Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSES BARTHOLINI
Oleh:
dr. Mulya Ito Astari
Pembimbing:
dr. Obed Paul Andre Simatupang, M.Ked. OG, Sp. OG
Pendamping:
Dr. Toman Ria Sitorus
RS MARDI WALUYO
KOTA METRO LAMPUNG
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Sekitar 2% perempuan usia reproduktif mengalami
pembengkakan pada satu atau kedua glandula Bartholin dengan kasus
abses Bartholin dan kista Bartholin mencapai 2% dari semua
kunjungan ginekologi per tahun. Abses glandula Bartholin
berkembang, baik itu ketika terjadi infeksi pada kista Bartholin atau
dapat pula terjadi akibat adanya infeksi primer dari glandula Bartholin.
Pada umumnya, pasien dengan abses Bartholin mengeluhkan
nyeri pada vulva dengan onset akut dan berkembang secara progresif
cepat. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya massa lunak pada
labia, berfluktuasi dengan eritema disekitarnya dan edema.
Pada dasarnya, jika abses Bartholin ditangani dengan drainase
yang tepat dan reclosure dapat dicegah, maka kebanyakan abses
memiliki outcome yang baik. Tidak ada rekurensi yang terjadi setelah
marsupialisasi dilaporkan pada penelitian yang telah ada.
Penyembuhan biasanya terjadi dalam 2 minggu atau kurang.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Nn. E
• Tanggal Lahir/Umur : 12-02-2003/15 tahun
• Alamat : Pujokerto RT 0022/001 Trimurjo
Lampung Tengah
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Pelajar
• Status : Belum menikah
• No. RM : 00405516
• Tanggal Masuk RS : 29 Desember 2018 melalui IGD
jam 12.40 wib
• Tanggal keluar RS : 31 Desember 2018
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Benjolan di bibir kemaluan bagian kiri sejak 2 minggu yang lalu dan
semakin memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pemeriksaan Kepala
• Wajah : Tampak pucat (-), edema (-), efloresensi (-)
• Bentuk : Normocephalus, simetris
• Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tidak mudah rontok, alopecia (-)
• Deformitas : (-), nyeri tekan (-)
• Mata
-Konjungtiva : Anemis -/-
-Sklera : Ikterus -/-
-Pupil : Bentuk bulat, isokor, RCL +/+
• Telinga : Deformitas (-), massa (-), otorrhea (-), nyeri tekan (-)
• Hidung : Deformitas (-), nafas cuping hidung (-), epistaksis (-), rinorrhea (-)
• Mulut
-Bibir : Kesan normal, sianosis (-), stomatitis (-)
-Lidah : Kesan normal, warna merah muda, lidah kotor (-)
-Gigi : Karies (-)
-Tonsil : Ukuran T0/T0
-Faring : Hiperemis (-)
Pemeriksaan Leher
• Kelenjar getah bening : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
• Kelenjar tiroid : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
• JVP : Peningkatan (-)
• Massa : (-)
Thorax
Pemeriksaan Paru
• Inspeksi:
Ekspansi paru simetris bilateral kanan = kiri, retraksi interkosta (-), jejas (-),
bentuk normochest, jenis pernapasan thoraco-abdominal, pola pernapasan
kesan normal
• Palpasi:
Ekspansi dada simetris, vocal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-)
• Perkusi:
Bunyi sonor pada kedua lapang paru, batas paru-hepar SIC VII LMD
• Auskultasi:
Suara napas vesikuler di kedua lapang paru. Suara napas tambahan: Ronkhi
(-/-), Whezzing (-)
Pemeriksaan Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Pulsasi ictus cordis tidak teraba
• Perkusi :
Batas atas : SIC II linea sternalis sinistra
Batas kiri : SIC IV linea axillaris anterior
Batas kanan : SIC IV linea sternalis dextra
• Auskultasi : Bunyi jantung S1 & S2 murni reguler, bunyi tambahan (-)
Pemeriksaan Abdomen
• Inspeksi : Tampak datar, luka bekas operasi (-), bendungan vena (-)
• Auskultasi : Bunyi peristaltik usus terdengar, frekuensi kesan normal.
