Você está na página 1de 28

Referat:

Cryptorchidism/
Undescended testis
(UDT)
Disediakan oleh :
Hani Idzaida binti Ab. Razak
112012218

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH


 UDT  disebut juga Kriptorkismus adalah gangguan
perkembangan yang ditandai dengan gagalnya
penurunan salah satu atau kedua testis ke dalam
skrotum.
 Kelainan yang paling sering ditemukan
 Angka kejadian :
 pada bayi laki-laki yang lahir cukup bulan sebesar 3
% 30% pada bayi yang lahir prematur.
 Sepertiga kasus mengalami UDT bilateral sedangkan
dua pertiganya adalah unilateral.
 Faktor predisposisi : prematuritas, berat bayi baru
lahir yang rendah, kecil pada masa kehamilan,
kehamilan kembar dan pemberian estrogen pada
trimester pertama.
A: Skema penurunan testis menurut Hutson. B:Peranan gubernaculum dan CSL pada
Antara minggu ke- 8 – 15 gubernaculum(G) diferensiasi seksual rodent. Pada jantan
berkembang pada laki-laki, mendekatkan testis (T)
ke-inguinal. Ligamentum suspensoriumcranialis CSLmengalami regresi dan gubernaculum
(CSL) mengalami regresi. Migrasi gubernaculum ke- mengalami perkembangan; sebaliknya
skrotum terjadi pada minggu ke- 28-35. pada betina CSLmenetap, dan
gubernaculum menipis dan memanjang
ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO

 UDT dapat merupakan kelainan tunggal yang berdiri


sendiri (isolated anomaly), atau kelainan yang terjadi
bersamaan dengan kelainan kromosom, endokrin,
intersex, dan kelainan bawaan lainnya.
 Faktor keturunan berperan pada kasus UDT yang
isolated :
 4,0 % anak- anak UDT mempunyai ayah yang UDT,
 6,2-9,8% mempunyai saudara laki-laki UDT
 laki-laki yang mempunyai anggota keluarga UDT risiko 3,6 kali
lipat
ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO

A Defisiensi Androgen/blockade
Defisiensi Pituitary/placental gonadotropin
Disgenesis GonadAndrogen sythesis defect (jarang)
Androgen receptor defect (jarang)
B Anomali mekanis
Prune belly syndrome (bladder blocks inguinal canal)
Posterior urethral valves(bladder blocks inguinal canal)
Abdominal wall defects (low abdominal pressure/gubernacular rupture)
Chromosomal/malformation syndrome (Connective tissue defect
block migration)
C Anomali neurologis
Myelomeningocele (GNF dysplasia)GFN/CGRP anomalies
D Anomali yang didapat
Cerebral palsy (cremaster spasticity)
Ascending/retractile testes (Fibrous remnant of processus vaginalis)
TIPE UDT
 UDT SESUNGGUHNYA (TRUE UNDESCENDED) : palpable
&impalpable
 TESTIS EKTOPIK : penurunan testis di luar jalur penurunan
yang normal.
 TESTIS RETRACTILE : testis dapat diraba/dibawa ke dasar
skrotum tetapi akibat refleks kremaster yang berlebihan dapat
kembali segera ke kanalis inguinalis, bukan termasuk UDT yang
sebenarnya.
PEMBAGIAN MENURUT LOKASI
PEMBAGIAN MENURUT LOKASI

Lokasi UDT tersering :


 kanalis inguinalis (72%)
 supraskrotal (20%)
 intra-abdomen (8%).
MANIFESTASI KLINIS
 No other symptoms  but Empty testis
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Prematuritas penderita
• Penggunaan obat2 saat ibu hamil  estrogen
• Rw operasi inguinal
• Apakah testis pernah teraba pada saat lahir?
• Rw keluarga : UDT? Infertilitas? Kelainan bawaan
genitalia? Kematian neonatal?
DIAGNOSIS
PEM. FISIK
• mencari tanda2 sindrom tertentu: dismorfik,
hipospadia, genitalia ambigu

(a) posisi pasien harus dalam ”frog-leg position” (b) bagian tangan yang di atas meraba
pada annulus inguinalis internus dan membawa testis yang teraba turun ke dalam
scrotum dan mencegah dari termasuknya ke dalam abdomen. (c) tangan yg di bagian
bawah digunakan untuk mendorong ke atas untuk menstabilisasi testis, lebih mudah
untuk diraba
DIAGNOSIS
PEM. FISIK
Teknik perabaan testis

