Você está na página 1de 30

1.

Pendahuluan
2. Aliran Laminer
3. Aliran Turbulen
4. Kehilangan Tinggi Tenaga sekunder
1. Pendahuluan
 Aliran melalui pipa sering digunakan utk berbagai
keperluan spt pd: pipa air minum, pipa pesat PLTA,
pipa irigasi, pipa drainasi, pipa limbah cair, pipa gas,
pipa bahan bakar, dsb. Shg fluida yg dialirkan melalui
pipa-2 tsb di atas bisa berupa zat cair atau gas.
 Istilah aliran melalui pipa yg digunakan dlm bab ini
mengacu pd aliran dlm saluran tertutup yg biasanya
berpenampang lingkaran, yg sepenuhnya terisi dg zat
cair, terutama air. Utk saluran tertutup selain
berpenampang lingkaran, hasil yg cukup baik
diperoleh dlm daerah turbulen dg menggunakan
rumus aliran pipa standar, jika diameter lingkaran
digantikan dg empat kali jari-2 hidrauliknya.
Masalah Aliran Melalui Pipa
 Kita memiliki volume kontrol persamaan energi untuk
aliran pipa
 Kita harus mampu memprediksi kehilangan tinggi
tenaga
 Kita akan menggunakan hasil yang kita peroleh
dengan menggunakan analisis dimensi
Viscous Flow: Analisis Dimensi
 Ingat analisis dimensi?

D  e  VD  2p
C p  f  , Re  dimana Re  dan C p 
l D   V 2
 Dua parameter penting!
 Re - Laminar or Turbulen
 e/D - Rough or Smooth
 Flow geometry
 internal _______________________________
 external _______________________________
in a bounded region (pipes, rivers): find Cp
flow around an immersed object : find Cd
Kehilangan Energi/Tinggi Tenaga
e

f   C p   f  , Re 
D  Dimensional Analysis
 L D   ghl  p   g z
 2p  ghl  p Cp 
2 ghl
More general
Cp 
V 2 V2
2 ghf D Assume horizontal flow
f 2
V L
L V2 Always true (laminar or turbulent)
hf  f
D 2g Darcy-Weisbach equation

u*2 L u*2
f=8 2 hf  8
V D 2g
Friction Factor : Major losses
 Laminar flow
 Turbulent (Smooth, Transition, Rough)
 Colebrook Formula
 Moody diagram
 Swamee-Jain
Aliran Laminer
Dalam aliran laminer, partikel zat cair (fluida) bergerak dalam lapisan paralel dalam
satu arah. Distribusi kecepatan dalam aliran laminer berbentuk parabolik, seperti ditunjukkan
dV dV
pada gambar 2.1, mengakibatkan tegangan geser    , di mana adalah laju
dy dy
perubahan kecepatan terhadap kedalaman dan  adalah koefisien viskositas. Karena
tegangan geser meningkat, maka gaya kekentalan menjadi tidak dapat meredam gangguan,
dan hasilnya merupakan aliran turbulen. Daerah perubahan tergantung pada kecepatan,
rapat massa, dan kekentalan fluida dan ukuran saluran. Kecepatan maksimum sebesar dua
kali kecepatan rata-rata.

Vmak

Gambar 2.1. Distribusi kecepatan aliran laminer dalam pipa lingkaran berbentuk parabola.
Sebuah parameter tidak berdimensi yang disebut bilangan Reynolds telah ditemukan
untuk menjadi kriteria yang diandalkan untuk menentukan aliran laminer atau turbulen. Ini
adalah perbandingan antara gaya inersia dengan gaya kekentalan, dan diberikan oleh:
VD VD
R 
 
Dengan:
V = kecepatan zat cair, m/det
D = diameter pipa, m
ρ = rapat massa zat cair, kg/m3
µ = kekentalan zat cair, kg.det/m2
 = µ / ρ = kekentalan kinematik, m2/det
Laminar Flow Friction Factor
 gD 2 hl
V Hagen-Poiseuille
32  L
32 LV  D 4  ghl
hf  hf  V Q
 gD 2 128 l
L V2
hf  f Darcy-Weisbach
D 2g

32LV LV2
f
gD 2
D 2g f independent of roughness!
64 64
f  -1
Slope of ___ on log-log plot
VD Re
Aliran Turbulen
1. Rumus Darcy-Weisbach
Salah satu pers yg paling banyak digunakan utk aliran
melalui pipa adalah rumus Darcy-Weisbach. Rumus ini
memenuhi kondisi tsb dan berlaku baik utk aliran laminer
maupun aliran turbulen dg semua jenis zat cair (fluida).

dengan:
hf = kehilangan tenaga akibat gesekan, m
f = koefisien gesek (lihat Gambar 2.1)
L = panjang pipa, m
D = diameter pipa, m
V = kecepatan aliran, m/det
g = percepatan grafitasi, 9,81 m/det2
L V2
hf  f
Turbulent Flow: D 2g

Smooth, Rough, Transition


 Hydraulically smooth 1  Re f 
 2 log  
pipe law (von Karman, f  2.51 
1930)
 Rough pipe law (von
 2 log 
1 3.7 D 
Karman, 1930) 
f  e 
 Transition function for
both smooth and
1  e D 2.51 
rough pipe laws  2 log   
f  3.7 Re f 
(Colebrook)
f
u*  V (used to draw the Moody diagram
8
Grafik Moody
 Diagram Moody digunakan utk mengevaluasi faktor
gesekan f. Krn pers tsb merup pers dimensional, mk
dpt digunakan dg konsisten tanpa mengubah nilai
faktor gesekan.
 Rumus tsb telah diturunkan utk kehilangan
energi/tenaga dlm desain bangunan air dan
memberikan hasil yg baik utk transmisi air dan
perhitungan distribusi. Hal tsb berisi faktor yg
tergantung pd kekasaran permukaan material pipa.
Keakuratan rumus ini sangat dipengaruhi oleh
pemilihan faktor kekasaran, yg membutuhkan
pengalaman dlm memilihnya
2. Rumus Chezy
Rumus ini berlaku utk kehilangan tenaga dlm saluran dan
memberikan hasil yg cukup baik utk bilangan Reynolds yg
tinggi:

dengan:
V = kecepatan, m/det
C = koefisien, tergantung kekasaran permukaan saluran
Sf = kemiringan garis energi atau kehilangan tenaga akibat
gesekan saluran, m/m saluran
R = radius hidraulik, m
Radius hidrolik dr suatu saluran adalah luas penampang
basah zat cair dibagi dg keliling basahnya
Rumus Chezy
Formula ini berlaku utk kehilangan tenaga dlm saluran dan
memberikan hasil yg cukup baik utk bilangan Reynolds yg
tinggi:

dengan:
V = kecepatan, m/det
C = koefisien, tergantung kekasaran permukaan saluran
Sf = kemiringan garis energi atau kehilangan tenaga akibat
gesekan saluran, m/m saluran
R = radius hidraulik, m
Radius hidrolik dr suatu saluran adalah luas penampang
basah zat cair dibagi dg keliling basahnya.
3. Rumus Manning
Melalui eksperimen, Manning menyimpulkan bahwa C dalam persamaan Chezy
bervariasi sebagai R1/6

1,486 R1 / 6
C (2.3)
n
Dengan n = koefisien, tergantung kekasaran permukaan. Meskipun berdasarkan kekasaran
permukaan, n dalam prakteknya kadang-kadang diperlakukan sebagai parameter disamakan
untuk semua kehilangan tenaga. Substitusi ke dalam Pers. 2.1 memberikan
1,486 2 / 3 1 / 2
V  R S
n
Setelah substitusi D/4, di mana D adalah diameter pipa, untuk jari-jari hidraulik pipa,
persamaan berikut diperoleh untuk pipa mengalir penuh:
0,590 2 / 3 1 / 2
V  D S
n
0,463 8 / 3 1 / 2
Q D S
n
L.Q 2
h f  4,66n 2
D16 / 3
3/8
 2,159Q.n 
D 
 S 
1/ 2
3. Rumus Hazen-Williams
Ini adalah salah satu rumus yang banyak digunakan untuk perhitungan aliran pipa guna
keperluan air, meskipun rumus ini dikembangkan untuk saluran terbuka dan aliran pipa:
V  1,318C1 R 0,63 S 0,54
Untuk pipa penuh aliran:
V  0,55C1 D 0,63 S 0,54

Q  0,432C1 D 2,63S 0,54


1,85
4,727  Q 
hf  L 
D 4,87  C1 
0 , 38
1,376  Q 
D  0, 205  
S  C1 
Dengan:
V = kecepatan, m/det
C1 = koefisien, tergantung kekasaran permukaan
R = radius hidraulik, m
S = kemiringan garis tenaga, m/m pipa
D = diameter pipa, m
L = panjang pipa, m
Q = debit, m3/det
hf = kehilangan tinggi tenaga akibat gesekan, m
Tabel 2.2. Nilai C1 Rumus Hazen dan Williams

Jenis pipa C1
Besi cor:
Baru Semua ukuran, 130
Umur 5 tahun Semua ukuran > 24 in, 120
≥ 24 in, 115
Umur 10 tahun 12 in, 110
4 in, 105
≥ 30 in, 85
Umur 40 tahun 16 in, 80
4 in, 65
Baja dilas Nilai sama dengan pipa besi cor, 5 tahun lebih tua
Baja berpaku Nilai sama dengan pipa besi cor, 10 tahun lebih tua
Kayu Nilai rata-rata, tanpa memandang umur, 120
Beton Ukuran besar, pengerjaan baik, cetakan baja, 140
Ukuran besar, pengerjaan baik, cetakan kayu, 120
Dimana Q = debit aliran, m3/det. Tabel 2.3. memberikan beberapa nilai n untuk beberapa
material pipa.

