Você está na página 1de 48

BAB IV

SISTEM GERAKAN DAN


ORGANISASI
MUHAMMADIYAH
OLEH : KELOMPOK 7
1. CINTYANAFA ASTIZA B200 160011
2. RETNO PAMUNGKAS B200 160018
3. INTAN YUNNYARTI B200 160020
4. INDRIYANI B200 160023
5. WAHDYAN SASTRI M B200 170088
D. MAJELIS-MAJELIS

• Majelis sebagai unsur pimpinan persyarikatan memiliki


ketentuan sebagai berikut:
a. Majelis bertugas menyelenggarakan amal usaha, program
dan kegiatan pokok dalam bidang tertentu;
b. Majelis dibentuk oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah,
Pimpinan Daerah dan Cabang di tingkat masing-masing
sesuai kebutuhan.

2
1. Majelis Tarjih dan Tajdid
Majelis yang dibentuk oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah hasil Muktamar ke-46, 2010
sebagai berikut:
Majelis Tarjih adalah suatu lembaga dalam Muhammadiyah yang membidangi masalah-
masalah keagamaan, khususnya hukum bidang fiqih. Dibentuk dan disahkan pada kongres
Muhammadiyah XVII.

Tujuan didirikanya Majelis Tarjih pertama kali:


“Menyelesaikan persoalan-persoalan khilâfiyât, yang pada waktu itu
dianggap rawan oleh Muhammadiyah.”
Perkembangan Majelis Tarjih:
1. Berubah nama menjadi “Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam”, pada Muktamar
Muhammadiyah ke-43.
2. Pada Muktamar Muhammadiyah ke-45, dirubah kembali menjadi “Majelis Tarjih dan Tajdid”.

3
•Tugas dan fungsi Majelis Tarjih dan Tajdid:
1) Mendampingi dan membantu pemimpin persyarikatan dalam hal membimbing
anggota melaksanakan ajaran Islam menentukan kebijaksanaan dalam menjalankan
kepemimpinan, dan mempersiapkan serta meningkatkan kualitas ulama dalam
persyarikatan Muhammadiyah;
2) Membimbing umat, memberikan arah, menyampaikan fatwa keagamaan dan
memberikan sesuatu dasar pembenaran keagamaan yang dapat dipahami umat dalam
suatu konsep yang terpublikasi secara terencana dan meluas agar masalah dan
tantangan yang tumbuh bisa dimengerti dan dijawab dengan semangat rahmat lil
‘alamin;
3) Mempergiat pengkajian dan penelitian ajaran Islam dalam rangka mengembangkan
ciri pelaksanaan tajdid dan mengantisipasi perkembangan yang tumbuh dalam
masyarakat; dan
4) Memperluas bidang tugas sesuai kebutuhan akan jawaban tyerhadap tantangan dan
permasalahan dunia global.

4

Peran Majelis Tarjih dan Tajdid, yaitu:
1. Bertanggung jawab mengambil keputusan ketarjihan.
2. Mengembangkan pemikiran-pemikiran pembaharuan
dalam keislaman dan menampung aspirasi baru yang
tumbuh di kalangan umat.

5
2. Majelis Tabligh
Pada Muktamar ke-38 di Ujung Pandang tahun 1971 ditetapkan program umum Majelis Tabligh
atau Majelis Dakwah, yaitu:
“Mewujudkan Muhammadiyah sebagai gerakan dawah Islam, amar ma’ruf nahi munkar,
yang berkesanggupan menyampaikan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul SAW, kepada segala golongan dan lapisan masyarakat dalam seluruh
aspek kehidupannya, sebagai kebenaran dan hal yang diperlukan.”
Majelis ini diadakan dan digerakkan dengan berpedoman pada firman ALLAH SWT surat Al-
Imran ayat 102, 103, dan 104.

Sesuai SK Muhammadiyah tentang Qaidah Majelis Tabligh Bab 1 Pasal 2 bahwa Majelis
Tabligh mempunyai tugas pokok memimpin dan melakukan program yang jelas meliputi
seluruh aspek kegiatan dakwah yang tidak termasuk dalam bidang tugas Majelis lainnya.

6
Pasal 3, Majelis Tabligh mempunyai fungsi:
1) Memberikan pertimbangan kepada pemimpin persyarikatan untuk digunakan sebagai bahan
dalam menyusun kebijaksanaan persyarikatan dalam bidang tabligh;
2) Pembinaan dan peningkatan kemampuan serta pengkoordinasian kegiatan dan gerak mubaligh
dalam menyiarkan ajaran Islam kepada anggota, umat dan korp mubaligh Muhammadiyah di
tingkat Pusat, Wilayah, Daerah, dan Cabang;
3) Penggerak pengajian dan pengembangan pengmalan ajaran Islam, serta menggembirakan
kegiatan ibadah anggota persyarikatan dan masyarakat dalam kelompok jamaah, sehingga
memiliki kemampuan penyelesaian persoalan hidupnya sebagai orang Islam dalam kehidupan
masyarakat, bangsa yang selalu berubah dan berkembang, guna meningkatkan mutu
kehidupannya sepanjang ajran Islam;
4) Penggerak dan pembimbing penyelenggaraan, pemeliharaan dan pengelolaan wakaf, masjid
mushola, langgar dan surau serta sejenisnya sebagai ibadah dan sarana peningkatan mutu
kehidupan anggota dan masyarakat sepanjang ajaran Islam dalam kerangka kehidupan
berbangsa;

7
5) Penggerak dan pembimbing pelaksanaan serta pengembangan kegiatan
pengajian pimpinan dan anggota serta khutbah-khutbah dengan
memanfaatkan jasa iptek;
6) Penyelenggaraan pendidikan dan kaderisasi mubaligh dan khatib sehingga
memiliki kemampuan profesional serta kemandirian dalam menjalankan
tugasnya dalam kehidupan masyarakat dan bangsa yang selalu berubah dan
berkembang; dan
7) Penyelenggaraan penelitian dakwah dan perkehidupan anggota umat dan
masyarakat.