• Perkusi : Bunyi timpani (+). Pembesaran lien & hepar (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (-).Palpasi hepar, ginjal, dan lien dalam batas
normal
Pemeriksaan ekstremitas
Ekstremitas superior
• Kulit : Warna cokelat kesan normal, edema (-/-), akral
hangat (+/+)
• Otot : Bentuk eutrofi, tonus normal, kekuatan otot 5/5
• Sendi : ROM dalam batas normal
Ekstremitas inferior
• Kulit : Warna cokelat kesan normal, edema (-/-), akral
hangat (+/+)
• Otot : Bentuk eutrofi, tonus normal, kekuatan otot 5/5
• Sendi : ROM dalam batas normal
PEMERIKSAAN GENITALIA
• Vulva:
Tampak discharge warna putih seperti susu,
volume sedikit, sedikit berbau.
Status Lokalis
• Inspeksi:
Tampak massa berfluktuasi dan hiperemis di labia
minora sinistra meluas ke labia majora sinistra,
bentuk sferis.
• Palpasi:
Teraba massa dengan konsistensi lunak,
berfluktuasi, nyeri tekan (+), teraba lebih hangat
dibandingkan daerah sekitarnya. Ukuran massa
± 8-10 cm.
RESUME
DIAGNOSIS BANDING
• Kista Bartholini
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
• IVFD D5% 500cc/8 jam
• Injeksi Ciprofloxacin flash 2x400mg
• Injeksi Metronidazole flash 3x500mg
• Ketoprofen supp /8 jam
• Ranitidin Tab 3x150mg
Non-Medikamentosa:
• Vulva Higiene
• Bed rest, higienitas dijaga
Rencana tindakan:
• Marsuapialisasi
PROGNOSIS
• Quo ad Vitam : Bonam
• Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
• Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
• Quo ad Cosmeticam : Dubia ad Bonam
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KU: Baik/CM
Nyeri pada bekas operasi
TD: 100/70 mmHg Post -Terapi diganti oral:
Senin/ berkurang, discharge kental putih
N: 80×/m Marsuapialisasi -Ciprofloxacin Tab 2x500mg
31-12- dari vulva berkurang, darah (-),
R: 20×/m a/i Abses -Sanmol Tab 3x500mg
2018 flatus (+), nyeri perut (-), mual (-),
3 S: 36,8°C Bartholini (Hari -Ranitidin Tab 3x150mg
08:00 muntah (-), pusing (-), demam (+),
BU: + K-2) -Mefinal Tab 3x500mg
BAB (+) biasa, BAK (+) lancar
Konjungtiva: anemis -/-
10:00 Aff infuse
13:30 Pasien diperbolehkan pulang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Abses Bartholin merupakan abses yang dihasilkan
dari obstruksi pada ostium ductus diikuti dengan
akumulasi mucus atau pus dalam ductus glandula.
Abses glandula Bartholin adalah infeksi
polimikrobial, dan spesies Bacteroides, spesies
Peptostreptococcus, Eschercia coli, dan Neisseria
gonorrhoeae yang mana sering kali ditemukan pada
kultur dari drainase purulen. Jarang ditemukan adanya
keterlibatan Chlamydia trachomatis pada penyakit ini.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Obstruksi duktus
Retensi mukus
Kista Bartholin
Inflamasi Infeksi
1. Kista Bartholini
2. Malignancy
3. Epidermoid cysts
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Antibiotik oral yang dapat diberikan pada pasien abses
Bartholin termasuk trimethoprim-sulfamethoxazole, amoxicillin-
clavulanate, generasi kedua cephalosporin, atau fluoroquinolone,
seperti ciprofloxacin. Pada kebanyakan kasus, kultur dilakukan.
Adapun, berdasarkan risiko pasien, NAATs untuk N gonorrhoeae
dan C trachomatis dan screening untuk STDs lainnya.
KOMPLIKASI
1. Perdarahan
2. Rekurensi
3. Missed diagnosis dari Bartholin duct carcinoma
4. Infeksi progresif dan sepsis
5. Komplikasi lain
PROGNOSIS
Kelalaian diagnosis dari adanya malignancy dapat
memberikan outcome yang lebih buruk pada pasien.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. DIAGNOSIS
Pada kasus ini pasien didiagnosis sebagai abses kelenjar
Bartholini berdasarkan dari anamnesis keluhan pasien dan pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang.