Você está na página 1de 14

PENGARUH DEFISIENSI BESI TERHADAP

TUMBUH KEMBANG ANAK

FIRDA ANGGRAINI LUBIS


71170891158
PENDAHULUAN
Besi(Fe) adalah salah satu mikronutrien yang penting bagi tubuh, antaralain pada sintesis DNA,fungsi
mitokondria,transportasi oksigen, produksi ATP, dan untuk melindungi sel dari kerusakan oksidasi.
Defisiensi besi adalah suatu keadaan ketidakadekuatan persedian besi untuk fungsi fisiologis tubuh.
Defisiensi besi yang terjadi dan berlangsung lama pada saat otak berkembang pesat terutama sampai
umur 3 tahun akan menimbulkan defisit fungsi otak yang menetap sampai dewasa.
Menurut McCann dan Ames (2007) konsentrasi besi diotak jauh lebih tinggi dibandingkan mikronutrien
lainnya,kecuali seng (Zn). Di otak besi diperlukan oleh enzim untuk fungsi spesifik otak termasuk
mielinisasi dan sintesis neurotransmiter serotonin serta dopamin . ADB pada balita merupakan masalah
yang serius karena pada usia balita terjadi proses tumbuh kembang yang cepat. Bila tidak ditangani
segera kejadian ADB dapat memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan kecerdasan.
EPIDEMIOLOGI
Saat ini belum terdapat data statistik mengenai prevalensi defisiensi besi dan ADB pada bayi berumur
<12 bulan.
Penelitian oleh Hay dkk di Norwegia 2004 pada bayi aterm mendapatkan prevalensi defisiensi besi
pada usia 6 bulan sebesar 4% dan meningkat menjadi 12% pada usia 12bulan.
Di Amerika prevalensi pada anak usia 1-3 tahun sebesar 6,6%-15,2%. WHO memperkirakan prevalensi
anemia adalah 25% dan defisiensi besi merupakan kontributor utama anemia.di negara berkembang
kejadian ADB sering ditemui sehubungan dengan kemampuan ekonomi yang terbatas, asupan protein
hewani yang rendah dan infestasi parasit yang merupakan masalah endemik.

Di Indonesia ADB adalah salah satu masalah gizi utama disamping kekurangan kalori-
protein, vitamin A , dan yodium.

Menurut WHO (2008) tingkatan anemia menjadi masalah kesehatan masyarakat


disuatu negara yaitu masalah rendah jika prevalensinya <15% , masalah sedang jika
prevalensinya 15-40%, dan masalh tinggi jika prevalensinya >40% . Prevalensi ADB di
Indonesia >40%.
ETIOLOGI
UMUR ETIOLOGI
Bayi <1tahun • persedian besi yang kurang karena berat lahir yang rendah atau lahir kembar
• ASI eksklusif tanpa suplementasi besi
• Pemberian susu formula pemberian susu formula tanpa fortifikasi
Anak umur 1-2 • Asupan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan tambahan (hanya
tahun minum susu)
• Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/menahun
• Kehilangan berlebihan karena perdarahan, antara lain karena infestasi parasit
dan divertikulum mackel
Anak umur 2-5 • Asupan besi yang kurang karena jenis makanan yang kurang mengandung Fe-
tahun heme
• Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/menahun
• Kehilangan berlebihan karena perdarahan, antara lain karena infestasi parasit
dan divertikulum mackel
Anak umur 5 • Kehilangan berlebihan karena perdarahan, antara lain karena infestasi parasit
tahun- remaja dan divertikulum mackel
Usia remaja- • Pada wanita, karena menstruasi yang berlebihan
dewasa
PATOGENESIS
LINGKUNGAN YANG KUALITAS DARI
TIDAK KONDUSIF INTERAKSI ORANGTUA-
ANAK