8
3. Majelis Pendidikan Tinggi
Majelis ini merupakan pecahan dari Majelis Pendidikan Pengjaran dan
Kebudayaan yang semula membawahi seluruh amal usaha Muhammadiyah
bidang pendidikan sejak pendidikan dasar, menengah hingga perguruan
tinggi.

Mulai tahun 1985, setelah Muktamar ke-41 di Surakrta, didirikan


Majelis Diktilitbang, dengan ketua pertamanya Drs.H.Muhammad Djazman
al-Kindi, MBA. Majelis ini mengemban dua tugas, yaitu:
1. Mengembangkan kualitas dan kuantitas Perguruan Tinggi
Muhammadiyah;dan
2. Menyelenggarakan aktivitas penelitian dalam konteks pengembangan
Persyarikatan.

9
Program pokok Majelis Diktilitbang, meliputi:
1) Pengembangan PTM , yang mencakup: peningkatan kualitas pendidikan PTM,
pengembangan jaringan kerja sama internal dan eksternal, Penanganan masalah-
masalah mahasiswaan, pengembangan organisasi dan kelembagaan, serta
penyusunan dan dan penyempurnaan Qaidah PTM.
2) Penelitian dan pengembangan, mencakup program penelitian dan pengembangan
PTM, dan penelitian-pengembangan Muhammadiyah.

Dari program pokok di atas, dijabarkan menjadi empat bidang yaitu:


1. Bidang peningkatan kualitas PTM;
2. Bidang penelitian dan pengembangan;
3. Bidang kerja sama dan kemahasiswaan;
4. Bidang organisasi dan kelembagaan.

10
4. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
Perkembangan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah :
1) Bernama urusan sekolahan “Qismu Arqo”.
2) Menjadi Madrasah Mu’allimin dan Mualimat Muhammadiyah.
3) Berkembang kepengurusannya sampai dengan Perguruan Tinggi.
Perubahan nama dari Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah dari waktu ke waku:

Majelis Pendidikan Majelis Pendidikan Majelis Pendidikan


dan Pengajaran dan Kebudayaan

1985
Majelis Pendidikan Majelis Pendidikan
Dasar dan Tinggi (Dikti)
Menengah
(Dikdasmen)

11
Tugas dan fungsi Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu:
1) Menanamkan kesadaran akan pentingnya bidang pendidikan dan pengajaran serta
kebudayaan.
2) Memimpin dan membantu usaha cabang-cabang dalam usahanya di bidang
pendidikan dan pengajaran serta kebudayaan.
3) Membantu dan mengkoordinasi kegiatan anggota dan masyarakatserta organisasi
Islam di bidang pendidikan dan pengajaran serta kebudayaan sesuai dengan maksud
dan tujuan Persyarikatan.
4) Mengusahakan bantuan dan fasilitas dari pemerintah dan badan-badan lain yang
halal dan baik.
5) Mengadakan pendidikan untuk:
a. Membentuk tenaga pendidikan dan pengajaran yang berjiwa Muhammadiyah.
b. Mempertebal keyakinan agama dan kesadaran kemuhammadiyahan kepada
tenaga pendidikan dan pengajar.

12
6) Mengusahakan alat kelengkapan pengajaran dan pendidikan serta alat-alat
administrasi sekolah, madrasah dan pesantren.
7) Membuka dan menyelenggarakan sekolah/madrasah/pesantren dan sebaginya.
8) Mengurus dan menyelenggarakan sekolah-sekolah, madrasah, pesantren
percontohan atau teladan.
9) Menyelenggarakan dan memimpin musyawarah kerja Majelis Pendidikan Dasar
dan Menengah sesuai dengan qoidah-qoidah yang ada.

13
5. Majelis Pendidikan Kader

Merupakan kesinambungan dari Badan Pendidikan Kader (1990) dan Majelis Pengembangan
Kader dan Sumberdaya Insani (2000).

Fungsi dan tugas Majelis Pendidikan Kader sebagai berikut:


1) Menyusun konsep perkaderan dan mengoperasionalisasikannya secara simultan (menyeluruh)
dan terpadu di lingkuan pendidikan, keluarga, dan organisasi otonom Muhammadiyah;
2) Memprioritaskan pengembangan studi lanjut dalam mengembangkan kualitas sumberdaya
kader Muhammadiyah ;
3) Menyelenggarakan Darul Arqam, Baitul Arqam, Up-Grading, Refreshing, Job-Training,
PUTM (Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah), pengajian Mubaligh, pengajian
Ramadhan, dan kegaiatan perkaderan lain;
4) Mengintensifkan dan memprioritaskan penempatan kader dan proses seleksi yang
mempertimbangkan aspek kekaderan, komitmen dan pengalam aktivisbermuhammadiyahan;
5) Mengintensifkan pendataan kader dan aspek-aspek yang terkait lainnya;
6) Menerbitkan publikasi dan pedoman-pedoman yang berkaitan dengan kepentingan
kepentingan pengembangan kader Muhammadiyah dalam berbagai aspek;
14
7) Mengembangkan kerja sama penyelenggaraan pendidikan khusus;
8) Menyelenggarakan forum Ideopolitor (Ideologi, Organisasi, Politik, dan Organisasi)
sebagai program refreshing khusus anggota Pimpinan Persyarikatan di berbagfai
tingkat struktur yang mengembangkan metode dialogis;
9) Mengoptimalkan dukungan fasilitas, sarana, prasarana, dan dana untuk
pengembangan kualitas kader dan sumberdaya manusia di lingkungan
Muhammadiyah;
10) Mengintensifkan pembinaan siswa di Madrasah Mu’allimin, Mu’allimat, pondok
pesantren, dan sekolah/madrasah khusus Muhammadiyah sebagai wahana khusus
pembentukan kader persyarikatan;
11) Mengembangkan pembinaan kader Hibul Wathan Muhamamdiyah yang disusun
secara sistematik dan terprogram; dan
12) Mengembangkan pusat studi, pendidikan dan pelatihan Muhammadiyah yang
dilaksanakan secara sistematik.

