Você está na página 1de 31

GANGGUAN MENSTRUASI

(DISMENORE)

KELOMPOK 2
1. INNES WAHYUNI
2. ROZALITA
DEFENISI :
• Nyeri haid (dismenorea) merupakan suatu
gejala dan bukan suatu
penyakit.
• Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari
kram rahim dan terjadi selama menstruasi
(dra.Sylvia Saraswati,2010)
• Dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya
dengan rasa kram dan terpusat di abdomen
bawah ( Prawirohardjo,2011)

Jenis-Jenis Dismenore ada 2, yaitu :
• Dismenorea primer adalah
dismenorea yang terjadi sejak usia
pertama sekali datang haid yang
disebabkan oleh faktor intrinsic
uterus, berhubungan erat dengan
ketidakseimbangan hormone steroid
seks ovarium tanpa adanya kelainan
organic dalam pelvis.
• Dismenore sekunder dapat terjadi
kapan saja setelah haid pertama,
tetapi yang paling sering muncul di
usia 20-30 tahunan, setelah tahun
tahun normal dengan siklus tanpa
nyeri.
ETIOLOGI
• Dismenore Primer
Penyebabnya:
a. Faktor endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada
akhir fase korpus luteum. Menurut
Novak dan Reynolds, hormon
progesteron menghambat atau
mencegah kontraktilitas uterussedangkan
hormon estrogen merangsang
• kontraktilitas uterus.
b. Kelainan organik
Seperti: retrofleksia uterus,
hipoplasia uterus, obstruksi kanalis
servikalis, mioma submukosum
bertangkai, polip endometrium.
c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis
Seperti: rasa bersalah, ketakutan
seksual, takut hamil, hilangnya tempat
berteduh, konflik dengan
kewanitaannya, dan imaturitas.
d. Faktor konstitusi
Seperti: anemia, penyakit menahun,
dsb dapat mempengaruhi timbulnya
dismenorea.
e. Faktor alergi
Menurut Smith, penyebab alergi
adalah toksin haid. Menurut riset,
ada asosiasi antara dismenorea
dengan urtikaria, migren, dan
asma bronkiale.
• Dismenore sekunder mungkin di
sebabkan oleh kondisi berikut :
Endometriosis
Polip atau fibroid uterus
Penyakit radang panggul
Perdarahan uterus disfungsional
Prolaps uterus
Maladaptasi pemakaian AKDR
Klasifikasi
• Nyeri Spasmodik
Nyeri spasmodik terasa di bagian
bawah perut dan berawal sebelum
masa haid atau segera setelah
masa haid mulai.
• Nyeri Kongestif
Penderita dismenorea kongestif
yang biasanya akan tahu sejak
berhari-hari sebelumnya bahwa masa
haidnya akan segera tiba.
Pathway Dismenore
MANIFESTASI KLINIS
• Dismenore primer :
 Usia lebih muda
 Timbul setelah terjadi siklus haid yang
teratur
 Sering pada nulipara
 Nyeri sering terasa sebagai kejang
uterus dan spastik
 Nyeri timbul mendahului haid dan
meningkat pada hari pertama atau kedua
haid.
 Tidak dijumpai keadaan patologik pelvic
• Hanya terjadi pada siklus haid yang
ovulatorik
• Sering memberikan respon terhadap
pengobatan medikamentosa
• Pemeriksaan pelvic normal
• Sering disertai nausea, muntah, diare,
kelelahan dan nyeri kepala
• Dismenore skunder
 Usia lebih tua
 Cendrung timbul setelah 2 tahun siklus haid
teratur
 Tidak berhubungan siklus dengan paritas
 Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul
 Nyeri di mulai saat haid dan meningkat
bersama dengan keluarnya darah
 Berhubungan dengan kelainan pelvic
 Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
 Sering memerlukan tindakan operatif
 Terdapat kelainan pelvik
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan
untuk menyingkirkan penyebab organik
dismenorea:
• Cervical culture untuk menyingkirkan
sexually transmitted diseases.
• Hitung leukosit untuk menyingkirkan
infeksi. Kadar human chorionic
gonadotropin untuk menyingkirkan
kehamilan ektopik.
• . Sedimentation rate.
• Cancer antigen 125 (CA-125) assay:
ini memiliki nilai klinis yang terbatas
dalam mengevaluasi wanita dengan
dismenorea karena nilai prediktif
negatifnya yang relatif rendah.
• Laparoscopy
• Hysteroscopy
• Dilatation
• Curettage
• Biopsi Endomentrium
Penatalaksanaan
Pengobatan seperti pengobatan herbal,
Penggunaan suplemen, Perawatan medis,
Relaksasi, Hinoterapi.
Menurut Reeder (2013 ) penatalaksanaan
dismenore yaitu :
 Dismenore primer
Penatalaksanaan medis pada dimenore primer
terdiri atas pemberian kontrasepsi oral dan
NSAIDs. Pada kontrasepsi oral berkerja
dengan mengurangi volume darah menstruasi
dengan menekan endometrium dan ovulasi,
sehingga kadar prostaglandin menjadi rendah.
• Dismenore Skunder
Penatalaksanaan atau terapi fisik untuk
dismenore sekunder bergantung dengan
penyebabnya. Pemberian terapi NSAIDs,
karena nyeri yang di sebabkan oleh
peningkatan prostaglandin.
KOSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat
a. Riwayat menstruasi
• Frekuensi dan keteraturan siklus
• Lama dan jumlah menstruasi
• Hubungan antara dismenore dengan
siklus dan menstruasi.
b. Deskripsi nyeri
– Permulaan yang terkait dangan masa
menstruasi
– Rasa kram spasmodic atau menetap
– Lokasi menyeluruh atau spesifik
– Unilateral atau seluruh abdomen bagian
bawah
– Lokasi pada abdomen bagian bawah,
punggung atau paha.
– Memburuk saat palpasi atau bergerak
c. Gejala yang berkaitan
– Gejala ekstragenetalia
– Dispareunia- konstan atau bersiklus yang
berhubungna dengan siklus menstruasi.
d. Riwayat obstetri-paritas
e. Pemasangan AKDR
f. Riwayat kondisi yang mungkin
mengakibatkan dismenore sekunder.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pencatatan usia dan berat badan
b. Pemeriksaan speculum
• Observasi ostiumm uteri untuk
mendeteksi polip.
• Catat warna atau bau yang tidak biasa dari
raba vagina, lakukan pemeriksaan sediaan
basah.
• Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS,
dan uji darah bila perlu, berdasarkan
riwayat pasien.
b. Pemeriksaan bimanual
• Catat nyeri tekan akibat gerakan
serviks
• Catat ukuran bentuk dan konsestensi
uterus, periksa adanya fibroid.
• Catat setiap masa atau nodul pada
adneksa, terutama nyeri unilateral.
• Catat bila terdapat sistokel atau
prolaps uterus.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan


gangguan menstruasi (dismenore)
2.Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan kelemahan umum
3.Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
C. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan
gangguan menstruasi (dismenore)
• jelaskan dan bantu klien dengan tindakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan non
invasive
• Ajarkan penggunaan kompres hangat.
• Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk
menurunkan ketegangan otot rangka, yang
dapat menurunkan intensitas nyeri dan
• juga tingkatkan relaksasi masase.
• Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
• Lakukan pijatan punggung bawah.
• Berikan kesempatan waktu istirahat bila
terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ;
misal waktu tidur, belakangnya dipasang
bantal kecil.
• Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-
sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama
nyeri akan berlangsung.
• Observasi ulang tingkat nyeri, dan
respon motorik klien, 30 menit setelah
pemberian obat analgetik untuk
mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1
- 2 jam setelah tindakan perawatan
selama 1 - 2 hari.
• Kolaborasi dengan dokter, pemberian
analgetik. Kolaborasi pemberian obat
seperti penghambat sintesa
prostaglandin ( PGSI), ibuprofen
(Motrin), naproxen sodium ( Anaprox)
dan ibuprofen setidaknya 48 jam
sebelum terjadi menstruasi.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
nyeri dismenore
• Hindari seringnya melakukan intervensi yang
tidak penting yang dapat membuat lelah,
berikan istirahat yang cukup
• Berikan istirahat cukup dan tidur 8 – 10 jam
tiap malam
• Observasi ulang tingkat nyeri, dan respon
motorik klien, 30 menit setelah pemberian
obat analgetik untuk mengkaji
efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah
• tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.
3. Ansietas berhubungan dengan ineffektif
koping individu.
• Jelaskan prosedur yang diberikan dan
ulangi dengan sering
• Anjurkan orang terdekat berpartisipasi
dalam asuhan
• Anjurkan dan berikan kesempatan pada
pasien untuk mengajukan pertanyaan dan
menyatakan masalah
• Ajarkan teknik relaksasi; latihan napas
• dalam, imajinasi terbimbing
• Informasikan tentang perawatan, dan
pengobatan
• Pertahankan perilaku tenang, bantu
pasien untuk kontrol diri dengan
menggunakan pernapasan lebih lambat
dan dalam.
• Jelaskan pada klien tentang
etiologi/faktor dismenore.

Você também pode gostar