inc.,
Chicago, IL) digunakan untuk analisis.
HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian

Dari data rekam medis pasien kejang di RSHS pada periode 1 Januari 2009 hingga 31
Desember 2013 ada 154 pasien dengan kejang demam dimana 37,6% mengalami kejang
demam berulang (58 pasien).
• Pasien dengan kejang demam pertama <12 bulan memiliki persentase tertinggi.
• Jumlah laki-laki lebih banyak 2x dari wanita.
• Durasi kejang demam <24 jam memiliki persentase tertinggi.
• Pasien kejang demam dengan riwayat keluarga positif kejang demam < daripada
pasien yang tidak memiliki riwayat yang kejang demam pada keluarganya.
• Sebagian besar pasien tidak memiliki riwayat keluarga yang epilepsi.
DISKUSI
Diskusi

 Persentase jumlah kejang demam berulang dalam penelitian ini lebih dari
jumlah persentase dalam penelitian yang dilakukan oleh Marudur et al.12 pada
tahun 2012, yaitu 28,6%. Namun, itu kurang dari penelitian yang dilakukan di
Jepang10 yaitu 45%.

 Usia adalah faktor risiko paling konsisten yang menyebabkan kejang demam
berulang.  usia pasien ketika kejang demam pertama terjadi di bawah 12
bulan memiliki presentase tertinggi.

 Karena kejang demam memiliki hubungan dengan tingkat kematangan otak.


Diskusi
 Pria hampir dua kali lipat dibandingkan dengan pasien wanita. Ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fallah et al.11 (2010), Marudur et al.12
(2012), dan Veisani et al.13 (2013) yang menyatakan bahwa laki-laki lebih sering
menderita kejang demam dibandingkan dengan perempuan.
 Namun, ini bertentangan dengan pernyataan Mikati dalam Nelson Textbook of
Pediatrics bahwa jenis kelamin laki-laki, merupakan faktor risiko untuk terjadinya
kejang demam berulang.
 Dalam penelitian ini, pasien dengan durasi kejang demam kurang dari 24 jam
memiliki persentase tertinggi. Ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Fallah et al.11 (2010) dan Marudur et al.12 (2012) yang menyatakan bahwa durasi
cepat demam sebelum kejang merupakan faktor risiko untuk terjadinya kejang
demam berulang.
Diskusi
 Berdasarkan hasil, ditemukan bahwa kejang demam dengan tipe kejang
demam kompleks memiliki persentase tertinggi. Ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Marudur et al.12 (2012) dan Veisani et al. 13 (2013),
yang menyatakan kejang demam dengan tipe kejang demam sederhana
memiliki jumlah lebih besar daripada jumlah kejang demam dengan tipe kejang
demam kompleks.
 Dalam penelitian ini, jumlah pasien yang tidak memiliki riwayat keluarga kejang
demam lebih tinggi dalam persentase dibandingkan pasien yang memiliki
riwayat keluarga positif kejang demam. Ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan di Iran dan Turki, namun hasil ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fallah et al.11 (2010), Marudur, et al. 12 (2010), dan Tosun et
al. 14 (2010). Riwayat keluarga dengan kejang demam adalah faktor risiko untuk
terjadinya kejang demam.1,4,9

 Ini disebabkan oleh kejang demam yang diturunkan melalui gen dominan
autosomal dan berbagai gen tunggal yang terkait dengan kejang demam.4
ANALISIS PICO
Diskusi
 Ada keterbatasan dalam penelitian ini:
1. Data banyak catatan medis pasien tidak tersedia, oleh karena itu banyak data
pasien tidak dapat digunakan dalam penelitian ini.
2. Beberapa catatan medis tidak dituliskan usia ketika kejang demam pertama terjadi,
durasi demam sampai kejang, tipe kejang demam dan riwayat keluarga kejang
demam
3. Catatan medis tidak berisi data tentang suhu tubuh selama kejang demam;
seharusnya ditanyakan kepada orang tua tentang suhu tubuh anak-anak mereka
ketika kejang terjadi.

 Karena pentingnya rekam medis ini sebagai sumber penelitian, sistem rekam medis di
RSHS harus memperhatikan kelengkapan dalam mencatat data pasien. Selain itu, studi
dengan data primer perlu dilakukan sehingga data yang diperoleh mungkin lebih
akurat, selain itu studi analitik terkait faktor risiko kejang demam berulang juga
diperlukan.
Kesimpulan

 Kelompok berisiko memiliki persentase lebih besar jika dibandingkan


dengan kelompok tidak berisiko.
 Kelompok dengan riwayat keluarga positif kejang demam dan
mereka yang memiliki riwayat keluarga positif epilepsi memiliki
persentase rendah dibandingkan dengan kelompok tidak berisiko,
kelompok dengan riwayat keluarga negatif kejang demam atau
epilepsi.
Dari data rekam medis pasien kejang di RSHS pada
periode 1 Januari 2009 hingga 31 Desember 2013 ada
154 pasien dengan kejang demam dimana 37,6%
mengalami kejang demam berulang (58 pasien).

Penelitian deskriptif cross sectional


dilakukan dengan mengambil data dari
rekam medis rawat inap periode 1 Januari
2009 hingga 31 Desember 2013.
Variabel penelitian ini adalah usia kejang demam
pertama, jenis kelamin, jenis kejang demam, riwayat
kejang demam keluarga, riwayat keluarga epilepsi,
suhu tubuh ketika kejang demam terjadi dan durasi
demam sebelum kejang timbul. Data yang
dikumpulkan ditabulasi berdasarkan frekuensi dan
persentase dan ditampilkan dalam tabel.

Mengidentifikasi dan mengetahui faktor risikodari


kejang demam berulang pada anak.

Você também pode gostar