Você está na página 1de 32

DIABETES

MELITUS
TYPE II
• suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi
DEFINISI insulin, gangguan kerja insulin atau
keduanya, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf dan pembuluh darah
Gula darah

Gula darah dihasilkan Gula dibawa oleh darah


dari makanan, ke seluruh sel tubuh.
juga dihasilkan oleh Gula masuk kedalam sel
hati dan otot. memerlukan insulin
Orang sehat gula
darah berkisar 70-
120 mg/dl.
Setelah makan gula
darah meningkat
tapi normal kembali
setelah 1-2 jam.

Kadar gula darah


penderita DM
selalu tinggi
Faktor resiko
Riwayat keluarga DM, Obesitas, kurang aktivitas fisik,
Ras/Etnik, hipertensi, tidak terkontrol kolesterol dan
HDL, riwayat DM pada kehamilan dan sindroma
polikistik ovarium.

Faktor nutrisi, konsumsi alcohol, kebiasaan


mendengkur, faktor stress, kebiasaan merokok, jenis
kelamin, konsumsi kopi dan kafein, paritas dan intake
zat besi.
Sering b a k
Mudah lelah Selalu haus Terutama malam Baal kaki

Selalu lapar Penglihatan Gangguan


Terutama BB turun kabur fungsi sex
setelah makan
PATOFISIOLOGI
Kelainan dasar yang terjadi pada DM tipe 2 yaitu:
1) Resistensi insulin pada jaringan lemak, otot, dan
hati menyebabkan respons reseptor terhadap
insulin berkurang sehingga ambilan,
penyimpanan, dan penggunaan glukosa pada
jaringan tersebut menurun;
2) Kenaikan produksi glukosa oleh
hati mengakibatkan kondisi hiperglikemia;
3) Kekurangan sekresi insulin oleh pankreas yang
menyebabkan turunnya kecepatan transport
glukosa ke jaringan lemak, otot, dan hepar
(Guyton & Hall, 1996; Waspadji dalam
Soegondo, 2007).
Pemeriksaan Diagnostik

Gejala klasik: poliuri, polidipsi, polifagi, penurunan BB,


kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl.

Kadar gula darah puasa ≥126 mg/dl.

Kadar gula darah 2 jam setelah makan ≥200 mg/dl., dan


dikonfirmasi dengan test ulang.
Penatalaksanaan
Monitor Gula Darah

Diet

Aktifitas

Medikasi
ANALISA KASUS
Seorang klien perempuan dengan DM tipe 2 sejak 3 tahun
yang lalu, memiliki luka pada plantar kaki kiri yang lambat
sembuhnya (ukuran : 8.0 cm x 6.0 cm x 0.8 cm). Luka timbul
tanpa disadari (Kemungkinan neuropati apa??), seingatnya
pernah ketika membersihkan kebun tanpa menggunakan
sandal merasa menginjak ranting pohon kering dan bagian
kecil ranting masuk ke dalam kulit kaki, klien
mengeluarkannya dengan pin (peniti). Luka menjadi meluas
sejak 3 minggu, di rumah luka dirawat dengan merendam
pada larutan Rivanol (ada apa dalam kandungan rivanol dan
efek pada luka???).
Pada hari pertama di rawat di RS, perawat melakukan
perawatan luka “wet to dry dressing”(apaan tuh????) .
Dari inspeksi, tampak kulit kaki kering, fissure +
(apa??), callus + (gimana proses terjadi callus formasi??),
drainase luka + purulent, bau +, permukaan kulit
hangat, nadi dorsalis pedis kiri kanan teraba sama kuat.
BB=68 Kg, TB= 160 cm, Hasil Lab a.l : Albumin serum = 2,3
(Berpengaruh ke gizi/nutisi tubuh), Hb = 11 mg % (baik tetapi
compare dengan status nutris), Ht = 35, GDS = 320 mg/dL
(bagaimana hubungan GDS dengan pemenuhan nutrisi pasien,
luka diebetik), leukosit = 6500 (adakah hubungn Leukosit tinggi
dengan infeksi krn leukosit tidak hanya tinggi pada kasus
infeksi), LED = 30 (hubungan dengan luka, nutris, dan kondisi).
Medikasi : klien riwayat menggunakan terapi OHA
(hipoglikemik oral) (apa ada pengaruh terhadap luka???)
Metformin (Hubungannya apa???) namun tidak teratur, dokter
merencanakan akan melakukan “sliding scale” apaan tuh???)
untuk menentukan fixed dose inswulin regular. Perawat
menginformasikan agar klien sementara tidak turun tempat
tidur karena ada luka di kakinya, namun klien memohon
diijinkan ke kamar mandi untuk kebutuhan eliminasi karena
tidak terbiasa melakukan di tempat tidur.
Pembahasan Kasus