15
6. Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (PKU)

Majelis ini merupakan wujud dari pengamalan surat al-Maun oleh KH.Ahmad
Dahlan yang dibantu oleh murid-muridnya. Kemudian dikembangkan oleh
KH.Sudja’, dan berkembang memiliki banyak rumah yatim, rumah miskin, panti
asuhan, rumah sakit, dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
Perubahan nama Mejelis Pelayanan Kesehatan Umum, dari waktu ke waktu:
1. PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem);
2. PKU (Pembina Kesejahteraan Umat);
3. MKKM (Majelis Kesehatan Kesejahteraan Masyarakat); dan
4. PKU (Pembina Kesehatan Umum), setelah muktamar 46 tahun 2010.

16
Visi Pengembangan:
Berkembangnya fungsi pelayanan kesehatan dan kesejahteraan yang unggul berbasis Penolong
Kesengsaraan Oemoem (PKO) sehingga mampu meningkatkan kualitas dan kemajuan hidup masyarakat
khususnya kaum dhi’afa sebagai aktualisasi Dakwah Muhammadiyah.

Ciri Pengembangan Program:


a. Sistem Gerakan
1) Menguatnya sistem gerakan Muhammadiyah yang maju, profesional dan modern.
2) Menguatnya pemahaman ideologi dan visi gerakan Muhammadiyah.
Kegiatan
1) Perintisan Amal Usaha Kesehatan di daerah-daerah.
2) Sosialisasi visi dan misi program kesehatan Muhammadiyah.
3) Penyusunan dan pengelolaan Data Base Amal Usaha Kesehatan Muhammadiyah.
4) Sosialisasi Pedoman penyelenggaraan Amal Usaha Kesehatan
5) Asessement, Workshop dan pelatihan Peningkatan klasifikasi RS Muhammadiyah /Aisyiyah.
6) Peningkatan pengelolaan dan pelayanan kesehatan sebagai fungsi da’wah dan sosial di AUMKES
(workshop bagi RS, BP, RB dan MPKUI Daerah).

17
b. Kepempinan dan Organisasi
1) Menguatnya sistem managemen Organisasi Muhammadiyah yang dinamis dan Produktif.
2) Menguatnya sistem kepemimpinan kolektif kolegial yang transformatif .
Kegiatan:
1) Penyelenggaraan Monitoring dan Evaluasi program melalui permusyawaran dalam pengelolaan
organisasi dan kepemimpinan.
2) Perumusan berbagai panduan terkait dengan mekanisme kerja organisasi, dan keuangan di
lingkungan MPKU.

c. Jaringan
1) Menguatnya jaringan Keummatan kebangsaan universal.
2) Menguat dan meluas jaringan amal usaha, kegiatan dan Perangkat persyarikatan.
3) Menguatkan kerja sama internasional
Kegiatan:
1) Pembentukan dan pengembangan jaringan program pengembangan kesehatan masyarakat (hingga
skala nasional dan internasional).
2) Pembentukan Jaringan Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin dan Balai Pengobatan berskala Regional.

18
3) Pembentukan Jaringan Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin dan Balai Pengobatan berskala Nasional.
4) Pembentukan Koperasi Sekunder AUMKES Regional.
5) Pembentukan Koperasi Induk AUMKES Nasional.
6) Penyelenggaraan Teaching Hospital Utama di setiap Lembaga pendidikan Kesehatan
Muhammadiyah/Aisyiyah
7) Pertemuan organisasi kesehatan Internasional.

d. Sumberdaya
1) Terlaksananya Pembinaan dan Pemberdayaan anggota Muhammadiyah sebagai subjek gerakan
secara konsisten dan berkelanjutan.
2) Meningkatkan kualitas sumber daya amal usaha bidang kesehatan (AUMKES).
Kegiatan:
1) Seminar dan pelatihan peningkatan kompetensi Pimpinan AUMKES.
2) Membangun Kerjasama dengan Lembaga Pendidikan untuk pendidikan Manjaemen RS.
3) Seminar dan pelatihan staff AUMKES terkait Isu Kesehatan Masyarakat dan Promosi Kesehatan.
4) Pelatihan penanggulangan Bencana bagi Tim Tanggap Darurat di lingkungan RS.
5) Workshop Sistem Kompetensi SDI.

19
6) Pelatihan Sosialisasi Sistem Kompetensi SDI.
7) Pengiriman pendidikan dokter spesialis dari RS Muhammadiyah.
8) Peningkatan pengalaman kerja SDI Aumkes dengan pengiriman kerja ke Luar Negeri.
9) Workshop dan Sosialisasi Pendayagunaan Lulusan Perguruan Tinggi Kesehatan Muhammadiyah di
Amal Usaha Kesehatan.
10) Pembentukan Ikatan Karyawan Kesehatan Muhammadiyah dan Aisyiyah.

e. Aksi Pelayanan
1) Terbangunnya sinergi pelayan publik sebagai wahana untuk menumbuhkan Islamic Civil Society.
Kegiatan:
a. Meningkatkan standarisasi pelayanan warga asuh di lingkungan AUMKES.
b. Meningkatkan keterpaduan dan kesiapan AUMKES.
b. Pelatihan Manajemen Penanganan Bencana (HOPE) di lingkungan AUMKES.
2) Terlaksananya pelayanan publik melalui amal usaha, program, dan kegiatan Muhammadiyah.
a. Mengoptimalkan standar pelayanan kesehatan.
b. Mengembangkan jenis-jenis/model pelayanan kesehatan baru.
3) Terlaksana fungsi advokasi dalam pelayanan publik dari gerakan Muhammadiyah.