A: Menyusuri kanalis inguinalis dimulai dari SIAS. B&C: Bila teraba testis, ‘menggiring ‘
testis dengan ujung-ujung jari. D: Memanipulasi ke-dalam skrotum.
DIAGNOSIS
PEM. FISIK
• UDT bilateral  tidak teraba gonad/testis, harus
dipikirkan kemungkinan intersex, individu dengan
kromosom XX yang mengalami female pseudo-
hermaphroditism yang berat atau anorchia kongenital
akibat torsi in utero
• Simple UDT  sering dijumpai pd bayi prematur,
masih mungkin terjadi penurunan testis pada tahun
pertama kehidupannya
DIAGNOSIS
PEM. FISIK
Beberapa petanda klinis yang menyertai UDT bilateral
bila tidak teraba testis
Tanda Klinis Penyerta Kemungkinan Penyebab
Tanpa kelainan lain Simple UDT, anorchia, female
pseudo-hermaphroditsm
Mikro penis dengan atau tanpa Gangguan sintesis androgen partial
hipospadia atau Androgen insensitivity
syndrome
Anosmia dan mikro penis Sindrom Kallmann
Gangguan intelektual atau Sindrom tertentu
dismorfik
Mikro penis dan defek midline Defisiensi gonadotropin
Mikro penis dan hipoglikemi Multiple pituitary hormone deficiency
neonatal
Perawakan tinggi (testis mungkin Sindrom Klinefelter
teraba di inguinal, kecil dan
padat)
 Anak dengan UDT unilateral  tdk memerlukan pemeriksaan
lab lebih lanjut
 Anak dengan UDT bilateral ( + hipospadia & virilisasi) 
 analisis kromosom & hormonal (17-hydroxyprogesterone)
 Pada anak < 3bulan, pemeriksaan LH, FSH & testosteron 
menentukan testis +/-
 Bila anak >3bulan  stimulasi test dengan hCG hormon
Prinsip stimulasi test / hCG test:
 mengukur kadar hormon testosteron pada keadaan basal dan 24-
48 jam setelah stimulasi.

Respons testosteron normal pada hCG test tergantung umur


penderita :
 Bayi : 2-10 x bahkan 20 x
 Kanak-kanak 5-10x
 Masa pubertas: 2-3x
hCG test yang biasa digunakan:

Test Age hCG regimen Timing of androgen


samples
1 Infancy and 1000 IU im daily x 3 Days 0 and 3
childhood
2 Infancy and 1000 IU im twice Day 0 and 24 h after the
childhood weekly x 6 last injection
(prolonged test)
3 Adolescence 2000 IU im on days 0 Days 0, 3, and 5
and 3
 USG : membantu menentukan lokasi testis terutama di daerah
inguinal, tidak dapat mendeteksi testis intra-abdomen
 CT-Scan & MRI : terutama pada testis intra-abdomen
(impalpable testis), namun keduanya tidak dpt mendeteksi
vanishing testis/anorchia
Laparoskopi :
 dilakukan pada anak yang lebih besar, setelah pem. Lain
 Hal yg dievaluasi 
 kondisi cincin inguinalis interna,
 processus vaginalis (patent atau non-patent),
 testis dan vaskularisasinya serta struktur wolfian-nya.
 Hal yg sering dijumpai 
 blind-ending pembuluh darah testis yang mengindikasikan
anorchia (44%)
 testis intra-abdomen (36%)
 struktur cord (vasa dan vas deferens) yang keluar ke-dalam
cincin inguinalis interna.
Tujuan terapi  memperkecil risiko terjadinya infertilitas
dan keganasan dengan melakukan reposisi testis kedalam
skrotum baik dengan menggunakan terapi hormonal ataupun
dengan cara pembedahan (orchiopexy)
Terapi Hormonal

 Hormon yg biasa digunakan:


 hCG, gonadotropin-releasing hormone (GnRH) atau LH-
releasing hormone (LHRH).
 Regimen pemberian hCG berdasarkan WHO:
 250 IU untuk bayi < 12 bulan
 500 IU untuk umur 1-6 tahun 2x/minggu
 1.000 IU untuk umur > 6 tahun selama 5 minggu
Terapi Pembedahan

 Orchiopexy (dengan herniotomi),  testis & pembuluh


darahnya dilepasnya dari funikulus spermatikus, termasuk
muskulus kremaster & difiksasi di dalam skrotum
 Dilakukan > 1 tahun
 Keberhasilan = 67 – 100%

Prinsip dasar:
 Mobilisasi yang cukup dari testis
 Ligasi kantong hernia
 Fiksasi yang kuat testis pada skrotum
 Orchiopexy
 Resiko keganasan
 Risiko terjadinya keganasan testis dilaporkan berkisar 10-20
kali dibandingkan pada anak dengan testis normal.
 Makin tinggi lokasi UDT makin tinggi risiko keganasannya 
testis abdominal mempunyai risiko menjadi ganas 5x lebih
besar dibanding testis inguinal
 Infertilitas
 memiliki kualitas semen yang buruk dan jumlah sperma yang
rendah
 UDT Bilateral > mengalami penurunan fetilitas dari unilateral
 Komplikasi lain: risiko trauma testis terhadap tulang pubis,
risiko torsio testis dan faktor psikologis terhadap kantong
skrotum yang kosong.
 Tingkat keberhasilan terapi tergantung jenis tindakan
yang dilakukan.
 pengobatan hormonal menghasilkan tingkat
keberhasilan keseluruhan kurang dari 20% untuk testis
yang tidak turun.
 Berdasarkan pendekatan bedah, tingkat keberhasilan
adalah sebagai berikut:
 89% untuk orchiopexy inguinal,
 84% untuk mikrovaskuler orchiopexy
 81% untuk orchiopexy transabdominal,

Você também pode gostar