Pengkajian

Analisa Data & Prioritas Masalah Keperawatan

Intervensi berdasarkan NIC & NOC


Pengkajian Secara Umum Pasien DM
1. Riwayat penyakit sekarang
 Awal munculnya gejala penyakit
 Lamanya terjadi ulkus
 Penanganan yang telah dilakukan
 Hasil dari penanganan

2. Riwayat penyakit/operasi yang lalu


 Semua kondisi medis yang menyertai (comorbiditas)
dan komplikasi yang terkait dengan diabetes.
 Setiap operasi atau amputasi sebelumnya yang
berhubungan dengan diabetes.
 Riwayat luka/ ulkus sebelumnya yang berhubungan
dengan diabetes.
3. Riwayat Pengobatan
 Manajemen diabetes, interaksi obat yang potensial,
dan obat-obat yang dapat mengganggu proses
penyembuhan luka, atau kedisiplinan dalam
mengonsumsi obat-obatan diabetes (OAD).

4. Penanganan DM saat ini


 Komplikasi dari diabetes sangat terkait dengan kadar
glukosa darah yang tinggi sehingga perbaikan kontrol
glikemik dapat mengurangi komplikasi.

5. Nutrisi
 Mengkaji kecukupan status nutrisi dengan cara
mengukur BMI (body mass index) dan BBI (berat
badan ideal).
6. Alerg
 Setiap alergi harus dicatat dalam riwayat medis.
Catatan khusus sebaiknya dibuat untuk mencatat
pengobatan.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga


 Pengkajian riwayat kesehatan keluarga sebagai faktor
resiko kerentanan genetik yang diwariskan, begitu juga
dengan lingkungan dan perilaku umum.

8. Kegiatan sehari-hari (ADL)


 Hal ini untuk mengetahui bagaimana pasien dapat
berperan dalam di dalam lingkungan tempat
tinggalnya dan bagaimana dampak penyakit terhadap
kualitas hidup pasien.
9. Stress
 Pada keadaan stress akan terjadi peningkatan
ekskresi hormon katekolamin, glukagon,
glukokortikoid, β-endorfin dan hormon
pertumbuhan.
 Stress menyebabkan produksi berlebih pada
kortisol → suatu hormon yang melawan efek
insulin → kadar gula darah tinggi.
 Jika seseorang mengalami stress berat → kortisol
yang dihasilkan akan semakin banyak →
mengurangi sensivitas tubuh terhadap insulin →
glukosa lebih sulit untuk memasuki sel dan
meningkatkan kadar gula darah.
Pengkajian Ulkus Kaki Diabetik
Sistem Klasifikasi Luka Diabetik menurut Ilmu Kesehatan
Universitas Texas di San Antonio
Grade
O I II III
A Pre dan post lesi ulkus Luka superfisial, Luka penetrasi yang mengenai Penetrasi luka yang mengenai tulang
Tanpa melibatkan tendon, tendon atau kapsul dan persendian
kapsul, atau tulang

B Pre dan post lesi ulkus Luka superfisial, Luka penetrasi yang mengenai Penetrasi luka yang mengenai tulang
dengan infeksi Tanpa melibatkan tendon, tendon atau kapsul dengan dan persendian dengan infeksi
kapsul, atau tulang dengan infeksi
infeksi