20
7. Majelis Pelayanan Soisial (MPS)
Perkembangan yang terjadi pada MPS, sebagai berikut:

1912 1956 1990 2000


Bagian Penolong Majelis Pembina Majelis Pembina Majelis Kesehatan
Kesengsaraa Kesejahteraan Kesehatan dan Kesejahteraan
Oemoem (PKO) Oemoem Masyarakat
(MKKM)

2010 2008
Majelis Pelayanan Forum Panti
Sosial. Sosial
Muhammadiyah-
’Aisyiah
(FORPAMA)

21
Visi
Berkembangnya fungsi pelayanan sosial yang unggul sehingga mampu meningkatkan kualitas dan
kemajuan hidup masyarakat khususnya kaum dhu”afa sebagai aktualisasi Dakwa Muhammadiyah.
Misi
1. Menggerakan dan menyatukan seluruh potensi Muhammadiyah untuk merningkatkan
profesionalitas dalam pelayanan sosial.
2. Meningkatkan kualitas pelayan dan kelembagaan sosial di lingkungan Muhammadiyah.
3. Mengembangkan kemitraan dan jejaring pelayanan sosial.
Program Kerja
1. Pelayanan dan perlindungan anak dan lansia berbasis keluarga, komunitas dan institusi
pelayanan sosial.
2. Pengembangan usaha kecil dan menengah untuk institusi pelayanan sosial.
3. Database online.
4. Peningkatan kapasitas untuk pengasuh (pekerja sosial anak dan pengurus institusi pelayanan
sosial).
5. Keterampilan hidup untuk anak.
6. Donasi untuk anak. Biaya pendidikan, pemenuhan gizi, kesehatan.
7. Donasi untuk institusi pelayanan sosial. Operasional, gajio tenaga pengasuh, fasilitas pelayanan.
22
OUR PROCESS IS EASY

Sasaran
1. Anak yang membutuhkan perlindungan khsusus.
2. Kelompok Lansia.
3. Masyarakat miskin.
Pengalaman dan Mitra Kerja
1. Mengelola institusi pelayanan sosial yang tersebar diseluruh Indoneisa sejak tahun 1912.
2. Mendirikan Pusat Kesehatan Panti bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Penyaluran donasi untuk anak bekerjasama dengan Yayasan Dharmais.
Jaringan Organisasi

No Kepemimpinan Jumlah

1 Pimpinan Wilayah (Level Provinsi) 33

2 Pimpinan Daerah (Level Kabupaten-Kota) 417

3 Pimpinan Cabang (Level Kecamatan) 3221

4 Pimpinan Ranting (Level Kelurahan-Desa) 8107

23
8. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
 Majelis Ekonomi dibentuk dalam rangka memajukan perekonomian warga dan anggota
Muhammadiyah sesuai yang tercantum dalam Nggaran Dasar Muhammadiyah. Bab II Pasal
3 ayat (8) yang berbunyi “Membimbing masyarakat arah perbaikan ehidupan dan
mengembangkan ekonomi sesuai dengan ajaran Islam”.
 Tujuan dan fungsi Majelis Ekonomi:
1. Merumuskan dasar tujuan dan sistem ekonomi Islam;
2. Menggiatkan kegiatan anggota-anggota Muhammadiyah dalam bidang perekonomian
anggota Muhammadiyah yang berdiri di luar ikatan Persyarikatan;
3. Mendorong terbentuknya wadah atau organisasi perekonomian Islam di luar
Persyarikatan;
4. Memberikan bantuan dan bimbingan kepada organisasi tersebut dan dan menjalin
hubungan kerja sama dengan Muhammadiyah; dan
5. Mengusahakan bantuan dan fahsilitas kepada pemerintah dan badan-badan lain yang
berhubungan dengan bidang ekonomi.

24
9. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
Tujuan : Agar barang wakaf dari pewakaf tetap lestari, abadi, mendatangkan
kemanfaatan bagi agama. Nusa dan bangsa. Dan orang yang wakaf
tetap mendapat amal jariyah.
Tugas dan fungsi Majelis Wakaf , sebagai berikut:
1) Menggiatkan anggota untuk giat berwakaf;
2) Memberi bimbingan kepada cabang-cabang tentang cara mengurus dan
memelihara serta memanfaatkan barang wakaf dan hak milik Persyarikatan;
3) Mengurus barang wakaf yang langsung dikuasai oleh pimpinan
Persyarikatan serta hak milik Persyarikatan.
4) Memecahkan kesulitan dan persoalan barang wakaf yang dikuasai oleh
Persyarikatan; dan
5) Menyelenggarakan musyawarah kerja dan memeberikan bimbingan praktis
bidang wakaf dan harta pusaka.
25
10. Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM)
Misi dari Majelis Pemberdayaan Masyarakat, yaitu:
“Tertatanya kapasitas organisasi dan jaringan aktivitas pemberdayaan masyarakat yang
mampu meletakkan landasan yang kokoh bagi perintisan dan pengembangan kegiatan
pemberdayaan serta mendorong proses transformal sosial dalam masyarakat”.
Misi pengembangan untuk jangka tahun 2005-2010 adalah:
a) Menegakkan keyakinan tauhid sosial sebagai spirit aktivitas pembverdayaan
masyarakat.
b) Mewujudkan proses transformasi sosial.
Kegiatan yang dilaksanakan MPM, sebagai bherikut:
1) Pengembangan media komunitas, pusat dokumentasi dan data base mengenai
keseluruhan aktivitas berkaitan dengan upaya pemberdayaan BTN.
2) Pembentukan Qoryah Thayyibah di sejumlah wilayah.
3) Pembentukan lembaga advokasi.
4) Pelatihan untuk Muhammadiyah Community Organizer.

