Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PELAPISAN TAMBAH
PADA PERKERASAN KAKU
BERDASARKAN METODE
BINA MARGA DAN
AASHTO
OLEH :
ISLAMAHADI AHMAD
(0807120491)
LATAR BELAKANG
Jalan raya merupakan salah satu prasarana
transportasi terpenting, sehingga desain
perkerasan jalan yang baik adalah suatu
keharusan. Selain dapat menjamin
kenyamanan pengguna jalan, perkerasan
yang baik juga diharapkan dapat memberi
rasa aman dalam mengemudi. Salah satu
jenis perkerasan yang dapat memenuhi
harapan tersebut adalah perkerasan kaku.
PERMASALAHAN
Menentukan tebal
perkerasan tambahan
(Overlay)
MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kapasitas struktur dan masa layan dari perkerasan kaku yang
lama akibat pertambahan beban lalu lintas di masa yang akan
datang maka perlu dilakukan pelapisan tambah.
Sedangkan tujuan dari pembahasan penelitian ini yaitu :
Membahas pelapisan tambah pada perkerasan kaku dengan
menggunakan Metode Bina Marga 2002 dan AASHTO 1993.
Menghitung tebal lapis tambah dengan pemisah dan tebal
lapis tambah langsung dengan menggunakan metode Bina
Marga 2002 dan AASHTO 1993.
Membandingkan hasil yang diperoleh dari kedua metode
tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA (Lanjutan)
Berikut beberapa kerusakan pada perkerasan kaku
Dimana :
Tf = Tebal lapis tambahan
T = Tebal perlu berdasarkan beban rencana dan daya dukung tanah dasar dan lapis pondasi bawah dari
jalan lama.
To = Tebal Pelat lama
Cs = Koefisien yang menyatakan kondisi pelat lama yang nilainya sebagai berikut :
Cs = 1 , untuk kondisi struktur perkerasan lama yang masih baik
Cs = 0,75 , untuk kondisi perkerasan lama yang baru mengalami retak awal pada sudut-sudut sambungan
Cs = 0,35 , untuk kondisi perkerasan lama yang secara struktur telah rusak
METODOLOGI PENELITIAN (Lanjutan)
Perencanaan Lapis Tambah dengan Metode AASHTO 1993
Persyaratan Teknis
Lalu-lintas
Perencanaan Tebal Pelat
Pelapisan Tambah Perkerasan
Pelapisan Tambah dengan Pemisah
Berdasarkan AASHTO 1993 untuk pelapisan ini dapat dituliskan persamaan sebagai berikut :
Dimana :
Dov = Tebal lapisan tambah perkerasan
DT = Tebal perkerasan yang diperlukan jika perkerasan baru dibangun pada perkerasan lama
Deff = Tebal efektif dari perkerasan induk
METODOLOGI PENELITIAN (Lanjutan)
Perbedaan Metode Bina Marga 2002 dan AASHTO 1993
Ada beberapa perbedaan yang perlu dicermati pada perencanaan dan
pelapisan tambah pada perkerasan beton di dalam menggunakan kedua
metode tersebut, Metode Bina Marga 2002 mengadopsi dari peraturan
AUSTROADS Pavement Design “A Guide to the Structural Design of
Pavements (1992)” dimana peraturan ini menggunakan konsep pembatasan
regangan vertical pada subgrade yaitu prosedur perencanaan perkerasan
beton semen didasarkan atas dua model kerusakan yaitu : retak fatik (lelah)
tarik lentur pada pelat, dan erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar
yang diakibatkan oleh lendutan berulang pada sambungan dan tempat
retak yang direncanakan. Sedangkan Metode AASHTO 1993 mengadopsi
dari konsep “The Corps of Engineer’s Concept” dimana menggunakan
konsep mechanistic empiricial dengan memperhitungkan tegangan,
regangan dan deformasi pada pelat beton secara empiric berdasarkan
statistic. Ada beberapa perbedaan di antara kedua metode ini,
diantaranya :
METODOLOGI PENELITIAN (Lanjutan)
Lalu lintas rencana
Dalam menentukan beban lalu lintas rencana untuk perkerasan beton berdasarkan
Metode Bina Marga 2002, dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan, sesuai
dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana. Lalu lintas
harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu lintas dan konfigurasi
sumbu menggunakan data terakhir atau data 2 tahun terakhir, kendaraan yang
ditinjau adalah yang mempunyai berat total minimum 5 ton. Sedangkan pada
Metode AASHTO 1993 lalu lintas rencana berdasarkan Jumlah kumulatif ekivalen 80
kN (18 kip) beban As tunggal pada jalur lalu lintas rencana selama umur rencana.
Penentuan beban rencana
Pada penentuan beban rencana untuk Metode Bina Marga 2002, beban sumbu
untuk memperoleh jumlah total sumbu kendaraan selama umur rencana hanya
dikalikan factor keamanan beban, sedangkan pada AASHTO 1993 untuk
perhitungan lalu lintas rencana jumlah kumulatif ekivalen 80 kN (18 kip) beban As
tunggal pada jalur lalu lintas rencana selama umur rencana dimasukkan juga factor
keandalan, standar deviasi keseluruhan dan kehilangan daya layan rencana.
METODOLOGI PENELITIAN (Lanjutan)
Struktur bawah
Pada struktur bawah untuk perkerasan kaku berdasarkan Metode Bina Marga 2002
hanya memperhitungkan CBR tanah dasar dan Modulus efektif reaksi struktur bawah.
Sedangkan pada AASHTO 1993 koefisien drainase, modulus resilien dari lapisan
struktur bawah untuk variasi musim dan kehilangan potensial tumpuan dari pelat
beton turut diperhitungkan
Pelat beton
Pada pelat beton untuk perkerasan kaku berdasarkan peraturan Bina Marga 2002
ditentukan oleh mutu dari pelat beton, jenis penulangan, tebal pelat, kuat tarik beton
yang ditentukan setelah 28 hari dengan tes lentur. Sedangkan pada AASHTO 1993
ditentukan oleh mutu beton atau Modulus Elastisitas beton (Ec), tegangan tarik rata-
rata beton yang ditentukan setelah 28 hari dengan tes lentur, koefisien transfer beban
titik, jenis perkerasan kaku yang digunakan, jenis sambungan konstruksi, jenis
penulangan, tebal pelat, serta modulus reaksi struktur bawah.
Tebal efektif
Pada penentuan tebal efektif pelat lama berdasarkan Metode Bina Marga 2002 hanya
dikalikan dengan suatu koefisien yang menyatakan kondisi pelat lama yang nilai (Cs).
Sedangkan pada AASHTO 1993 turut diperhitungkan juga pengaruh banyaknya titik
retak, pengaruh durabilitas, dan pengaruh fatik.
Diagram Alir Perencanaan Pelapisan Tambah berdasarkan
Metode Bina Marga 2002
Tebal Perkerasan
lama
Retak Struktur
Retak Awal Overlay
Menentukan CBR
Menentukan JSKN
tanah dasar
selama umur rencana
Taksir tebal
perlu pelat
TIDAK YA
Tebal lapisan
tambah
Diagram Alir Perencanaan Pelapisan Tambah berdasarkan
Metode AASHTO 1993
Menentukan umur
Menentukan tebal
pelat