Tabel 2.3. Nilai n untuk beberapa material pipa, digunakan dalam rumus Manning

Material Pipa Variasi Digunakan dalam merancang


Besi cor bersih 0,011 – 0,015 0,013 – 0,013
Besi cor kotor 0,015 – 0,035
Baja berpaku atau baja spiral 0,013 – 0,017 0,015 – 0,017
Baja di las 0,010 – 0,013 0,012 – 0,013
Besi galvanis 0,012 – 0,017 0,015 – 0,017
Sumber: Loftin, 2004
Total energy gradient line
Contoh 2.1.
Air mengalir melalui pipa berdiameter 10 cm dengan kecepatan 1 m/det. Kekentalan
kinematik air 1.10-6m2/det. Hitunglah besarnya debit aliran dan selidiki klasifikasi aliran
tersebut.
Penyelesaian:
D = 10 cm = 0,10 m; V = 1,0 m/det; dan  = 1.10-6m2/det
Q = A.V = ¼.π.D2.V = ¼.π.0,102.1,0 = 0,007854 m3/det = 7,854 l/det
Jadi besarnya debit aliran = 7,854 l/det
VD 1,0.0,10
R   100.000  4.000  Turbulen
 1,0.10 6

Jadi klasifikasi alirannya: Turbulen


Kehilangan Tinggi Tenaga Sekunder
Perbesaran mendadak:
Penyempitan mendadak:

A1/A2 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
k 0,5 0,48 0,45 0,41 0,36 0,29 0,21 0,13 0,07 0,01 0,0
Kehilangan energi pada berbagai bentuk:
hf
V2 EGL
A1/A2 = A2/ = 0
2g HGL
K = 0,5

V1=0 V
2

hf
EGL
2
V /2g HGL

P/

Vk V

K = 0,8 – 1,0

hf
EGL
2
V /2g HGL

K = 0,01 – 0,05
Perubahan penamp scr berangsur
Panjang pipa ekivalen
Bila kehilangan energi pada sistem pipa 1 dan 2 masing-masing adalah hf1 dan hf2 :
L1 v12 8  f 1  L1  Q12
hf 1  f 1 
D1 2  g  2  g  D15
L2 v22 8  f 2  L2  Q22
hf 2  f 2 
D2 2  g  2  g  D25
agar kedua pipa ekuivalen maka hf1 = hf2 dan Q1 = Q2
Dengan mempersamakan hf1 = hf2 serta menyederhanakan, maka
f 1 L1 f 2 L2

D15 D25
Penyelesaian panjang pipa kedua L2 agar ekuivalen dengan pipa pertama menghasilkan :
5
f1  D1 
Le  L2  L1  
f2  D2 
Tebal Lapis Batas
 Zat cair ideal  Distribusi V merata
 Zat cair riil  Akibat kekentalan, V di daerah batas turun s/d 0
11,6
Pengaruh lapisan laminer:  
V*

V *  gRI
Turbulen Dengan:
 = kekentalan kinematik
δT V * = kecepatan geser
g = percepatan gravitasi
δ Transisi
R = radius hidraulik
δL I = kemiringan garis energi
Laminer
5
Tebal sub lapis laminer:  
V*
30
Tebal daerah transisi:  
V*
Kekasaran Permukaan

a. Tinggi kekasaran < tebal sub lapis laminer (k < δL) shg
ketidakteraturan permukaan akan sedemikian kecil shg
seluruhnya terendam di dlm lapis laminer. Dlm hal ini kekasaran
tdk memp pengaruh thd aliran di luar sub lapis laminer, dan
permukaan batas tsb dg hidraulis licin
b. Tinggi kekasaran berada di daerah transisi (Lδ < k < δT), dan aliran
adalah dalam kondisi transisi.
c. Tinggi kekasaran berada di luar lapis transisi (k > δT), mk kekasaran
permukaan akan berpengaruh di daerah turbulen shg
mempengaruhi aliran di daerah tsb. Permukaan ini disebut dg
hidraulis kasar
Koefisien Kecepatan
Koefisien Koreksi Tenaga

v2 1
Tenaga kinetik pada pias aliran: TK   vdA   v 2 dA
2 2
1 1 1
Tenaga kinetik berdasar kecepatan rerata: TK  mV 2  VAV 2  V 3
2 2 2
1
 v 3 dA
1 v
3

Koefisien Coriolis:   2     dA
V 3 A A  V 
1
2

Koefisien Koreksi Momentum

Momentum pada pias aliran: M   v 2 dA


A

Momentum berdasar kecepatan rerata: M  QV  AV 2

 v dA  1
2 2
v
A V 
Koefisien Bousinnesq:   A
  dA
AV 2

Você também pode gostar