26
11. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)
Pemikiran yang melatarbelakangi dibentuknya Majelis Hukum dan Hak
Asasi Manusia (HAM), yaitu:
1) Kasus-kasus pelanggaran HAM dan ketidakadian hukum dari tahun ke
tahun yang cenderung meningkat.
2) Penanganan atas kasus pelanggaran HAM yang berakhir dengan
ketidak jelasan, tidak transparan dan tidak tuntas.
3) Semkain terbukanya alam demokrasi sebagai buah reformasi.
4) Rendahnya kesadaran hukum masyarakat.
5) Terjadinya krisis kepercayaan masyarakat terhadapo penegak hukum.
6) Sebagai lembaga arbitase bagi terjadinya perselisihan di bidang
mu’amalah.

27
12. Majelis Lingkungan Hidup (LH)
Merupakan bentuk konkret dari kepedulian Muhammadiyah dalam mencermati masalah-
masalah lingkungan hidup, yang dalam perkembangan terakhir, banyak muncul
permasalahan dalam masyarakat.

13. Majelis Pustaka dan Informasi


Tugas dan fungsi Majelis Pustaka dan Informasi melaksanakan kegiatan berikut:
1. Pengadaan perpustakaan yang memadai di kantor wilayah dan daerah.
2. Penulisan sejarah Muhammadiyah dan tokoh-tokohnya di tingkat wilayah dan daerah.
3. Mendorong warga untuk mengembangkan minat baca.
4. Mengoptimalkan pemanfaatan pelayanan kepada media massa.
5. Pelatihan tenaga public relation di tingkat wilayah dan daerah.
6. Meneylenggarakan pelan tentang kepustakaan dan jaringan informasi.
7. Membangun data base dan sistem informasi Muhammadiyah.

28
E. Lembaga – lembaga
Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah disebutkan
bahwa:
(1)Lembaga adalah unsur pembentu pimpinan yang
diserahi tugas dalam bidang tertentu,
(2)Lembaga dibentuk hanya oleh pimpinan pusat,
(3)Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah, apabila
dipandang perlu, dapat membentuk lembaga tertentu
dengan persetujuan pimpinan persyarikatan setingkat
diatas-nya.
29
Lembaga – lembaga yang dibentuk oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah hasil
Muhammadiyah hasil Mukhtamar satu abad 2010 yaitu :
1. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
Secara hirarkhi keorganisasian, cabang dan ranting adalah level organisasi
paling bawah, sehingga sering juga dilihat dari logika garis wewenang dimana
pimpinan cabang dan ranting justru memainkan peran ujung tombak dalam
kinerja Persyarikatan Muhammadiyah.
Pertama, Cabang dan ranting merupakan ujung tombak dalam rekrutmen
anggota dan kaderisasi.
Kedua, ujung tombak dalam menjalankan dakwah ke-agamaan.
Ketiga, ujung tombak dalam ukhuwah dengan organisasi islam yang lain,
maupun dalam perjumpaan dengan organisasi sosial yang lain.
Keempat, duta persyarikatan di masyarakat.
Kelima, ujung tombak dalam membela kepentingan umat.
30
Visi
“Terciptanya kondisi dan perkembangan Cabang dan Ranting yang lebih kuat, dinamis, dan
berkemajuan sesuai dengan prinsip dan cita-cita gerakan Muhammadiyah menuju
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”
MISI LPCR PP Muhammadiyah
Pendapatan jumlah dan kondisi Cabang dan Ranting diseluruh Indonesia, untuk kemudian
diterjemahkan kedalam Peta Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Ada tiga aspek yang
dipetakan:
(i) Kategori Cabang dan Ranting Aktif, Hidup, Vakum;
(ii) Lokasi Cabang dan Ranting Perkotaan, Pedesaan, Pedalaman; dan
(iii) Problem lingkungan yang dihadapi Cabang dan Ranting ekonomi, sosial, budaya,
politik, konflik antar/intra agama.
Tugas dan Fungsi
Lembaga ini dibentuk untuk melakukan penguatan kembali Ranting sebagai basis gerakan
melalui proses penataan, pemantapan, peningkatan, dan pengembangan ranting baru kearah
kemajuan dalam berbagai aspek gerakan Muhammadiyah.

31
2. Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan
Tugas pokok LPPK antara lain:
Menyusun dan memasyarakatkan sistem pengelolaan keuangan Persyarikatan, Pembantu Pimpinan dan
Amal Usahanya.
Membina dan mengawasi pengelolaan keuangan Persyarikatan, Pembantu Pimpinan dan Amal Usahanya.
Melakukan kajian tentang sistem keuangan umum sebagai pertimbangan bagi Pimpinan Persyarikatan
dalam kebijakan keuangan.

3. Lembaga Penelitian dan Pengembangan


Lembaga ini merupakan pemakaran dari Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan.
Setelah disendirikan sebagai lembaga penelitian dan pengembangan, maka tugas pokoknya menjadi :
Penelitian dan pengembangan, mencakup program penelitian dan pengembangan di PTM, dan penelitian
pengembangan gerakan Muhammadiyah. Bidang Penelitian dan Pengembangan :
Pengembangan datasabe dan pusat informasi Per-syarikatan
Pengembangan kerja sama lembaga penelitian di lingkungan Persyarikatan.
Penelitian kualitas penelitian di PTM

