Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kelompok 6 / Fitokimia 2 C
Fatima Rahmanita (1606881336)
Hanifah Bahiira (1606879294)
Lisani Syukriani (1606879035)
Nabila Alhaura (1606881273)
Nurazizah Putri (1606879041)
Pendahuluan Kuinolin
Lisani Syukriani
1606879035
Alkaloid Kuinolin
• Alkaloid kuinolin (C9H7N)
merupakan senyawa
aromatik organik heterosiklik
yang memiliki dua cincin
karbon dan satu atom
nitrogen
• Kuinolin pertama kali
diekstrak dari tar batubara
(tahun 1834) oleh Ferdinand
Runge Friedlieb, seorang
analis kimia Jerman
Contoh Senyawa
Struktur cincin dasar Alkaloid Tanaman asal Famili
Biosintesis
Kuinolin
• Menurut Janot dkk
(1950) alkaloid
kuinolin merupakan
penggabungan
spesifik dari
triptofan (yang
merupakan bagian
indol) dengan
loganin dan geraniol
(bagian terpenoid)
kuinin dan
kuinidin dari
Chincona spp.
Kegunaan Alkaloid Kuinolin
• Antimalaria, profilaksis pada aritmia jantung, pengobatan
Kuinidin fibrilasi atrial
Sinkonin • Biopeptisida
Mayer Test
• Ditambah pereaksi mayer, terbentuk endapan menggumpal putih atau
kuning yang dapat larut dalam metanol
Dragendorf Test
• Ditambah pereaksi dragendorf, terbentuk endapan jingga coklat
Wagner Test
• Ditambah pereaksi wagner menghasilkan endapan jingga atau coklat
Fluorescence test
• Kuinin memberikan fluoresensi biru ketika diberi asam teroksigenasi,
seperti : asam asetat, asam sulfat.
Thelleioquin Test
Zat dilarutkan Tambahkan Tambahkan 0,5
dalam asam beberapa tetes ml larutan
lemah 2-3 ml aqua bromine amonnia kuat
Tambahkan 3,5 ml
Terbentuk kristal
larutan iodin 1%
bewarna kehijauan
dalam etanol
Sumber
• Cinchona officianalis L. Diakses 9 May 2019 melalui
http://www.catalogueoflife.org/col/details/species/id/9b2f
8a4e657a596dd43515fcfe7d6d17/synonym/8b63f59c57b5
2be548574a420c36bb6f
• Ashutosh, Kar. (2007). Pharmacognosy and
Pharmacobiotechnology. New Age International Publisher
• Evans, William C. (2009). Trease and Evans Phamacognosu.
Elsevier
• Elya, Berna. (2019). Buku Penuntun Praktikum Fitokimia.
Univesitas Indonesia
Contoh jurnal Cara Ekstraksi Alkaloid
Quinolin
Hanifah bahiira
1606879294
Latar Belakang
• Tanaman memiliki berbagai macam mikromolekul. Metabolit ini digunakan dalam parfum, produk kebersihan
pribadi dan dalam industri farmasi dan makanan. Zat-zat ini dapat diklasifikasikan sesuai dengan asal
biosintesisnya.
• Alkaloid adalah salah satu kelas produk alami yang paling beragam. Senyawa ini memiliki rasa pahit dan beberapa
diantaranya dapat memberikan efek terapeutik pada manusia jika diberikan pada dosis yang sesuai.
• Aktivitas terapetik penting dari alkaloid 2-quinolone seperti : antineoplastik, sedativ, dan antiaritmia.
• Studi sebelumnya menunjukkan bahwa Andreadoxa flava (Rutaceae), merupakan sumber yang tinggi dari jenis
alkaloid ini.
• Struktur yang mengandung gugus nitrogen ini dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut organik atau
ekstraksi asam-basa. Namun, metode ini terbatas karena memerlukan suhu yang tinggi untuk mengeliminasi
pelarut, dan sulitnya untuk menghilangkan seluruh residu pelarut, serta adanya variasi pH dapat membentuk
perubahan kimia dan memungkinkan memberi efek toksik.
