Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Sjamsuhidajat R, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, ed revisi, EGC. Jakarta: 1998. pp.
1138-96
KLASIFIK
ASI
III A
III B
III C
Gustilo,Merkow dan Templeman(1990)
Menurut Gustilo :
Tipe I :
Luka biasanya kecil
Luka tusuk yang bersih pada tempat tulang menonjol
keluar
Sedikit kerusakan pada jaringan lunak tanpa
penghancuran dan fraktur kominutif
Tipe II :
Luka > 1 cm tapi tidak adanya kulit yang menutupi
Kerusakan jaringan lunak yang tidak banyak
Kehancuran atau fraktur kominutif
Tipe 3 :
Kerusakan luas pada kulit, jaringan lunak dan struktur
neurovaskuler disertai banyak kontaminasi
Ada 3 tingkat keparahan :
A : tulang yang mengalami fraktur dapat ditutupi oleh
jaringan lunak
pengantar ilmu bedah ortopedi, prof. Chairuddin Rasjad, MD.,Ph.D, PT. Yarsif Watampone
Jakarta, 2007
Luka harus tetap ditutup hingga pasien tiba
dikamar bedah
Antibiotik diberikan secepat mungkin
Kombinasi Benzilpenisilin dan Flukloksasin tiap 6
jam selama 48 jam
Jika luka sangat terkontaminasi
Cegah gram – dengan Gentamisin atau Metronidazol
dilanjutkan selama 4 atau 5 hari
TAHAP PENGOBATAN FRAKTUR TERBUKA
Pembersihan luka.
Eksisi jaringan yang
mati dan tersangka mati
(debridemen)
Pengobatan fraktur itu sendiri
Penutupan kulit
Pemberian antibiotik
Pencegahan tetanus
Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar: 2007.
pp. 352-489
Perdarahan, syok septik Kekakuan sendi
sampai kematian Tetanus
FRAKTUR INTERCONDYLAIR
FRAKTUR TERTUTUP :
Bila tidak ada luka yg menghubungkan fraktur dengan
udara luar atau permukaan kulit. (Ilmu bedah, 2009)
37
38
39
40
Tanda-tanda fraktur :
Deformitas
False movement
Krepitasi
•
Pemeriksaan radiologis
2 proyeksi
Melewati 2 sendi
41
Angulasi
Pemendekan
Rotasi
42
Deformitas : angulasi
43
Deformitas : pemendekan
44
Deformitas : rotasi
45
Pergerakan abnormal
46
Rontgen
Scan tulang, CT-scan
Pemeriksaan darah lengkap
Kreatinin
47
Hairline fracture, buckle
fracture, greenstick fracture
4. Bergeser-tidak bergeser
6. Komplikasi-tanpa komplikasi
48
Lokasi Konfigurasi : transversal,
Diafisis, metafisis, epifisis, oblique, spiral, comminutif
intraartikuler
Disertai dislokasi, fraktur Hubungan antar fragmen
dislokasi fraktur :
Sebutkan nama tulang, Undisplaced
letak frakture : 1/3 Displaced
proksimal, 1/3 tengah, 1/3 : angulasi,
distal, kiri / kanan overriding, rotasi,
Jika impacted, distraksi
disertai dengan
dislokasi maka disebut
frakture dislokasi Hubungan dengan dunia
luar : tidak ada (Fracture
Luas (Ekstensi) fraktur tertutup)
Komplit atau tidak komplit
(hair line fracture, green Komplikasi : Lokal atau
stick fracture) sistemik
49
2. LUAS 3. KONFIGURASI
4. HUB. ANTAR
(+DISLOKASI)
FRAGMEN FRAKTUR
1. LOKASI
DESKRIPSI TULANG
5 Hubungan dgn
dunia luar
6. KOMPLIKASI
50
51
52
53
Immmobilisasi fragmen tulang
Kontak fragmen tulang maksimal
Asupan darah yg memadai
Nutrisi yang baik
54
Trauma berulang
Usia
Kehilangan masa tulang
Immobilisasi yg tidak memadai
Infeksi
55
Tindakan awal : pasang bidai (splint)
Tujuan pembidaian :
Imobilisasi
Mengurangi nyeri
Mencegah komplikasi lebih lanjut
Macam bidai :
Bidai rigid (rigid splint)
Bidai lunak (soft splint)
Traction splint
56
Rigid splint (bidai keras)
Soft splint (bidai lunak)
Traction splint
57
Bagian yang cedera harus tampak jelas
Periksa fungsi neurovaskuler sebelum dan
setelah pemasangan bidai
Jika tungkai sangat bengkok dan pulsasi tidak
teraba, dapat dilakukan sedikit traksi untuk
meluruskan. Jika ada tahanan jangan dipaksa.
