Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Penanggung
jawab:
DR.ERIK
Ketua: dr.
Widya
Perawat: 1. Ari
2. Vincent
Farmasi: Rifai
Wakil: dr. Deti Anggota: RM: Andi
Laborat: Ari
Informasi Dasar HIV-AIDS
HIV AIDS
H : Human (Manusia) A: Acquired (Didapat /
I : Immunodeficiency (turunnya Ditularkan oleh orang lain)
sistem kekebalan tubuh, I: Immune (Kekebalan tubuh)
sehingga tubuh gagal
melawan infeksi) D: Deficiency (Penurunan /
Kekurangan)
V : Virus
S: Syndrome (Kumpulan Gejala)
Virus yang hanya terdapat di
dalam tubuh manusia dan Kumpulan gejala (infeksi
menyebabkan turunnya opotunistik) yang disebabkan
kekebalan tubuh tubuh oleh penurunan kekebalan
gagal melawan infeksi tubuh, akibat tertular infeksi
HIV dari orang lain
HIV
• menyerang sistem kekebalan tubuh (sel darah
putih / limfosit) sehingga kekebalan tubuh
menurun
• memiliki kemampuan untuk “mengkopi-cetak”
sehingga virus bertambah banyak dalam tubuh
HIV terdapat di…
darah
cairan sperma
cairan vagina
Darah
Semen
18,000 Cairan
11,000
Vagina Cairan
7,000 Amnion
4,000 Saliva
1
Transfusi darah 90 – 95
Perinatal 20 – 40
Seksual 0,1 – 1
IDUs 0,5 – 1
• Kewaspadaan Standar
(pada tenaga kesehatan)
• Program pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak
HIV Penyakit Menular
Selalu 2 orang
Pengidap HIV Sehat HIV+
(Odha)
Virus HIV
• tidak mudah menular
• cara penularannya terbatas
• bisa dicegah
• tetapi sekali tertular, seumur hidup ‘bisa’ menularkan
TARGET SELULER INFEKSI HIV
• Target Utama :
–CD4+ Limfosit T.
–Monosit dan makrofag.
• Menghasilkan antibodi
Klasifikasi HIV
• HIV termasuk dalam family retrovirus,
genus lentivirus
• Retrovirus mempunyai ciri ciri
– Dikelilingi oleh membran lipid
– Mengandung 2 copy ssRNA
– Mempunyai variable genetik yg banyak
– Menyerang semua vertebrata
– Mempunyai kemampuan replikasi unik
Klasifikasi HIV (lanjutan)
• Lentivirus mempunyai ciri
– Menyebabkan infeksi kronis
– Kemampuan replikasi yg persistent
– Menyerang SSP
– Long period clinical latent
Struktur HIV
• Envelop
– gp 120
– gp41
• Enzym
– Reverse transcriptase
– Integrase
– Protease
• Inti
– P17 (matrix)
– P24 (kapsid)
– P7/P9 (nucleocapsid)
Perjalanan Penyakit
Dari Infeksi HIV Menjadi AIDS
800
700
Sindrom TB
600 Infeksi Asimtomatik
500 Akut HIV
HZV
400 Periode OHL
Level relatif
300 jendela
Plasma HIV-RNA OC
200 PPE
PCP
100 CM
Antibodi
0 CMV, MAC
0 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bulan….. Tahun sesudah terinfeksi HIV
Window period (masa jendela)
• Masa dimana virus masuk
dalam tubuh sampai
dengan terbentuknya
antibodi
• Antara 4-12 minggu
• Bila diperiksa pada masa
tersebut, anti HIV nya
negatif karena antibodi
belum terbentuk, namun
sudah dapat menularkan
pada orang lain
Siklus Replikasi HIV
• Ditemukannya
antibodi HIV dlm
darah
• Jenis tes antibodi HIV:
• Rapid Test
• ELISA
• Western Blot
Tujuan Tes HIV
1. Skrining
Melakukan pemeriksaan pada semua populasi yang jadi
objek sasaran untuk melihat tingkat keberhasilan atau
kegagalan pengobatan
2. Surveilans
Untuk mengevaluas kemajuan program maka dilakukanlah
surveilans, dengan ketentuan nama responden tidak boleh
terungkap, sampel harus cukup memenuhi sarat sebagai
sampel
3. Diagnostik
Prosedurnya sama dg cara mendiagnosa penyakit lain, yang
penting KT adalah konseling berkaitan dengan diagnosis
penentuan penyakitnya, dengan asas yang harus dipatuhi
Kementerian Kesehatan, berbasis bukti yang ada membuat kebijakan
yang tertuang di Permenkes No.21 tahun 2013 yang berisi:
Penerapan KTH ( Konseling dan Tes HIV) di seluruh fasilitas layanan kesehatan
(fasyankes).