32
4. Lembaga Penanggulan Bencana
Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) atau Muhammadiyah Disaster Management
Centre (MDMC) adalah lembaga penanggulangan bencana Muhammadiyah yang berdiri
pertama melalui SK PP Muhammadiyah No.58/KEP/LO/D/2007. Institusi ini merupakan
penajaman darii salah satu rekomondasi internal mukhtamar Muhammadiyah ke-46 yang
secara tegas mengamanatkan organisasi untuk menghidupkan kembali kerja – kerja
kemanusiaan, khususnya dalam bidang bencana, baik dalam masa darurat maupun
membangun ketahanan masyarakat.
Tujuan Strategis
Tujuan strategis yang dianggap sebagai prioritas utama yang harus diselesaikan oleh
MDMC dalam jangka waktu 3 (tiga) sampai 5 (lima) tahun ke depan adalah :
1. Peningkatan Kapasitas Kelembagan MDMC untuk kerja – kerja Kemanusiaan dalam
isu Bencana.
2. Penguatan Jaringan dan Mendorong Partisipasi masyarakat dalam Penanggulangan
Bencana
33
Nilai Nilai Organisasi
Nilai – nilai Filosofis yang Dianut Dalam MDMC adalah:
a. Rahmat bagi alam semesta
b. Berkeadilan
c. Profesional
Nilai – nilai Operasional dalam MDMC adalah :
i. Reponsif; melayani dengan cepat dan tanggap.
ii. Musyawarah; melakukan metode partisipatif.
iii. Efisien dan efektif; mengoptimalkan sumberdaya, tepat sasaran, tepat target.
iv. Berkelanjutan; menggunakan pendekatan pemberdayaan komunitas, berinvestasi
dimasyarakat.
v. Berjejaringan; bekerja bersama dengan siapun yang memiliki misi yang sama.
vi. Akuntabel; bekerja secara transparan, menghargai keterbukaaan publik dalam
kegiatan dan laporan keuangan.
vii. Kepatuhan Hukum; bekerja atas dasar kesadaran hukum.

34
5. Lembaga Zakat, Infaq dan Shadaqah

VISI
Menjadi Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh dikota Surabaya yang amanah,
transparan dan profisional dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin dan
mustadh’afin sesuai dengan tujuan Muhammadiyah.
MISI
Meningkatan kesadaran ummat untuk membayar zakat sebagai salah satu rukun
islam.
Mengintensfikan pengumpulan ZIS pada seluruh lapisan masyarakat.
Mendayagunakan ZIS secara optimal untuk pemberdayaan kaum miskin melalui
amal – amal sosial dan kemanusiaan.
Mengelola zakat, infaq dan shadaqah secara profisional, transparan, dan akuntabel.

35
6. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
Adapun tugas dan fungsi Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik adalah :
a) Mengadakan kajian politik yang berkaitan dengan perjuangan umat islam dan khususnya
Muhammadiyah;
b) Memberikan nasehat kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengenai masalah politik yang
menyakut jalannya Persyarikatan dan Kebijakansanaan Pimpinan Pusat; dan
c) Menyelenggarakan pendidikan untuk mempertinggi kecerdasan politik kepada pimpinan Persyarikatan
dan petugas-petugasnya.
7. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Muhammadiyah adalah bagian integral dari gerakan dakwah
Muhammadiyah dengan mewadahi potensi seni budaya dan olahraga warga Persyarikatan agar aktifitas
dan kreatifitasnya terarah sesuai dengan nilai – nilai ajaran islam, dan menjadi salah satu daya dukung
bagi pengembangan dakwah Muhammadiyah.
Program dan kegiatan LSBO Muhammadiyah meliputi bidang :
a) Pengembangan media dan sarana prasana
b) Pendidikan dan latihan
c) Pengkajian dan Pengembangan
d) Penguatan Kelembagaan

36
8. Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional
Lembaga ini dibentuk untuk melaksanakan tugas khusus Persyarikatan dalam membangun jaringan kerja
internasional, dengan visi:
i. Muhammadiyah sebagai kekuaan moral bangsa
ii. Muhammadiyah sebagai salah satu inspirator Peradaban Islam
iii. Muhammadiyah sebagai kekuatan moral (bahkan inti kekuatan) bagi perdamaian dunia
Adapun misi yang dimiliki adalah terwujudnya ukhuwah islamiyah dan kerja sama global secara
menyeluruh, dengan peran yang prima dari Persyarikatan dan umat Islam.
Tujuan dari lembaga ini adalah :
1. Mengembangan SDM dalam bidang jarinagn dan kerja sama internasional
2. Meningkatkan peran dan keterlibatan Muhmammadiyah dalam pengembangan wacana pemikiran
keislaman dikalangan dunaia islam khususnya dan dunia internasional pada umumnya
3. Meningkatkan sosialisasi pemikiran dan aktivitas Muhammadiyah ke dunia Islam dan dunia
Internasional pada umumnya
4. Mengembangkan partisipasi Muhammadiyah dalam kekuatan solidaritas umat Islam (ukhuwah
Islamiyah) untuk mewujudkan perdamaian dunia sebagai kebutuhan bersama
5. Mengkoordinir kerja sama dan jaringan kader Muhammadiyah yang tersebar di berbagai negara
dengan membentuk cabang – cabang khusus (istimewa) Muhammadiyah dimanca negara.

37
F. Organisasi Otonom Muhammadiyah
1. Aisyiyah
a. Sejarah Kelahirannya
Sejak berdirinya Muhammadiyah KH.Ahmad Dahlan sangat memperhatikan
pembinaan terhadap kaum wanita dengan diadakannya kelompok pengajian wanita dibawah
bimbingan KH.Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah (istri KH. Ahmad Dahlan) dengan nama “sopo
tresno”.
Untuk memberi suatu nama yang kongkrit suatu perkumpulan, beberapa tokoh
Muhammadiyah seperti KH. Mokhtar, KH. Ahmad Dahlan, KH. Fachruddin, dan Ki Bagus Hadi
Kusuma serta pengurus Muhammadiyah yang lain mengadakan pertemuan di rumah Nyai Ahmad
Dahlan. Waktu itu diusulkan nama Fatimah, namun tidak diterima rapat. Oleh KH Fachruddin
dicetuskan nama “Aisyiyah”, yang kemudian dipandang tepat dengan harapan perjuangan
perkumpulan itu meniru perjuangan Aisyiyah, istri Nabi Muhammad SAW yang selalu mebantu
berdakwah.
Setelah secara aklamasi perkumpulan itu diberi nama “Aisyiyah”, kemudian
diresmikan bersamaan dengan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27
Rajab 1335 H bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1917 M dengan ketua Siti Bariyah.