C Pre dan post lesi ulkus Luka superfisial, Luka penetrasi yang mengenai Penetrasi luka yang mengenai tulang
dengan iskemia Tanpa melibatkan tendon, tendon atau kapsul dengan dan persendian dengan iskemia
kapsul, atau tulang dengan iskemia
iskemia

D Pre dan post lesi ulkus Luka superfisial, Luka penetrasi yang mengenai Penetrasi luka yang mengenai tulang
dengan infeksi dan iskemia Tanpa melibatkan tendon, tendon atau kapsul dengan dan persendian dengan infeksi dan
kapsul, atau tulang dengan infeksi dan iskemia iskemia
infeksi dan iskemia
STADIUM LUKA DIABET : WAGNER

Stadium O :
tidak terdapat lesi.
Kulit dalam kondisi baik,
tapi dengan bentuk tulang
kaki yang menonjol
(charcot arthropathies )

Stadium 1
hilangnya lapisan kulit
hingga dermis dan kadang
tampak luka menonjol.
Stadium 2
Lesi terbuka dengan penetrasi ke
tulang atau tendon.

tendon
Stadium 3
Penetrasi hingga dalam,
osteomyelitis,plantar
abses atau infeksi
hingga tendon
Stadium 4
Gangrene sebagian,
menyebar luas hingga
sebagian dari kaki, kulit
sekitar sellulitis, gangrene
lembab atau kering

Stadium 5
Seluruh kaki dalam kondisi
nekrotik dan gangrene.
Prinsip Perawatan Luka Diabetik

Mengurangi beban tekanan (offloading)

Memperbaiki perfusi kulit

Mengatasi infeksi

Mengontrol metabolisme dan mengatasi komorbid

Perawatan luka

Edukasi pada pasien

Menentukan penyebab dan mencegah kekambuhan


Nutrisi Pada Pasien Dengan Ulkus Diabetik

Dari hasil pengkajian didapatkan data :


BB =68Kg, TB =160 Kg, IMT =26.6 dalam kategori pasien
dikategorikan gemuk.
Rumus menghitung IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100)2

Klasifikasi nilai IMT :


sumber : Departemen Kesehatan RI
Status
IMT Kategori
Gizi

Gizi
< 17.0 Sangat Kurus
Kurang

Gizi
17.0 - 18.5 Kurus
Kurang

18.5 - 25.0 Gizi Baik Normal

25.0 - 27.0 Gizi Lebih Gemuk


Nilai Albumin = 2,3

Fungsi Albumin :
 mengangkut molekul-
molekul kecil melewati Nilai normal plasma protein
plasma dan cairan sel.  Kebutuhan normal
 memberi tekanan albumin adalah 3,5-5,5 g/dl
osmotik di dalam  Nilai transferrin 200-400
kapiler. mg/dl
 Albumin bermanfaat  Prealbumin 16-35 mg/dl
dalam pembentukan
jaringan sel baru.
Gula darah sewaktu 320mg/dl
 Tujuan terapi gizi pada penyakit DM
adalah menyesuaikan makanan
dengan kesanggupan dari tubuh
untuk menggunakannya→
membantu penderita untuk
Kriteria kadar gula darah menurunkan kadar gula darah
menurut Perkeni (2006) mendekati normal, menurunkan gula
yaitu: dalam urine menjadi negative dan
 Gula darah sewaktu : mencapai berat badan normal/ideal.
Baik 80-200 mg/dL Syarat-syarat diet pada pasien DM :
Buruk ≥200 mg/dL  Kebutuhan kalori disesuaikan dengan
kelainan metabolik, umur, berat
 Gula darah puasa : badan, tinggi badan, dan aktivitas
Baik 80-125 mg/dL tubuh.
Buruk ≥126 mg/dL  Jumlah karbohidrat disesuaikan
 GD2JPP : dengan kesanggupan tubuh dalam
Baik 80-179 mg/dL menggunakan tubuh dalam
menggunakannya.
Buruk ≥180mg/dL
 Cukup protein, lemak, mineral,
vitamin di dalam makanan.
Pasien memiliki Ulkus Diabetik, penyembuhan luka membutuhkan
protein adekuat, lemak, karbohidrat , vitamin dan mineral (Bryant,
2007)