Tes HIV masuk dalam SPM (Standar Pelayanan Medis) seperti tes laboratorium
lainnya.
Pada daerah dengan tingkat epidemi meluas, tes HIV ditawarkan pada semua
pasien yang berkunjung ke fasyankes.
Pada daerah dengan tingkat epidemi terkonsentrasi tes HIV ditawarkan pada
semua ibu hamil, pasien TB, pasien hepatitis, pasien IMS, populasi kunci
Persetujuan tes dari pasien cukup dilakukansecara lisan (tidak perlu tertulis).
Pasien diperkenankan menolak tes HIV, jika pasien menolak, maka pasien
diminta untuk menandatangani surat penolakan tes secara tertulis.
Semua ibu hamil, di daerah dengan epidemi meluas dan terkonsentrasi, secara
rutin ditawarkan tes HIV
STADIUM INFEKSI HIV (WHO)
PADA DEWASA & REMAJA > 13 TH
WHO consultative meeting 1993
Clinical staging of HIV in resource-limited settings
WHO 1
WHO 2
WHO 3
ADULTS WHO 4
Stadium klinis HIV
(WHO 2006)
(Stadium 1 - 4)
Stadium klinis 1
Stadium Klinis 1
Enlarged
occipital
lymph gland Enlarged
submandibular
lymph gland
Enlarged
anterior
Enlarged deep
cervical
posterior
lymph glands
cervical lymph
glands
Stadium klinis 2
Stadium Klinis 2
• Gatal
• Bersisik
• Kemerahan
Papular pruritic eruption (PPE)
Papular pruritic eruption (PPE)
• Lengan, tungkai,
pinggang, bokong
• Simetris
Papular pruritic eruption (PPE)
Infeksi jamur kuku (onikomikosis)
1. Subungual distal
2. White superfisial
3. Subungual proksimal
4. Kandida
5. Distrofik total
Disebabkan oleh T. mentagrophytes
• Tampak sebagai
eritema atau
fissura pada sudut
mulut
• Sering mengikuti
kandidiasis
intraoral
Herpes zoster (shingle)
Stadium klinis 3
Stadium Klinis 3
• Berat badan menurun >10% dari BB semula
• Diare kronis yg tdk diketahui penyebabnya berlangsung > 1
bulan
• Demam persisten tanpa sebab yang jelas yang (intermiten
atau konstan > 37,5oC) > 1 bulan
• Kandidiasis Oral persisten (thrush)
• Oral Hairy Leukoplakia
• TB paru
• Infeksi bakteri berat (pnemonia, empiema, pyomiositis,
infeksi tulang atau sendi, meningitis atau bakteremia)
• Stomatitis ulseratif nekrotizing akut, gingivitis atau
periodontitis
• Anemi (< 8g/dL), netropeni (< 0,5x109/L) dan/atau
trombositopeni kronis yg tdk dpt diterangkan sebabnya
Kandidiasis Pseudomembran
Kandidiasis Eritematus
Kandidiasis Hiperplastik
Kandidiasis Cheilitis angularis
Oral Hairy Leukoplakia
Tampak sebagai lesi/plaque
atau seperti proyeksi rambut
bergelombang pada bagian
lateral lidah yang tidak nyeri
& tidak dapat hilang dgn
menggosoknya
Merupakan tanda supresi
imun & prognosis jelek
Pemeriksaan histopatologi
menunjukkan Eipstein-Barr
(EBV) intrasel
Stomatitis ulseratif mekroticans akut
Gingivitis
Periodontitis
Hiperpigmentasi
Penyebab
• Obat-2an
• Endokrin (adrenalis, tiroid)