• Ekstraksi menggunakan cairan superkritis dijadikan alternatif dari metode ekstraksi konvensional karena dapat
menghasilkan produk dengan kualitas tinggi menggunakan teknologi dengan proses yang efisiensinya tinggi.
Metode
• Daun Andreadoxa flava (Kallunki) diperoleh dari kota ilheus, Brazil. Selanjutnya daun dikeringkan pada suhu
ruang dan haluskan untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam alat ekstraksi superkritis CO2 SFE 500 pilot plant.
Kondisi alat untuk ekstraksi
Cont’d
• Setelah melalui alat superkritis CO2, selanjutnya sampel dianalisis menggunakan KLT di mana
setelah elusi, pelat TLC dikembangkan dengan sinar ultraviolet pada 240 nm dan 360 nm.
Disemprot dengan pereaksi yodium dan Dragendorff untuk deteksi alkaloid.
• Beberapa sampel dianalisis dengan resonansi magnetik nuklir proton (PNMR) dalam spektrometer
yang beroperasi pada 300 MHz dalam CDCl3 dan memiliki tetramethylsilane sebagai standar
internal.
• Komponen dari setiap fraksi yang dikumpulkan diidentifikasi dan diukur menggunakan kromatografi
gas Perkin Elmer (GC) dengan detektor ionisasi nyala (FID) yang dilengkapi dengan kolom silika
(panjang carbowax 30 m x diameter internal 0,25 mm dan film tebal 0,25 μm).
• Suhu awal oven adalah 60 ° C selama 5 menit. Kemudian suhu dinaikkan 10 ° C selama menit hingga
280ºC dan kemudian dipertahankan pada level ini selama 20 menit.
• Empat sampel diekstraksi, masing-masing 30 g daun A. flava kering dan triturasi. Kondisi yang
diterapkan dijelaskan pada Tabel 1. Prosedur ini menghasilkan ekstrak A sampai D
Hasil
Hasil
Ekstraksi menggunakan cairan superkritis CO2 Ekstraksi konensional
• Menghasilkan zanthophylline dengan • Menghasilkan zanthophylline dengan
kemurnian 79,4% kemurnian 55,5%
Kesimpulan
• Ekstraksi menggunakan cairan CO2 superkritis
memberikan selektifitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode ekstraksi
konvensional
• Masa jenis CO2 yang digunakan merupakan
faktor penting yang mempengaruhi seektifitas
ekstraksi dari alkaloid ini.
Isolasi Alkaloid Kuinolin
Nurazizah Putri - 1606879041
Gaspar Diaz, Izabel Luzia Miranda and Marisa Alves Nogueira Diaz. (2015). Quinolines, Isoquinolines,
Angustureine, and Congeneric Alkaloids — Occurrence, Chemistry, and Biological Activity, Phytochemicals -
Isolation, Characterisation and Role in Human Health, A. Venket Rao and Leticia G. Rao, IntechOpen, DOI:
10.5772/59819.
tambahan
Pemurnian
Fase gerak:
campuran methanol-
pelarut yang kloroform, atau
didapatkan aseton-
melalui methanol.
kromatografi
lapis tipis (KLT)
Kar, A. (2015).
Pharmacognosy and
Pharmacobiotecnology.
Second Edition. New Delhi:
New Age International.
Kar, A. (2015).
Pharmacognosy and
Pharmacobiotecnology.
Second Edition. New Delhi:
New Age International.