1. Karbohidrat diubah 1. Anjuran konsumsi


menjadi glukosa untuk karbohidrat untuk orang
pembentukan ATP. dengan diabetes di
Glukosa penting untuk Indonesia adalah 60–70%
mencegah penggunaan energi.
protein sebagai sumber
energi.
2. Lemak penting untuk
perkembangan dan kestabilan
membran sel. Lemak juga Asupan lemak
membantu dalam respons dianjurkan kurang dari
peradangan dalam
penyembuhan. 10% energi dari lemak
jenuh dan tidak lebih
 Asam lemak omega 3 akan 10% energi dari lemak
membantu pembentukan tidak jenuh ganda,
prostaglandin E3 (PGE3) dan
leukotriens dan sangat sedangkan selebihnya
membantu peradangan, yaitu 60 – 70% total
vasokontriksi, dan agregasi
platelet. energi dari lemak tidak
jenuh tunggal dan
 Asam lemak omega 6 karbohidrat.
menghasilkan PGE1 dan
PGE2, vasodilator dan
antiinflamasi.
3. Protein yang dibutuhkan
adalah Arginin yaitu asam
amino non-esensial, yang Menurut konsensus
berarti dapat dibentuk pengelolaan diabetes di
oleh tubuh manusia, dan Indonesia kebutuhan
tidak perlu diperoleh protein untuk orang
secara langsung dari dengan diabetes adalah 10
sumber diet. – 15% energi.
Arginin berfungsi : Asupan protein perlu
meningkatkan imunitas diturunkan menjadi 0,8
selular, mempercepat g/kg perhari atau 10% dari
proses penyembuhan luka, kebutuhan energi dengan
meningkatkan timbulnya nefropati pada
kemampuan untuk orang dewasa dan 65%
melawan kanker dan hendaknya bernilai biologi
memperlambat tinggi.
pertumbuhan tumor
4. Vitamin yaitu vitamin A
dan C yang terpenting dalam
proses penyembuhan.
Vitamin A larut dalam lemak  Dianjurkan
dan penting untuk
pengumpulan kolagen. mengkonsumsi 20–35
Kolagen penting untuk gram serat makanan
pembuatan pada scar dari berbagai sumber
formation dan penutupan bahan makanan. Di
luka. Vitamin c bekerja Indonesia anjurannya
secara sinergi dengan adalah kira-kira 25
vitamin E untuk mencegah
kerusakan sel oksidatif. gram/hari dengan
Kekurangan vitamin C dapat mengutamakan serat
menghasilkan pada larut.
kerusakan pembentukan
kolagen
5. Mineral yaitu zinc dan  Anjuran asupan untuk
iron. Zinc sebagai enzim, orang dengan diabetes
immunokompeten dan sama dengan penduduk
formasi kolagen. Zinc untuk biasa yaitu tidak lebih dari
meningkatkan pembentukan 3000 mg, sedangkan bagi
kolagen. Kekurangan cooper yang menderita hipertensi
dapat merusak jaringan scar ringan sampai sedang,
dan menurunkan kekuatan dianjurkan 2400 mg
jaringan. Iron penting untuk natrium per hari.
hemoglobin dalam transport
oksigen (Bryant, 2007)
Manajemen Pemberian OHO (Obat
Hipoglikemik Oral )
Jenis OHO saat ini terbagi dalam 2 kelompok:
1. Obat yang memperbaiki kerja insulin; seperti
metformin, glitazone dan akarbose → bekerja pada
hati, otot dan jaringan lemak, usus. Singkatnya
mereka bekerja di tempat dimana terdapat insulin
yang mengatur glukosa darah.

2. Obat yang meningkatkan produksi insulin; Sulfonil,


Repaglinid, Nateglinid dan insulin yang disuntikkan
→ meningkatkan penglepasan insulin yang
menambah kadar insulin di sirkuliasi darah.

Você também pode gostar