38
b. Tugas dan Perannya
Tugas dan Peran ‘Aisyiyah adalah sebagai berikut:
I. Membimbing kaum wanita ke arah kesadaran beragaman dan
berorganisasi; dan
II. Menghimpun anggota-anggota Muhammadiyah wanita, menyalurkan serta
menggembirakan amalan-amalannya.
c. Amal Usaha ‘Aisyiyah
Dengan tugas dan peran (fungsi) sederhana tersebut ‘Aisyiyah telah banyak
memiliki amal usaha dibidang:
a. Pendidikan,
b. Kewanitaan,
c. PKK,
d. Kesehatan, dan
e. Organisasi Wanita.
39
d. Keluarga sakinah
1. Pengertian Keluarga Sakinah
Kata “sakinah” dalam Al-Qur’an dijumpai antara lain dalam surat Al-Baqoroh/2:248; At-
Taubah/9:26; Al-Fath/48:4, 18, dan 26, dengan makna “ketenangan”.
Dalam istilah keluarga sakinah, kata “sakinah” dipakai sebagai kata sifat dengan arti “tenang,
tenteram”, yaitu untuk menyifati atau menerangkan kata keluarga. Selanjutnya, kata itu masih
ditafsirkan dengan “mengandung makna bahagia dan sejahtera”. Itulah sebabnya kata
“sakinah” sering digunakan dalam pengertian tenang, tentram, bahagia, dan sejahtera lahir
batin.
2. Keluarga Sakinah dan Pembinaan Manusia Taqwa.
Keluarga sakinah sebagai suatu kelurga terpilih akan menjadi lahan yang subur untuk tumbuh
kembangnya anak, yang merupakan amanat Allah SWTbagi setiap orang tua. Amanat Allah
atas penciptaan manusia adalah terciptanya manusia taqwa serta terciptanya masyarakat
sejahtera. Amanat ini dapat terwujud apabila setaiap orang terbentuk menjadi pribadi muslim
seutuhnya. Pribadi muslim seutuhnya disini dimaksudkan pribadi yang unsur-unsurnya
bernafaskan rasa pengabdian kepada Allah SWT.

40
3. Keluarga Sakinah dan Pembinaan Masyarakat Sejahtera.
Terbentuknya masyarakat sejahtera merupakan tujuan diturunkannya Al-
Qur’an. Di dalam Al-Qur’an terdapat ungkapan Baldatun thayyibatunwa rabbun
ghafur yang arti harfiahnya suatu negeri yang baik dan Tuhan Maha Pengampun.
Masyarakat sejahtera merupakan masyarakat yang anggota-anggotanya
merasa aman dan tenteram dalam seluruh kehidupannya, baik secara
perseorangan maupun kelompok. Rasa aman dan tenteram menyangkut hidup
kejasmanian dan kerohanian. Agar masyarakat mencapai predikat sejahtera,
diperlukan beberapa persyaratan, antara lain harus menunjukkan suasana
ketaqwaan kepada Allah SWT, dapat mengembangkan sifat adil berdasarkan nilai
keislaman, bebas dari ketidakseimbangan ekonomi serta ketimpangan sosial.
Dalam masyarakat sejahtera, pada setaiap anggotanya harus tumbuh rasa saling
memiliki dan tumbuh pula dorongan untuk memperhatikan kesejahteraan anggota
yang lain.

41
e. Isu Jender dan Peran Muslimah dalam Muhammadiyah.
Persoalan perempuan dan agama makin marak berkembang seiring dengan ksadaran baru kaum perempuan
untuk mempertanyakan sejauh manakah agama mampu memberikan rasan aman dan segala bentuk tekanan,
ketakutan, dan ketidakadilan.Saat ini agama mendapat tantangan baru karena dianggap sebagai salah satu unsur
yang melanggengkan ketidakadilan terhadap perempuan. Oleh karena itu para agamawan, baik individual maupun
secara kelompok dituntut untuk secara jeli melihat, apakah ketidakadilan tersebut inheren dalam agama itu sendiri
ataukah persoalan terletak pada tafsir keagamaan, bisa jafi, terpengaruh oleh bias kultural tertentu.

2. Pemuda Muhammadiyah
Dalam perkembangannya, tahun 1932 atas keputusan kongres ke-21 di Makassat ditetapkan berdirinya “Pemuda
Muhammadiyah”, dan baru diberi otonomi penuh sejak Muktamar ke-37 DI Yogyakarta tahun 1968.
Pemuda Muhammadiyah persyarikatan Muhammadiyah diberi tugas sebagai berikut:
1. Menanamkan kesadaran dan pentingnya pernanan putra putri Muhammadiyah sebagai pelangsung gerakan
Muhammadiyah serta kesadaran organisasi.
2. Mendorong terbentuknya organisasi gerakan pemuda sebagai tempat putra-putri Muhammadiyah yang
berdiri sendiri dalam pengayoman Muhammadiyah yang berbentuk pengkhususan. (Pemud, Pelajar,
Mahasiswa Olahraga, Kebudayaan, dan sebagainya)
3. Memberi bantuan bimbingan dan pengayoman kepada organisasi-organisasi tersebut serta menjadi
penghubung aktif secara timbal balik.
4. Memimpin dan menyelenggarakan musyawarah kerja.

42
3. Nasyiatu ‘Aisyiyah
Berdirinya Nasyiatul ‘Aisyiyah bermula dari ide somodirjo dalam usahanya untuk memajukan
Muhammadiyah dengan mengadakan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri
Standar School Muhammadiyah dengan nama Siswa Praja (SP) pada tahun 1919. Tujuan terbentuknya
Siswa Praja adalah:
1. Menanamkan rasa persatuan;
2. Memperbaiki Akhlak; dan
3. Memperdalam agama.

4. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah


Dua faktor integral yang menjadi dasar dan latar belakang sejarah berdirinya IMM.Pertama, faktor
intern.Yang di maksud dengan faktor intern adalah faktor yang ada didalam organisasi Muhammadiyah
itu sendiri. Faktor ini lebih dominan dari pada faktor lain, dalam bentuk motivasi idealis dari dalam , yaitu
dorongan untuk mengembangkan ideologi, paham, dan cita-cita Muhammadiyah. Untuk mewujudkan
cita-cita dan memrefleksikan ideologinya itu, maka Muhammadiyah mesti bersinggungan dan berinteraksi
dengan mahasiswa dengan cara menyediakan dan membentuk wadah khusus yang bisa menarik animo
dan mengembangkan potensi mahasiswa.

43
Peresmian berdirinya IMM diadakan digedung Dinoto Yogyakarta dengan ditandai penandatanganan “Lima
Penegasan IMM” oleh KH. Ahmad Badawi yang berbunyi:
1. Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa islam;
2. Menegaskan bahwa kepribadian Muhammadiyah adalah lanasan perjuangan IMM;
3. Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah organisasi mahsiswa yang sah dengan mengindahkan segala
hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah Negara;
4. Menegaskan bahwa ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah; dan
5. Menegaskan bahwa amal IMM adalah lillahi ta’ala dan senantiasa diabdikan untuk kepentingan rakyat.
Faktor ekstern adalah hal-hal dan keadaan yang datang dari dan berada di luar Muhammadiyah, yaitu situasi
dan kondisi kehidupan umat dan bangsa serta dinamika gerakan organisasi-organisasi mahasiswa.

5. Ikatan Pelajar Muhammadiyah


Para aktivis pelajar Muhammadiyah untuk membentuk organisasi kader dikalangan pelajar baru ada titik
terang dan mulai menunjukkan keberhasilan, yaitu ketika tahun 1958 pada Konferensi Pemuda
Muhammadiyah di Garut pada konferensi itu menempatkan organisasi pelajar Muhammadiyah dibawah
pengawasan Pemuda Muhammadiyah, yang kemudian keputusan itu diperkuat pada Muktamar Pemuda
Muhammadiyah II yang berlangsung pada 24-28 Juli 1960 di Yogyakarta, dan memutuskan untuk membentuk
IPM.

44
6.Tapak Suci Putra Muhammadiyah
Tapak Suci Putra Muhammadiyah lahir dan berkembang untuk menjadi pelopor pengembangan pencak silat
yang metodis dan dinamis dengan dasar:
a. Membina pencak silat yang berwatak serta berkepribadian Indonesia, bersih dari ilmu sesat dan syirik;
b. Mengabdi perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara; dan
c. Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindakan-tindakan kesucian.
Tapak Suci Putra Muhammadiyah mengajarkan pencak silat sebagai olah ragawi yang menyeimbangkan
antara lahir dan batin dakam rangka beribadah kepada Allah SWT. Jadi, iman dan akhlak anak didik Tapak
Suci merupakan sumber kekuatan yang berasal dari Allah dan sama sekali bukan berasal dari manusia itu
sendiri.

7. Pandu Hizbul Wathan


Pandu Hizbul Wathan didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1918, dengan nama padvinder
Muhammadiyah. Tokoh perintisnya yang terkenal adalah Siraj Dahlan dan Sarbini.Atas usul KH.Agus
Salim istilah Belanda, padvinder di Indonesia-kan menjadi “Kepanduan Muhammadiyah”. Pada tahun
1920, atas usul KH.R. Hajid Kepanduan Muhammadiyah dinamakan pandu Hizbul Wathon

45
Jatidiri kepanduan Hizbul Wathan ditandai dengan:
Identitas Kepanduan Hizbul Wathan:
a) Kepanduan Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan anak, remaja dan pemuda, diluar
lingkungan keluarga dan sekolah, dalam mebentuk warga masyarakat Islami yang berguna dan
berakhlak mulia, dengan metode kepanduan.
b) Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Muhammadiyah, yang
mengkhususkan pendidikan anak, remaja dan pemuda agara menjadi warga masyarakat yang
mandiri dan berakhlak mulia, dengan metode kepanduan yang Islami.
Sifat kepanduan Hizbul Wathan (HW):
1. Terbuka, artinya dapat menerima siapa saja yang memenuhi syarat sebagai anggota.
2. Sukarela, artinya tidak ada paksaan atau perintah untuk menjadi anggota.
3. Nasional, artinya diperuntukkan bagi bangsa Indonesia, bergerak di bumi Indonesia dalam
rangka mencerdaskan bangsa.
4. Islami, sebagai salah satu dari organisasi otonom Muhammadiyah, yang mengembangkan misi
dan visi Persyarikatan.

46
Ciri Khas Kepanduan Hizbul Wathan
Ciri khas kepanduan Hizbul Wathan ditandai dengan prinsip dasar dan metode pendidikan:
Prinsip Dasar yang harus dipatuhi adalah:
a. Pengamalan aqidah Islamiyah
b. Pembentukan dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaran Islam.
c. Pengamalan Kode Kehormatan Pandu.
d. Pendidikan diluar lingkungan keluarga dan sekolah.
e. Satuan dan kegiatan terpisah antara putera dan puteri.
f. Tidak terkait dan berorientasi kepada partai politik atau golongan tertentu.
Metode pendidikan yang diterapkan adalah:
1) Kegiatan dilakukan dialam terbuka.
2) Pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan menantang.
3) Pemberdayaan anak didik dengan penerapan sistem beregu.
4) Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan.

47
TERIMAKASIH

Você também pode gostar