6.1 Pembuatan dan Penggunaan Alkena di Industri 6.2 Menghitung derajat ketidak jenuhan 6.3 Tatanama 6.4 Isomer cis-trans Alkena 6.5 Aturan penman Z dan E 6.6 Kestabilan Alkena 6.7 ReaksiAdisi Elektrofilik Alkena 6.8 Orientasi Adisi Elektrofilik : Aturan Markonikov 6.9 Struktrur dan Kestabilan Karbokation 6.10 Postulasi Hammond 6.11 Pembuktian Mekanisme Adisi Elektrofilik : Penyusunan Ulang Karbokation SENYAWA ALKENA Senyawa ikatan rangkap karbon ada dalam kelompok senyawa organic umum dan molekul biologi, sehingga pemahaman sifat senyawa ini sangat dibutuhkan.
Dalam bab ini kita akan lihat beberapa konsekwensi
stereoisomer alkena dan focus pada keragaman dan kelompok reaksi umum senyawa alkena, reaksi adisi elektrofilik. 6.1 Pembuatan dan Penggunaan Alkena Etilena, propilena, dan butena dibuat secara industry melalui proses cracking alkane (C2-C8) 6.2 MENGHITUNG DERAJAT KETIDAK JENUHAN Senyawa Organohalogen (C,H, X dimana X= F, Cl, Br atau I) Subtituen halogen bertidak sama seperti pengantian untuk hydrogen dalam molekul organic, sehingga kita dapat menambahkan penggantian halogen dengan hydrogen hingga didapat molekul akhirnya guna menentukam derajat ketidak jenuhan. Senyawa organooksigen (C, H, O) oksigen membentuk dua ikatan sehingga oksigen tidak mempengaruhi formula hidrokarbon equivalen dan dapat diabaikan saat perhitungan derajat ketidak jenuhan. Anda dapat meyakinkan ini dengan melihat pengaruh penambahan atom oksigen pada senyawa alkane C-C menjadi C-O-C atau C-H menjadi C-OH, dan terlihat tidak ada pengaruh pada jumlah hydrogen. Senyawa organo Nitrogen (C, H, N) Nitrogen membentuk tiga ikatan, sehingga senyawa organonitrogen memiliki satu hydrogen lebih banyak dibanding hidrokarbon; sehingga kita perlu mengurangi jumlah nitrogen dari jumlah hydrogen yang ada untuk mendapatkan formula hidrokarbon yang equivalen. Sekali lagi anda dapat meyakinkan hal ini dengan menambahkan atom nitrogen dalam struktur ikatan alkane C-C menjadi C-NH-C atau CH menjadi C-NH2. Hal ini berarti ada penambahan satu hydrogen dalam molekul.Sehingga kita harus mengurangi satu hydrogen untuk mendapatkan formula hidrokarbon yang equivalen. Contoh untuk formula C5H9N maka formula equivalennya menjadi C5H8 dan ini berarti ada dua derajat ketidak jenuhan. Kesimpulan 1. Tambahkan jumlah halogen sebagai H dalam formula equivalen 2. Abaikan jumlah oksigen dalam formula equivalen 3. Kurangi jumlah nitrogen dari jumlah H dalam formula Senyawa diazepam atau dikenal dengan Valium memiliki tiga cincin, enam ikatan rangkap dua dan formula C16H?ClNO2. Berapa banyak hydrogen yang dimiliki diazepam (lakukan perhitungan jumlah hydrogen tetapi tanpa menghitung satu persatu dari hydrogen dalam sstruktur. 6.3 TATANAMA ALKENA Tahap 1 Tentukan krangka utama senyawa hidrokarbon. Tetapkan rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap dan beri nama senyawa yang sesuai menggunakan akhiran - ena Tahap 2 Beri penomeran rantai atom karbon . Mulai dari dari ujung rantai yang terdekat dengan ikatan rangkap atau bila jarak ikatan rangkap dengan ujung rantai nya sama, mulai dari titik cabang rantai terdekat. Aturan ini menjamin bahwa ikatan rangkap pada karbon akan menerima kemungkinan nilai terendah. Tahap 3 Tuliskan nama senyawa