Ekstrak kental Metanol
ISOLASI SENYAWA
dipartisi dengan n-heksana
ALKALOID TURUNAN
FUROKUINOLIN DARI Ekstrak Metanol
RANTING Toddalia + as. sulfat 5% pH 3-4
Asiatica L. dan Uji dipartisi dengan etil asetat
Aktivitas Antikanker
Fasa Asam
Devina Oktari Rahayu,
Tjitjik Srie Tjahjandarie, + amonia, hingga pH 9
Mulyadi Tanjung dipartisi dengan etil asetat
Jurnal Kimia Riset, Ekstrak Etil Asetat
Volume 3 No.2,
dicuci dengan air, hingga pH 7
Desember 2018
Ekstrak Alkaloid 6,53 gr
Ekstrak Alkaloid Sub-fraksi C2
KKG, n-heksana:etil = Kromatografi Radial,
9:1 hingga 3:7 i. n-
Fraksi heksana:klorofor
A B C D E m (8:2 sampai
3:7)
Kromatografi Radial,
ii. Kloroform
i. n-heksana:
iii. kloroform:etil
kloroform (9:1
asetat (9:1)
sampai 1:9)
ii. kloroform Senyawa Alkaloid
iii. kloroform:etil Murni: turunan
asetat (9:1) furokuinolin
Sub-fraksi
C1 C2 C3
Penetapan Kadar
Alkaloid Kuinolin
Titrasi
Fluoresensi
Asam Basa
Spektro
SFC
UV-Vis
Fluoresensi
Larutan Induk Prosedur
Memindahkan 120.7 mg Quinine Menyiapkan standar quinine dengan 10
sulfat dihidrat atau 100 mg kali pengenceran larutan quinine
quinine dalam labu volumetric 1 L dengan 0.05 M H2SO4, dimulai dengan
larutan induk konsentrasi 100 ppm
Tambahkan 50 mL H2SO4 1M
Intensitas fluoresensi diukur dan proses
pelarutan serta pengukuran dilanjutkan
hingga fluoresensi sekiranya sesuai
blangko (0.05 M H2SO4)
Ad dengan aquadest hingga batas
volume.
(O’Reilly, 1975)
Titrasi Asam Basa
Larutkan 2,5 gr serbuk Tambahkan 80 gr eter,
sampel dan 1 ml asam Panaskan selama 30 40 gr kloroform, dan 10
Kocok selama 30 menit
format, lalu dengan 18 menit dan dinginkan ml larutan NaOH 30%
ml air b/v
𝐴316 𝑥 𝐴348𝑐 − 𝐴3
Persiapkan larutan standar dengan 𝑥=
melarutkan secara terpisah 18.5 mg
quinine HCl dan 18.5 mg Cinchonine Ukur absorbansi ketiga larutan pada
𝐴316𝑞 𝑥 𝐴348𝑐 − 𝐴3
dengan HCL 0.1 M dan ad kembali 316 nm dan 348 nm
hingga 500 mL masing-masing
dengan HCL 0.1 M.
𝐴316 𝑥 𝐴348𝑞 − 𝐴3
𝑦=
𝐴316𝑐 𝑥 𝐴348𝑞 − 𝐴3
(Semmelweis University, 2017)
SFC
Percobaan
Preparasi
• Alat : UPC2-SFC
150 mg serbuk Cinchonae cortex diekstraksi
dengan pelarut Methanol-NaoH 0.1M (49:1) • OS : Empower 3
• Kolom : Acquity UPC2 Torus DEA (3 x 100 mm, 1.7 µm)
• Fase Gerak : CO2 dan 0.8% Dietilamin dalam campuran
Ekstraksi dilakukan 3 kali dengan 10 mL campuran
ini melalui sonikasi selama 20 menit masing-
10% asetonitril dan 90% methanol
masing. • Pemisahan isokratik didapatkan dengan mempertahankan
konsentrasi 97.7A/2.3B selama 10 menit.
• Volume Injeksi sampel : 1 µl
Setelahnya, sentrifugasi selama 10 menit pada
1500g. • Flow rate : 1.8 mL/menit
• Suhu Kolom : 15°C
• Tekanan ABPR : 150 bar (2175 psi)
Pindahkan supernatant jernih ke labu volumetric • Senyawa di dideteksi pada λ 275 nm
50 mL, lalu ad dengan pelarut hingga batas. • Sample manager dipertahakankan suhu 10 °C dan
campuran methanol- 2-propanol (1:1) dan methanol
digunakan sebagai pembilas.
Larutan sampel difilter (Membran selulosa 0.45
µM) dan diinjeksi triplo
Validasi Metode SFC
Analisis
Referensi
• O’Reilly, J. (1975) Fluorescence Experiment with
Quinine.
• Semmelweiss University (2017) Crude Drugs
Containing Quinoline, Isoquinoline and
Phenanthrene Alkaloids.
• Murauer, A. (2018) Quantitative determination of
major alkaloids in Cinchona bark bySupercritical
Fluid Chromatography. Elsevier.