• Nutrisi
• Terpajan lama dan intensif
oleh UV
• Penyakit2 lain (TB,
histoplasmosis, kriptokokus)
Kulit
Belum…
Tapi ada ARV yang dapat menekan
jumlah virus dalam darah
memperbaiki kuallitas hidup odha
ARV (Anti Retro Viral)
• Obat yang dapat menekan jumlah virus dalam darah
• Diberikan kepada Odha apabila sudah memenuhi
syarat minum obat (pemeriksaan klinis dan
laboratorium)
• Diminum secara teratur, tepat waktu dan seumur
hidup
• Disediakan pemerintah GRATIS, di RS Rujukan ARV
seluruh Indonesia
ARV yang Tersedia di Indonesia
• Bahan Pajanan
Bahan yang memberikan risiko penularan infeksi adalah:
– Darah
– Cairan bercampur darah yang kasat mata
– Cairan yang potensial terinfeksi: semen, cairan vagina,
cairan serebrospinal, c. sinovia, c. pleura, c peritoneal, c.
perikardial, c amnion
– Virus yang terkonsentrasi
• Status Infeksi
Tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum
diketahui), dilakukan pemeriksaan:
– HbsAg untuk Hepatitis B
– Anti HCV untuk Hepatitis C
– Anti HIV untuk HIV
– Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan adanya
faktor risiko yang tinggi atas ketiga infeksi di atas
• Kerentanan
Tentukan kerentanan orang yang terpajan
– Pernahkah mendapat vaksinasi Hepatitis B
– Status serologi terhadap HBV (titer Anti HBs) bila pernah
mendapatkan vaksin.
– Pemeriksaan Anti HCV (untuk hepatitis C)
– Anti HIV (untuk infeksi HIV)
LANGKAH DASAR TATALAKSANA KLINIS
PPP HIV PD KASUS KECELAKAAN KERJA
1. Menetapkan kriteria yang dapat menerima PPP HIV
2. Memberikan informasi singkat mengenai HIV untuk
mendapatkan persetujuan (informed consent)
3. Memastikan bahwa korban tidak menderita infeksi
HIV dengan melakukan tes HIV terlebih dahulu.
4. Pemberian obat-obat untuk PPP HIV
5. Melaksanakan evaluasi laboratorium
6. Menjamin pencatatan
7. Memberikan follow-up dan dukungan
1. Kriteria yang dapat menerima PPP HIV
• Waktu terpajan
• Status HIV orang terpajan
• Jenis dan risiko pajanan
• Status HIV sumber pajanan
2. Informasi singkat mengenai HIV
• Pentingnya adherence
• Kemungkinan efek samping
• Nasehat tentang risiko penularan
• Menurunkan risiko penularan
• Dukungan emosional
• Persetujuan tes HIV secara verbal, kecuali bagi
yang menolak untuk dites.
4. Pemberian obat-obat untuk PPP
• Paduan obat untuk PPP HIV
TDF + FTC (3TC) + LPV/r atau
TDF + FTC (3TC) + EFV atau
AZT + 3TC + EFV
• Lama pemberian obat untuk PPP HIV: 28 hari
• Strategi pemberian obat
• Keahlian (kompetensi) yang diperlukan untuk
meresepkan obat untuk PPP
• Obat-obat lain
Strategi pemberian obat
• Dosis awal
• Paket awal
• Penambahan dosis
• Dosis penuh 28 hari
5. Evaluasi Laboratorium
• Tes HIV
• Pemeriksaan lab lain
DATA PASIEN PASCA PAJANAN