Dokumen tersebut membahas mengenai ambiguitas, ketaksaan, dan redundansi dalam bahasa Indonesia. Beberapa ahli bahasa seperti Abdul Chaer, Anggraeni, dan Abdul Wahab memberikan penjelasan mengenai konsep-konsep tersebut. Ambiguitas adalah ketaksaan yang terjadi akibat tafsiran gramatikal yang berbeda pada bahasa tulis, sedangkan redundansi adalah penggunaan berlebihan unsur segmental dalam suatu kalimat.
Descrição original:
Bahan presentasi semantik bagian ambiguitas dan redundansi.
Dokumen tersebut membahas mengenai ambiguitas, ketaksaan, dan redundansi dalam bahasa Indonesia. Beberapa ahli bahasa seperti Abdul Chaer, Anggraeni, dan Abdul Wahab memberikan penjelasan mengenai konsep-konsep tersebut. Ambiguitas adalah ketaksaan yang terjadi akibat tafsiran gramatikal yang berbeda pada bahasa tulis, sedangkan redundansi adalah penggunaan berlebihan unsur segmental dalam suatu kalimat.
Dokumen tersebut membahas mengenai ambiguitas, ketaksaan, dan redundansi dalam bahasa Indonesia. Beberapa ahli bahasa seperti Abdul Chaer, Anggraeni, dan Abdul Wahab memberikan penjelasan mengenai konsep-konsep tersebut. Ambiguitas adalah ketaksaan yang terjadi akibat tafsiran gramatikal yang berbeda pada bahasa tulis, sedangkan redundansi adalah penggunaan berlebihan unsur segmental dalam suatu kalimat.
Abdul Chaer (2003: 307) : Ketaksaan adalah gejala kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda, yang umumnya terjadi pada bahasa tulis.
Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai
kata yang bermakna ganda atau mendua arti. (Anggraeni, 2012, “Semantik Bahasa Indonesia”) Menurut Abdul Wahab (1995: 108): a. Kesamaran acuan. b. Ketidakpastian makna. c. Kurangnya kekhususan dalam makna suatu butir. d. Lepasnya hubungan pengkhususan makna butir leksikal. Menurut Ullmann (dalam Pateda, 2001: 202; Djajasudarma, 1999: 54): a. Ambiguitas tingkat fonetik. Contohnya: kapan emas kawinnya? a. Ambiguitas tingkat leksikal. Contohnya: anak jaksa Ahmad meninggal. a. Ambiguitas tingkat gramatikal. Contohnya: penidur, orang tua, dan pergi! Chaer (2009:105) menyebutkan redundansi adalah terlebih- lebih hanya penggunaan unsur sekmental dalam satu bentuk ujaran. Anggraeni (dalam diktat Semantik Bahasa Indonesia, 2012) sering mengartikan Redudansi sebagai berlebih-lebihan pemakaian unsur segmenta dalam suatu bentuk ujaran Keefektifan suatu kalimat, makna berbeda karena ada penonjolan pelaku, infomarsi sama saja Ketegasan suatu makna dan informasi -Bola ditendang iza -Bola ditendang oleh iza