Imobilisasi melewati 2 sendi
Jika ragu-ragu, pasang bidai
58
Konservatif (tanpa operasi)
Gips
Traksi
Sling
Operatif
Fiksasi interna
Fiksasi eksterna
59
4R
Recognition, Dx
Reduction
Retention
(immobilization/fixation)
Rehabilitation
60
Klinis
Deformitas
Krepitasi
False movement
Radiologis
61
Klinis
Radiologis
2 sendi
2 proyeksi
62
Mengembalikan posisi tulang/sendi pada
posisi seperti sebelum cedera
Tertutup / terbuka
63
Konservatif :
Traksi
Sling
Gips
Operatif
Fiksasi interna
Fiksasi eksterna
64
Gips
Fiksasi interna Fiksasi eksterna
65
Ada kontak
Angulasi
minimal
Tidak ada rotasi
66
Clinical Union
67
Clinical Union
Pseudo-artrosis (-)
68
Clinical Union
69
Non Weight Bearing (NWB)
Bila rasa nyeri hilang
70
Tongkat / Crutch :
• Sebaiknya kiri-kanan
• Ukur !
71
Partial Weight Bearing (PWB)
Menapak
72
Full Weight Bearing
(berjalan tanpa tongkat)
73
Tungkai , clinical union :
Klinis seperti sudah sembuh.
Dipakai berjalan biasa patah
lagi !
74
Radiological Union
• Garis # hilang
• Trabekula me-
nyebrang
75
Mengembalikan fungsi
seperti sebelum cedera
76
KOMPLIKASI KOMPLIKASI DINI KOMPLIKASI LANJUT
FRAKTUR
MALUNION
PADA TULANG
PADA OTOT
NONUNION
PADA
PEMBULUH DARAH
OSTEOMYELITIS
PADA SARAF
KEKAKUAN SENDI
77
Fajar ristranda
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi
akibat gangguan hemodinamik dan metabolik
ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi
untuk mempertahankan perfusi yang adekuat
ke organ-organ vital tubuh. (Ilmu penyakit
dalam, FKUI)
Syok hipovolemik
terjadi karena berkurangnya volume sirkulasi darah bisa cairan /
plasma / darah.
Syok kardiogenik
Terjadi karena kegagalan jantung itu sendiri, ditandai dengan kardiak
output menurun sehingga volume intravaskuler menurun
Syok obstruktif
Terjadi karena gangguan kontraksi jantung oleh karena akibat dari
luar jantung. (emboli paru, pneumothorax)
Syok neurogenik
Terjadi karena kegagalan pusat vasomotor, ditandai hilangnya tonus
pembuluh darah scr mendadak sehingga terjadi penurunan tekanan
darah massiv
Syok septik
Terjadi karena ketidakadekuatan perfusi akibat adanya sepsis
Syok anafilaktik
Terjadi karena pajanan zat allergen sehingga memicu reaksi alergi dan
diiikuti vasodilatasi PD massiv
Etiologi
• Syok hipovolemik dapat terjadi karena
berkurangnya volume sirkulasi darah bisa
cairan / plasma / darah.
Cairan / dehidrasi : Puasa lama,
Diare, Muntah, Obstruksi usus dll
Plasma : Luka bakar
Darah
Terdiri atas 3 fase :
1. Fase kompensasi
2. Fase progresif
3. Fase ireversibel
FASE KOMPENSASI
CRT melambat
Menaikkan aliran darah ke jantung,
otak (organ vital) dg cara :
VASOKONTRIKSI dan
Penurunan aliran darah di tempat
non-vital
Kontraktilitas
Ventilasi ↑
otot jantung ↑
Nadi ↑
FASE PROGRESIF
hipotensi
Aliran darah menurun
Pelepasan toksin dan , Hipoksia jaringan +
bahan lainnya dari otak
jaringan karena hipoksia
Bradikinin , histamin Met. anaerob
Vasodliatasi ,
Asidosis metabolik
fungsi jantung turun
SYOK bertambah
parah
FASE IREVERSIBEL
Takikardi >100x/ menit
Hipoperfusi perifer :
akral dingin, basah, pucat
CRT melambat (>3detik)
Hipotensi
Oliguria / anuria (<0,5 ml/kgBB/jam)
Perubahan kesadaran / mental
A - Airway (bebaskan jalan nafas)
B - Breathing (+ oksigen jika ada)
C - Circulation + kendalikan perdarahan
1. Posisi syok
2. Cari dan hentikan perdarahan
3. Ganti volume kehilangan darah
POSISI KAKI > ATAS
MENEKAN PENDARAHAN
Penunjang :
X-ray
TERAPI Pmx. Darah Diagnosis sementara fraktur
AGD terbuka tipe 2/3 dengan
komplikasi syok derajat ringan
- sedang
Benturan tulang
Nyeri
Air way
Breathing
Circulation cristaloid, colloid solution,
transfusi bila diperlukan
Antibiotik profilaksis
Bebaskan jalan
nafas Secondary
debridement
Beri O2
Fraktur stabilisasi
Cairan Primer
cristaloid debridement X-ray
+antibiotik pelvic,femur
profilaksis
Pemeriksaan TRANSFUSI
hb dan Jka
gol.darah dibutuhkan
AGD