Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh :
• Putra Rafi Noval Qobriansyah (24030118140071)
• Anindya Widya Putri (24030118140072)
• Rinjani Ayundatika Putri (24030118140073)
• Muhammad Azzrial Rifky Mahadika (24030118140074)
• Rafly Aqsha Gultom (24030118130075)
Pengertian
Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan abu dan komposisinya pada bahan pangan tergantung pada
jenis bahan dan cara pengabuannya. Beberapa contoh kadar abu dalam
bahan pangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Jenis Bahan % Abu
Susu 0,5-1,0
Susu kering tidak berlemak 1,5
Buah-buahan segar 0,2-0,8
Buah-buahan yang dikeringkan 3,5
Biji kacang-kacangan 1,5-2,5
Daging segar 1
Daging yang di keringkan 12
Daging ikan segar 1-2
Gula, madu 0,5
Sayur-sayuran 1
Pengertian
Kadar abu suatu bahan erat kaitannya dengan kandungan mineral bahan tersebut. Mineral
yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam, yaitu garam organik
dan garam anorganik. Contoh garam organik yaitu asam mallat, asam oksalat, asetat, dan
pektat. Sedangkan contoh garam anorganik yaitu garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, dan
nitrat. Selain kedua garam tersebut, mineral dapat juga berbentuk senyawaan komplek yang
bersifat organik, sehingga penentuan jumlah mineral dalam bentuk aslinya sulit dilakukan. Oleh
karenanya biasanya dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral dengan
pengabuan.
Fungsi penentuan kadar abu : Penentuan konstituen mineral dalam bahan hasil pertanian dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu penentuan abu total dan penentuan individu komponen.
Tujuan penentuan abu total biasanya digunakan untuk beberapa hal, yaitu :
1. Menentukan baik tidaknya proses pengolahan
2. Mengetahui jenis bahan yang digunakan
3. Menentukan parameter nilai gizi bahan makanan
Pengabuan basah dengan HNO3 dan HClO4 (asam nitrat dan asam perklorat)
Campuran ini digunakan untuk bahan yang sangat sulit mengalami oksidasi. Karena asam
perklorat bersifat mudah meledak sebaiknya berhati - hati dalam penggunaannya. Gunakan
masker dan sarung tangan untuk keamanan. Prosedur kerja pengabuan basah dengan asam
nitrat dan asam perklorat :
1. Menimbang sampel 2 -5 gram, dimasukkan dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan
campuran HNO3 pekat : HClO4 pekat = 4 : 1 sebanyak 10 ml dan ditutup dengan gelas
arloji. Diamkan semalam.
2. Sampel dipanaskan di atas hotplate pada suhu 115 ⁰C sampai larutan berwarna bening.
3. Sampel didinginkan dan diencerkan dengan menggunakan labu takar sampai volume
tertentu.
4. Sampel ini siap untuk dianalisis kadar mineralnya.
Perbedaan Pengabuan Cara Kering dan Basah
1. Cara kering digunakan untuk penentuan abu total dalam suatu bahan pangan,
sedangkan cara basah digunakan untuk penentuan trace element
2. Penentuan abu yang larut dan tidak larut dalam air serta abu yang tidak larut
dalam asam membutuhkan waktu rekalif lama apabila pengabuan dilakukan
dengan cara pengabuan kering, sedangkan pengabuan basah relatif lebih
cepat.
3. Cara kering membutuhkan suhu relatif tinggi, sedangkan pengabuan basah
membutuhkan suhu relatif rendah
4. Cara kering dapat digunakan untuk sampel yang relatif banyak, sedangkan cara
basah sebaiknya sampel yang diuji sedikit dan membutuhkan regensia yang
merupakan bahan kimia cukup berbahaya.
Cara Menghitung Analisa Kadar Abu
Untuk menganalisis masing-masing jenis mineral dapat dilakukan dengan alat Atomic
Absorption Spectrophotometer (ASS). Menggunakan ASS kandungan beberapa jenis
mineral didalam bahan pangan dapat ditentukan.
Cara perhitungan kadar abu dengan cara pengabuan kering (AOAC, 1995):
Diketahui :
Berat Abu : berat cawan dan sampel setelah pengeringan – berat cawan kosong
Berat Sampel : berat cawan dan sampel sebelum pengeringan – berat cawan kosong