secara lengkap. Urutan subtituen disesuakan dengan posisinya dalam rantai dan susun secara alfabetik . Tunjukkan posisi ikatan rangkap dengan memberikan penomeran pada karbon alkena pertama dan tempatkan nilai tersebut sebelum nama kerangka utama hidrokarbon. Jika ada lebih dari satu ikatan rangkap tunjukan posisi masing masing ikatan rangkap dan gunaka ssatu akhiran : diena, triena dst. Kita harus mengingat bahwa IUPAC telah merubah penamaan tersebut dan merekomendasikannya tahun 1993 untuk penenempatan ikatan rangkap langsung sebelum akhiran –ena . misalnya, penaman but-2-ena yang sebelumnya 2-butena. Perubahan ini tidak secara luas diterima oleh komunitas ahli kimia. Namun anda perlu mengingat pada suatu saat menemui system yang baru Penamaan senyawa sikloalkena sama halnya untuk rantai terbuka alkena tetapi karena tidak ada rantai akhir dan awal nya, kita beri penomeran C1 dan C2 diantara ikatan rangkapnya dan subtituen pertama memiliki nomer serendah mungkin. Untuk alasan sejarah, ada beberapa senyawa alkena menggunakan nama umum atau common name dan ini sudah diterima dala ketentuan IUPAC misalnya senyawa alkena turunan dari etana seharusnya disebut etena, tetapi senyawa ini lebih dikenal dengan etilena. 6.4 Isomer Cis-Trans pada Alkena Karena rotasi ikatan tidak terjadi, maka kedua 2 butena tidak dapat secara spontan dipertukarkan, kedua senyawa nya berbeda dan dapat di isolasi. Untuk contoh disubtitusi alkane, kita dapat menyatakan bahwa kedua senyawa tersebut sebagai senyawa stereoisomer cis- trans. Keisomeran cis-trans tidak dibatasi pada alkena disubtitusi. Hal ini dapat terjadi pula pada ikatan rangkap yang mengalami subtitusi dengan gugus yang berbeda. Namun bila salah satu atom karbon dari C=C mengikat gugus yang sama maka cis-tran isomer tidak dimungkinkan. 6.5 Aturan urutan : E- dan Z Ketentuan dari aturan Cahn-Ingold-Prelog. Aturan 1 Asumsikan ikatan karbon dalam keadaan terpisah, perhatikan masing masing atom yang secara langsung terikat pada karbon kemudian lakukan urutan prioritas berdasarkan nomer atom. Atom dengan nomer atom terbesar memperoleh prioritas pertama dan selanjutnya atom dengan nomer atom lebih rendah. Aturan 2 Apabila keputusan tidak bisa diambil melalui skala prioritas pada atom pertama, lihat urutan dari atom ke 2, 3, atau ke 4 yang menjauhi ikatan rangkap sampai diperoleh perbedaan skala prioritas. Aturan 3 6.6 KESTABILAN ALKENA Tingkat kestabilan alkena dipengaruhi oleh kombinasi dua faktor. Pertama oleh penstabilan interaksi antara ikatan p dari C=C dan dengan ikatan s C-H subtituen.
Dalam batasan ikatan valensi, interaksi yang terjadi disebut
hiperkonyugasi. Dalam penjelasan orbital molekul, ada ikatan MO (molukular orbital) yang dapat diperluas hingga C=C-C-H Factor ke 2 yang memeberikan konstribusi kestabilan alkena melibatkan kekuatan ikatan antara karbon sp2 dan karbon sp3 lebih kuat dibandingkan antara ikat sp3 dengan sp3. Sehingga dengan membandingkan 1-butena dengan 2-butena, monosubtitusi isomer memiliki satu ikatan sp3-sp3 dan satu ikatan sp3-sp2, sedangkan pada isomer disubtitusi memiliki dua ikatan sp3-sp2. 6.7 REAKSI ADISI ELEKTROFILIK ALKENA Intermediate karbokation PENULISAN REAKSI ORGANIK 6.8 Orientasi Adisi Elektrofilik: Aturan Markovnikov