Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PASAL 56 60 KUHP
PEMBANTUAN
(MEDEPLICHTIGE)
BEDANYA DENGAN MEDEPLEGEN SANKSI PIDANA Ada kesadaran untuk terjadinya tindak pidana
Pembantuan
A. Menurut Sifat Dilihat dari perbuatannya, pembantuan ini bersifat accessoir. Artinya, untuk adanya pembantuan harus ada orang yang melakukan kejahatan (harus ada orang yang dibantu). Tetapi dilihat dari pertanggung jawabannya tidak accesoir, artinya dipidananya pembantu tidak tergantung pada dapat tidaknya si pelaku dituntut atau dipidana.
B. Menurut Jenis : Menurut Pasal 56 KUHP, ada dua jenis pembantuan, yaitu : 1. Jenis pertama : - Waktunya : pada saat kejahatan dilakukan - Caranya : tidak ditentukan secara limitatif dalam undang-undang 2. Jenis Kedua : - Waktunya : sebelum kejahatan dilakukan - Caranya : ditentukan secara limitatif dalam undangundang yaitu dengan cara: memberi kesempatan, sarana atau keterangan.
TURUT SERTA
A. Menurut ajaran objektif : - Perbuatannya merupakan perbuatan pelaksanaan (uitvoeringshandeling) B. Menurut ajaran Subjektif : - Kesengajaannya merupakan animus coauctores (diarahkan untuk terwujudnya delik) - Harus ada kerjasama yang disadari (bewustesamenwerking) - Mempunyai kepentingan/tujuan sendiri C. Terhadap kejahatan maupun pelanggaran dapat dipidana D. Maksimum pidananya sama dengan si pembuat (Pasal 55)
Ad II: Pembantuan jenis kedua mirip dengan penganjuran (uitlokking). Perbedaannya yaitu:
y Pada Penganjuran
: kehendak untuk melakukan kejahatan pada pembuat materiel ditimbulkan oleh si penganjur (ada kausalitas psikis) y Pada Pembantuan: kehendak jahat pada pembuat materiel sudah ada sejak semula (tidak ditimbulkan oleh si pembantu)
Pasal 56 (2) KUHP Memberikan kesempatan memberikan peluang yang sebaik-baiknya kepada orang lain untuk melakukan suatu kejahatan. Memberikan sarana memberikan suatu alat atau benda yang dapat digunakan untuk mempermudah melakukan kejahatan. Memberikan keterangan menyampaikan ucapan dalam susunan kalimat yang dimengerti oleh orang lain, berupa nasehat atau petunjuk dalam hal orang lain melaksanakan kejahatan.
PASAL 57 KUHP (1)Ancaman pidana pembantuan adalah maksimum pidana pokok kejahatan dikurangi sepertiga. (2)Apabila kejahatan tersebut diancam dengan pidana seumur hidup, maka dalam hal pembantuan menjadi maksimum 15 tahun. (3)Pidana tambahan bagi pembantu adalah sama dengan kejahatannya sendiri. (4)Dalam menentukan pidana bagi pembantu yang diperhitungkan adalah perbuatan yang sengaja dipermudah beserta akibat-akibatnya. PASAL 60 KUHP Pembantuan dalam pelanggaran tidak dapat dipidana.
CONTOH KASUS
Kasus 1 A menculik seorang anak berusia 5 tahun bernama B, pada saat yang bersamaan A bertemu dengan D yang sedang mengendarai mobil. Kemudian A menjelaskan kepada D perihal maksud dan tujuannya dan meminta tolong kepada D untuk mengantarkan A dan B ke suatu tempat tertentu. D mengantarkan A dan B ke tempat persembunyian. Maka dengan bantuan D, Penculikan tersebut dapat berlangsung lancar dan tanpa hambatan sehingga tidak diketahui oleh masyarakat sekitar. Kasus 2 A sakit hati kepada B karena atas laporannya pada polisi B dipidana penjara. Untuk melampiaskan sakit hatinya tersebut, A berniat akan membunuh B setelah A keluar dari penjara. Setelah keluar dari penjara, A mencari keberadaan B untuk melaksanakan niatnya tersebut. Akan tetapi A kesulitan menemukan keberadaan B, kemudian A menemui C dan menanyakan keberadaan B serta menjelaskan maksudnya mencari B, yaitu untuk membunuh B. C yang kebetulan juga menaruh dendam pada B karena B telah menipunya, memberikan keterangan tentang keberadaan atau tempat tinggal B kepada A. Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh C tersebut, A berhasil menemukan keberadaan B dan kemudian A melaksanakan niatnya tersebut, yaitu membunuh B. Akhirnhya, B pun mati.
Kasus 3 A berniat hendak membunuh B. A menceritakan niatnya tersebut kepada C. kemudian C memberikan samurai kepada A untuk membunuh B. kemudian A menggunakan samurai yang diberikan oleh C untuk membunuh B. B mati. Kasus 4 A berniat mencuri rumah B. Rumah B tersebut dijaga oleh seorang satpam bernama C. Untuk melancarkan aksinya, A meminta bantuan kepada C, agar nanti pada saat A melaksanakan niatnya untuk mencuri rumah B, C meninggalkan pos penjagaannya atau membiarkannya masuk kedalam rumah. Dengan kesempatan yang diberikan oleh C, maka A berhasil mencuri rumah B.