PERKEMBANGAN DAN PERKEMBANGAN


DEFISIENSI BESI FUNGSI OTAK PRILAKU

KUALITAS HUBUNGAN
ANAK DENGAN
LINGKUNGAN
PENGARUH DEFISIENSI BESI PADA
HIPOKAMPUS
1. Gangguan metabolisme neuron
Besi penting utuk reproduksi energi dan metabolisme seluler dalam perannya pada
berbagai enzim mitokondria seperti fosforilasi oksidatif, produksi ATP, sitokrom, NADPH.
Anemia defisiensi besi sejak lahir menurunkan aktivitas enzim sitokrom c oksidase di
hipokampus.
2. Aktivasi hypoxia inducible factor 1a (HIF 1a)
Besi berperan dalam sintesis protein misalnya protein prolyl hydroxylase (prl-H) la
dan 2a yang meregulasi hypoxia inducible factor la (HIF la). Aktivasi HIF la menyebabkan
disfungsi saraf akibat disregulasi dan gangguan struktur dan fungsi neuron.
3. Ekspresi gen
Besi terdapat pada enzim-enzim, seperti ribonukleotida reduktase, DNA helicase
elongasi protein 3 (ELP3), brain dan CNC homology (BACH1) dan berguna dalam sintesis deoxy
nucleoside triphospate (dNTP), transkripsi DNA, serta elongasi, petbaikan, dan modifikasi histon.
Kondisi defisiensi besi menyebabkan gangguan ekspresi gen yang penting dalam transkripsi DNA.
Pathogenesisnya yang belum diketahui pasti.

4. Sinyal brain-derived neurotrophic factor (BDNF)


BDNF bermanfaat dalam modifikasi gen, pengkode neurotropin untuk struktur dendritik,
dan plastistas sinaps. Keadaan defisiensi besi menyebabkan penurunan sinyal BDNF sehingga
menyebabkan defisit morfologi dendritik dan plastisitas sinap. Defisiensi besi menyebabkan
gangguan pertumbuhan dendritik dan gangguan koneksi interneuronal hipokampus, struktur yang
berfungsi dalam memori. Temuan ini terlihat pada gangguan belajar dan adaptasi yang berlanjut
hingga masa dewasa bahkan setelah pemberian terapi besi.
5. Mammalian target of rapamycin (mTOR)
Besi bekerja dalam regulasi sinyal mTOR . mTOR bermanfaat dalam regulasi
pertumbuhan sel-sel, regulasi sintesis proteindan organisasi aktin untuk diferensial
neuronal,maturasi oligodendrosit dan formasi mielin yang berguna untuk struktur dan plastisitas
neuron. Defisiensi besi menyebabkan defisit struktur neuron, defisit efektivitas sinap, defisit
kemampuan belajar dan mengingat.

6. Kesehatan mitokondria
Mitokondria berfungsi meregulasi kalsium intraseluler, pelepasan neurotransmiter. Dan
apoptosis, serta metabolism neuron. Defisiensi besi menyebabkan disfungsi enzim mitokondria
serta gangguan sinyal BDNF dan mTOR
PENGARUH DEFISIENSI BESI PADA OTAK
DILUAR HIPOKAMPUS
•Hormon tiroid bermanfaat dalam perkembangan otak, baik pada seluruh hemisfer otak maupun pada hipokampus.
Hormon tiroid bekerja dalam maturasi oligodendrosit dan pembentukan mielin. Hormon tiroid bekerja akibat aktivasi
Hormon mTOR sehingga adanya gangguan aktivasi Mtor akibat defisiensi besi menyebabkan gangguan fungsi hormon
tiroid tiroid. Akibatnya terjadi defisit kemampuan belajar dan mengingat.

•Defisiensi besi menyebabkan gangguan mielinisasi yang dimulai dari masa janin dan berlangsung hingga umur 3
tahun sehingga kecepatan fungsi neuron menurun dan terjadi gangguan belajar.
Mielinisasi

•Defisiensi besi menyebabkan gangguan metabolism dopamin, terutama di striatum dan substansia nigra.
Gangguan metabolism dopamin menyebabkan gangguan psikomotor dan gangguan tidur.
Dopamin
GEJALA KLINIS
Defisiensi besi sering ditandai dengan anemia, gejala klinis anemia pada anak biasanya bersifat
ringan agak pucat. Namun dalam keadaan anemia berat dapat muncul gejala pucat, lemas, sakit kepala,
berdebar, insomnia, serta gangguan pertumbuhan. Gejala defisiensi lainnya adalah disfungsi sistem imun,
pica, serangan napas terhenti sejenak (breath holding spell), restless leg syndrome.
Penelitian Carter dkk(2010) menunjukkan bahwa defisiensi besi tanpa anemia memiliki dampak
negatif terhadap kognitif anak . Anak dengan defisiensi besi menunjukkan gejala kesulitan belajar dan
mengingat.
Pada bayi baru lahir : gangguan membedakan suara ibunya
Pada bayi umur 9 dan 12 bulan : kesulitan membedakan wajah ibunya
Pada umur 3,5 tahun : kesulitan meniru kegiatan, mengingat serta belajar
Pada umur 5 tahun : penurunan perkembangan bahasa dan motorik halus
Pada umur 11-14 tahun : keterlambatan psikomotor, lebih sering tinggal kelas, gangguan mengingat
visuo spasial, gangguan kecemasan dan perhatian.
DIAGNOSIS
Deplesi besi ( iron depletion/ stotage iron deficiency)

Tahap ini ditandai oleh berkurangnya cadangan besi sampai tidak adanya cadangan besi.
Hemoglobin dan fungsi protein besi lainnya n/ stotage iron deficiency) masih normal, pada
keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi nonheme.

Deplesi besi eritropoiten ( iron deficiency erythrophoiten )

Tahap ini menunjukkan suplai besi tidak mencukupi untuk menunjang eritropoesis. Dari pemeriksaan lab,
diperoleh nilai besi menutun dan saturasi transferin menurun sedangkan total iron binding capacity
(TIBC) meningkat dan free erythrocyte porphyrin (PEP) meningkat.

Anemia defisiensi besi ( iron anemia deficiency)

Keadaan ini bila besi yang menuju sum sum tulang tidak cukup sehingga menghambat produksi
sel darah merah normal. Kondisi ini memberikan gambaran anemia hipokromik mikrositik.
PENATALAKSANAAN
1. Preparat besi peroral
Senyawa zat besi yang sederhana dan diberikan peroral adalah ferous glukonat, fumarat, dan
suksinat dengan dosis harian 4-6mg/kg/hari besi elemen, yang diberikan dalam 2-3 dosis.
Penyerapan akan lebih baik jika lambung kosong, tetapi cara pemberian ini akan menimbulkan
efek samping pada saluran cerna. Efek samping yang akan terjadi adalah gastrointestinal, yang
dapat menyebabkan rasa terbakar, mual, diare. Karena itu, pemberian besi bisa dilakukan pada
saat makan atau segera setelah makan, meskipun akan mengurangi absorbsi obat sekitar 40-50%.
Preparat besi harus diberikan selama 2 bulan setelah anemia teratasi.
2. Terapi parenteral
Pemberian besi secara intramuskular menimbulkan rasa sakit dan harga preparatnya mahal.
Kemampuan untuk menigkatkan kadar hemoglobin tidak lebih baik dibanding pemberian
peroral. Diberikan parenteral jika pasien tidak dapat mentoleransi preparat besi peroral. Terjadi
kehilangan darah yang cepat sehingga tidak dapat dikompensasi dengan pemberian preparat
besi peroral, terdapat gangguan traktus gastrointestinal yang dapat memburuk dengan
pemberian oral atau pasien tidak dapat mengabsorpsi besi melalui gastrointestinal
3. Terapi transfusi
Transfusi sel darah merah atau darah lengkap jarang diperlukan dalam penanganan anemia
defisiensi besi, kecuali bila terdapat pula perdarahan. Anemia yang sangat berat atau anemia
yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi. Secara umum, transfusi diberikan
kepada penderita anemia berat dengan kadar Hb <6g/dL.
KESIMPULAN
Defisiensi besi dengan anemia dan tanpa anemia masih merupakan masalah di seluruh dunia,
terutama di negara berkembang seperti di Indonesia. Konsentrasi besi dalam otak meninggi pada
saat lahir, menurun pada waktu penyapihan. Kebutuhan mulai meningkat bersamaan dengan
mielinisasi. Karena pertumbuhan dan perkembangan otak yang cepat pada masa bayi dan anak,
defisiensi besi yang terjadi pada masa tersebut dapat mengakibatkan gangguan fungsi kognitif yang
cenderung permanen. Pemberian asupan besi yang adekuat sejak bayi serta pelaksanaan skrining
defisiensi besi dan anemia defisiensi besi sangat penting dalam rangka pencegahan defisiensi besi.
DAFTAR PUSTAKA
• Soetjiningsih, Ranuh IG.N.G.2013. Tumbuh kembang anak edisi 2. Jakarta: penerbit
buku kedokteran EGC

Você também pode gostar